“Permisi…… ,”
sebuah suara terdengar dari pagar depan sembari mengetuk-ngetukkan gembok
pagar.
“Ya,
siapa? Tunggu sebentar Pak,” Sahut saya dari dalam rumah
“Dari
PLN bu,” suara itu terdengar kembali
“Oh
iya, Pak. Langsung masuk aja, silahkan.“
Saya menyahut santai lalu kembali melanjutkan pekerjaan di dalam rumah. Biasanya petugas PLN khan hanya datang buat
nyatet pemakaian listrik bulanan.
“Bukan
mau ngecek, Bu. Ini ada surat dari PLN,”
sahutnya
Lho ada apa ini, kok tumben saya dikirimi
surat dari PLN. Aya-aya wae PLN nih, hari gini main
surat-suratan. Khan sekarang udah
jamannya WA atau email yak *oke. Ini garing*. Tapi saya beneran heran, ada apa
gerangan PLN kok tiba-tiba romantis pake acara kirim surat segala. Bergegas saya keluar menemui Bapak petugas.
“Surat
Peringatan bu, karena bulan ini ibu menunggak,”
jelas si Bapak saat mekihat saya muncul dari balik pintu
WHAT!!!
Saya nunggak? Kok bisa? Aduh, bagaimana
ini?
Campur aduk deh perasaan saya waktu
itu. Antara keki, gengsi dan malu saya
ambil suratnya dan menandatangani tanda terima sekalian minta maaf ke bapak
petugas PLN.
Saya baca baik-baik surat itu. Tertera peringatan untuk segera melunasi pembayaran
tagihan listrik. Coba mengingat-ingat,
kok bisa begini kejadiannya. Jadi,
rutinitas awal bulan kami adalah menuntaskan semua pengeluaran rutin rumah
tangga. Listrik, air PDAM, SPP sekolah,
asuransi, arisan, iuran ini itu dll baru kemudian menyisihkan untuk tabungan
dan kebutuhan sehari-hari selama sebulan.
Nah, seingat saya, awal bulan Juli itu semua sudah tuntas, tak ada
tunggakan. Lalu, apa yang salah?
Ayah!
Wah, ini pasti Ayah deh. Biasanya urusan
bayar-bayar rutin ini tugas saya, tapi kebetulan awal bulan itu saya sedang ada
kegiatan yang cukup menyita waktu, jadi minta tolong ke Suami. Jangan-jangan dia lupa transfer. Buru-buru saya mengabarinya dan mengirimkan
foto tagihan ini. Lalu ngakaklah dia di
ujung telephone.
“Oh
iyaaaaa….. waktu itu pas Ibu minta tolong transfer, ATM nya lagi rame
banget. Trus rencananya mau pake i-net
banking aja dirumah. Trus sepertinya
Ayah lupa deh!”
Gubrak! Bener khan. Ternyata Ayah
lupa. Langsung deh saya minta untuk
segera ke ATM hari itu juga. Fyuuuh.
Hampir saja kami gelap-gelapan.
Pembayaran Tagihan Listrik
Dalam kondisi begitu, saya kemudian
tersadar betapa pentingnya listrik untuk membantu kelancaran aktivitas
sehari-hari. Sekaligus miris sih
sebenarnya, karena jadinya sangat ketergantungan pada listrik. Mesin cuci, setrika, rice cooker,
lampu-lampu, HP, dll sangat erat kaitannya dengan penggunaan listrik. Bahkan karena dirumah kami menggunakan
internet dengan wifi, maka setiap kali listrik padam, internet juga ikut
padam. Rasanya mati gaya deh.
Kami memang masih menggunakan jenis
listrik pasca bayar, maka mau tidak mau setiap bulan harus membayar tagihan PLN sesuai
dengan besarnya pemakaian. Sebenarnya,
saat ini, sistem pendukung sudah sangat memudahkan unttuk melakukan pembayaran,
bisa dilakukan di loket resmi PLN, minimarket yang bekerja sama langsung dengan
PLN, Bank, kartu kredit ataupun lewat toko online.
