Friday, December 23, 2016

Senyum ; Cara Cihuy Berbagi Bahagia





Tadi siang, saya berbelanja di warung dekat rumah.  Saat berniat membayar, saya menyadari ada yang berbeda pada mbak warung.  Mungkin dia sedang ada masalah, raut wajahnya terlihat masam.  Manyun aja dia.  Padahal kemarin-kemarin, dia terlihat ramah dan selalu menyapa pembeli dengan sebaris senyum manis.

”Lagi M ya mbak, jutek amat,” seorang pembeli mencoba menggodanya.

Alih-alih menjawab dengan manis, si mbak malah nyolot, ”kenapa emangnya, kepo amat sih.  Kalau gak mau belanja disini, gak usah.  Daripada ke sini buat ngurusin orang!”

Aduh. Deg. Saya kaget.
Beneran lagi sensi berat kayaknya si mbak.  Baiklah, timbang panjang urusan saya diam aja, bayar lalu buru-buru melipir. Haha.

*****

Sebuah kalimat bijak bilang bahwa ibadah yang paling gampang, murah bahkan gratis adalah memberi senyuman.  Di kantor tempat saya bekerja dulu ada istilah 221.  Dua cm ke kanan, dua cm ke kiri, tahan selama 1 menit. Coba deh praktikkan, jangan salahkan kalau bibir kalian dower ya :P..
Senyum ini, hanya perlu sedikit melengkungkan otot-otot diseputar bibir dan membuka hati seluas-luasnya, maka senyum akan tercipta.   Pada kenyataannya ada berbagai jenis senyuman dari yang paling tulus sampai yang bisa mengundang kemarahan, senyum sinis atau senyum kesombongan misalnya.  Seperti apa senyum sinis atau sombong itu, silahkan mengartikan dan membayangkannya sendiri.

Sebagai emak cihuy, saya sering mempraktikkan senyum di area publik.  Memasang wajah ramah pada orang-orang yang saya temui.  Sebagian membalas dengan senyum, tapi ada juga lho yang menatap aneh.  Mungkin saya dikira gila kali ya senyum-senyum sendiri, sok kenal padahal salah orang. Pernah usai menonton film dibioskop, sesaat setelah film usai, lampu mulai dinyalakan petugas kebersihan bioskop juga masuk untuk mengambil sampah bekas makanan dan minuman yang ditinggalkan penonton. Spontan saya berucap, ”Terima kasih, Mbak!’ Ealah si mbak malah bengong sesaat sebelum akhirnya menjawab, ”Sama-sama bu.”

Senyum, adalah media komunikasi tanpa kata antara dua orang atau lebih.
Pada profesi tertentu, senyum bahkan menjadi sebuah senjata ampuh dan materi penting untuk dijalankan setiap saat.  Misalnya pada para petugas pelayanan publik, customer service, petugas pintu tol, marketing produk, penari, pramugari, dll.  Pada tingkatan ini mereka harus bisa tersenyum seramah-ramahnya dan mengesampingkan suasana hati yang sedang galau, utang yang menumpuk, masalah pribadi, dsb.  Seorang trainer juga begitu, saat memasuki ruangan dengan wajah masam dan galak, biasanya peserta training dipastikan bakal mengkeret dah sepanjang acara, suasana juga menjadi tegang.  Alih-alih pintar, yang ada pada ketakutan deh.

Gede Prama, yang menyebut dirinya sebagai pelayan di jalan meditasi bahkan pernah bilang bahwa senyuman adalah lengkungan yang meluruskan segalanya. Pastinya ini senyum tulus dan ramah ya.  Bukan senyum sinis apalagi ditambah tatapan aneh.

Seorang petugas keamanan di sebuah mall mempraktikkan ini.  Dari jauh wajah si bapak kelihatan garang dengan kumis yang tebal dan badan tegap, tapi setiap kali pengunjung lewat didepannya tak pernah lupa ia tersenyum dan menyapa dengan ucapan ”Selamat pagi, bu” dan mak nyus........ kesan garang itu mendadak lenyap dan akhirnya orang terbiasa memandang beliau sebagai bapak yang ramah. Wajah boleh preman, tapi hati harus tetap penuh cinta kasih. 

Balik ke mbak penjaga warung di awal tadi.  Saya membayangkan kalau kemudian pembelinya kapok belanja disana.  Males balik lagi karena dianya jutek.  Bukankah itu jadinya malah merugikan ya.  Hanya karena otot-otot bibirnya terlalu kaku hingga susah melengkung, berkurang deh rejekinya.  Belum lagi kalau si pembeli lantas bercerita ke temannya, tetangganya dan seterusnya.  Makin banyak aja yang bakalan batal belanjan ke sana.  Duh.

Jadiiiiiiiiiiiii.............
Hari ini saya hanya mau bilang
”Selamat sore semuaaaaaa, siap-siap menjelang tahun baru dan sudahkah anda tersenyum hari ini?”


5 comments:

  1. aku juga pernah nemu dangan jutek gitu kak, bikin mood beli ilang. gemes

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah khan. Kalau ketemu yang begini beneran bikin mood belanja ilang deh, besok2nya juga jadi males ya balik kesana lagi. Makanya itu bersikap ramah itu penting banget

      Delete
  2. Aku pernah dijutekin.. tapi ya udah gitu aja. Aku ga brani jutekin balik.. paling nyesek sendiri aja.. jalan sambil nunduk trus2 ujung2nya mata berkaca-kaca heheheheh

    Sebenernya indonesia kan dikenal dengan negara yg ramah yah, tapi kenapa respondnya ngeliat aneh gitu ya kalo disenyumin.. terlalu cepet mikir takut ditipu atau dihipnotis kali yak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaaaa aku kok ikut sedih baca dibagian mata berkaca-kaca itu ya
      Tapi memang kadang kecewa sih rasanya, saat kita berusaha ramah ternayata responnya gak sesuai harapan hiks

      Iya kayaknya, makin kesini orang-orang makin saling curiga satu sama lain, sedih ya

      Delete
  3. Kalau nemu dagang jutek, aku mikir2 lagi buat balik belanja tempatnya. Apalagi aku kerja di tempat yg wajib senyum, biar gemas harus tetap senyummm :))

    ReplyDelete