Untuk memudahkan pembayaran, kita bisa lho
Mak mengecek terlebih dahulu besarnya biaya yang akan kita bayarkan. Biar gak bolak balik gitu. Khan
gak lucu, sudah sampai di depan loket, trus batal bayar karena duitnya kurang. Nah,
cobain deh manfaatkan fitur yang diberikan oleh toko online terpercaya, disana secara lengkap akan
ditampilkan informasi pemakaian daya dan jumlah tagihannya. Jadi, pembayarannya bisa kita siapkan sejak
dari rumah ya, Mak.
Resiko Keterlambatan
Mak sekalian, udah pada tahu khan kalau
pembayaran tagihan listrik itu paling lambat tanggal 20 setiap bulannya?
PLN ini cepet bener lho mendeteksi
siapa-siapa saja yang belum bayar tagihan.
Buktinya saya, tiba-tiba dapat surat peringatan pada tanggal 24
Juli. Baru 4 hari berlalu lho. Dan akibatnya, saat melunasi pembayaran, kena
deh denda keterlambatan. Iya, resiko keterlambatan dibuat bertingkat oleh PLN,
sesuai jangka waktu tunggakan dan besarnya daya yang digunakan.
Resiko
yang pertama adalah denda. Setiap pelanggan PLN yang menggunakan
listrik yang disalurkan oleh PLN dan telat dalam membayar tagihan listrik maka
harus bersiap untuk mendapatkan denda. Besar denda yang diberikan PLN
berubah-ubah tergantung dari kebijakannya. Besar denda dihitung untuk per
bulannya dan disesuaikan dengan golongan tarif serta jumlah tagihannya.
Walaupun denda yang diberikan terbilang cukup murah, tergantung dari besar
batas daya yang dipergunakan, namun kita tetap tidak boleh untuk menunda dan
telat dalam membayar tagihan listrik dari PLN. Besar denda per bulan yaitu:
- Batas daya 450 VA dan 900 VA sebesar Rp 3000.
- Batas daya 1.300 VA denda per bulan Rp 5.000.
- Batas daya 2.200 VA besar denda per bulan Rp 10.000.
- Batas daya 3.500-5.000 VA, besar denda Rp 50.000.
- Batas daya 6.600-14.000 VA, besar denda 3% dari besar tagihan rekening listrik per bulan, minimal Rp 75.000.
- Di atas 14.000 VA, denda per bulan 3% dari rekening listrik per bulan atau minimal Rp 100.000.
Kedua adalah pemutusan sementara.
Sanksi ini diberikan oleh PLN untuk setiap pelanggannya yang masih belum
melunasi tagihan untuk bayar tagihan PLN sesuai dengan waktu
atau tenggat yang diberikan dalam jangka waktu 1 bulan usai keterlambatan
dimana 1 bulan sebelumnya hanya dikenai denda. Sanksi ini akan dicabut oleh PLN
jika kita sudah membayarkan tagihan listrik yang dibebankan ke kita yang
ditambah dengan denda atau biaya keterlambatan.
Ketiga
adalah pemutusan permanen. Sanksi tegas yang diberikan oleh PLN ini
diberikan atau dijatuhkan ke pelanggan yang belum membayar tagihan listrik
maksimal 60 hari terhitung dari hari pertama pelaksanaan pemutusan aliran listrik
sementara. Sehingga jika setelah 2 bulan setelah pemutusan sementara, bahkan
PLN sudah memberikan tagihan untuk segera dibayarkan, namun kita belum
membayarkan tagihan dan biaya keterlambatan yang dibebankan maka siap tidak
siap, PLN akan mencabut pemutusan listrik secara permanen atau pemutusan
rampung.
Pemutusan rampung yang dilakukan oleh PLN
tidak hanya sekedar memutuskan aliran listrik yang sebelumnya menjadi hak
pelanggan namun juga akan membongkar kemudian mengambil sebagian bahkan seluruh
dari instalasi milik PLN yang ada atau terpasang, baik di rumah, kantor ataupun
di tempat usaha. Jika setelah PLN melakukan pemutusan permanen di rumah kita
sehingga rumah menjadi gelap gulita dan ingin mendapatkan pasokan listrik kembali,
maka kita harus bayar tagihan
PLN dan biaya denda yang dibebankan.
Nah Mak semua, jangan sampai kejadian kayak
saya ya. Setiap awal bulan biasakan
membuat check list pengeluaran rutin
dan memberi tanda untuk tagihan yang sudah tuntas dan yang belum. Untuk yang belum sertakan alasannya dan
secara berkala sebaiknya list ini diperiksa kembali untuk menghindari terjadinya
“lupa” seperti yang kami alami dua bulan lalu. Ingat, emak khan Menteri Keuangan dalam rumah
tangga, jadi pengambil kebijakan moneter yang utama. Kalau Emak udah lupa, bisa kacau dunia
persilatan.
Yuk, jadi emakcihuy!
Salam
Dendanya lumayan, bisa buat beli cireng wkwkwk
ReplyDeleteDi rumah sini pakai listrik pra bayar XD
Haha...sama, aku juga pernah sekali mengalami kejadian seperti ini. Terlambat dan dapat surat peringatan. Aku kelupaan bayar. Padahal rasanya sudah bayar, ternyata belum. Duh... sejak itu mulai lebih teliti lagi. Tiap udah bayar atau belum, aku tandai dalam catatan pengeluaran bulanana. Mati gaya kalo ga ada listrik. Ga ada inet gpp, asal barang2 elektronik di rumah nyala. Ga bisa nyuci, masak nasi, AC mati dan ga bisa nyetrika itu sedih jenderal haha
ReplyDeleteIya klo diputusin PLN sama nyeseknya kya diputusin mantan deh kyana ya mbak.. aq prnh liat tetanggaku yg diputus smntra listriknya.. petugasnya rada g sopan gtu, g permisi lgsg aja diputus hbs gtu baru deh ngmg klo udah diputus..kan kasihan.. tp g tau jg sih apa mmg petugasnya yg udah gemes krn udah berbulan2 blom dibyr jg. Btw knp kok g ganti ke yg token mbak?
ReplyDeleteDua bulan lalu aku pun lupa bayar listrik. Pas pulang kerja, kirain teh mati lampu. Pas liat tetangga-tetangga kok lampunya pada nyala? Ngelongok meteran listrik, eh ternyata udah disegel huahahaha.. Beneran lupa waktu itu. Hampir mirip sama cerita mbak Arni. Kalo aku, yang antri loketnya, jadi pulang lagi.. Niat mau bayar pake ibanking, eh lupa! Akhirnya disegel deh.. Padahal itu masih telat sehari..
ReplyDeleteDan sekarang, ngomong-ngomong soal listrik, kami di Batam lagi bete.. Di Batam lagi musim pemadaman bergilir. Selama bulan September ini tiap hari mati lampu. Mana kalo mati lama lagi..
Btw kok aku jadi curcol panjang gini ya? Hehehe...
Aku sering mbak dapet surat teguran, suami sering lupa bayar dan malah jadi nitip ke petugas yg nganter surat. Padahal seharusnya nggak boleh. Pernah kejadian aku dan bayar online eh suami juga nitip ke dia, amblas deh uangnya.
ReplyDeleteWaduuhhh... Makasih sharenya mba Arni.. Memang paling aman di auto debet ya, jelas nggak mungkin lupa utk bayar, maklum emak2 suka ingat udh bayar padahal belum, hahahahaha
ReplyDeleteIya bahaya kalau sampai telat bayar. Kalau di rumah, tante yang bayar, jadi gak telat hehe
ReplyDeleteDendanya lumayan juga ya, baiknya memang di tanggalan di kasih tanda kapan harus dibayar listri itu.. Ini jadi peringatan penting nih, jangan sampai telat terus..
ReplyDeleteEmak-emak emang banyak sekali kesibukannya, salutnya lagi meskipun gitu, tetap mengurus anak dan suami diutamakan..
Sayang dendanya bisa buat beli kuota hihi.
ReplyDeleteAyo beralih ke prabayar mak *udah macem sales PLN* hihi
Aku sampai saat ini kalau bayar tagihan listrik di Telkom deket rumah, hahah masih manual. Padahal bisa aja via ATM, tapi kalau ada apa2 struknya tinggal kertas putih aja tuh, tulisannya hilang. Denda dan adm nya lumayan buat beli tahu bulat wkwkwk :)
ReplyDelete