Tadi siang,
saya berbelanja di warung dekat rumah. Saat berniat membayar, saya
menyadari ada yang berbeda pada mbak warung. Mungkin dia sedang ada
masalah, raut wajahnya terlihat masam. Manyun aja dia. Padahal
kemarin-kemarin, dia terlihat ramah dan selalu menyapa pembeli dengan sebaris
senyum manis.
”Lagi M ya
mbak, jutek amat,” seorang pembeli mencoba menggodanya.
Alih-alih
menjawab dengan manis, si mbak malah nyolot, ”kenapa emangnya, kepo amat
sih. Kalau gak mau belanja disini, gak usah. Daripada ke sini buat
ngurusin orang!”
Beneran lagi
sensi berat kayaknya si mbak. Baiklah, timbang panjang urusan saya diam
aja, bayar lalu buru-buru melipir. Haha.
*****
Sebuah kalimat
bijak bilang bahwa ibadah yang paling gampang, murah bahkan gratis adalah memberi
senyuman. Di kantor tempat saya bekerja dulu ada istilah 221.
Dua cm ke kanan, dua cm ke kiri, tahan selama 1 menit. Coba deh praktikkan,
jangan salahkan kalau bibir kalian dower ya :P..
Senyum ini,
hanya perlu sedikit melengkungkan otot-otot diseputar bibir dan membuka hati
seluas-luasnya, maka senyum akan tercipta. Pada kenyataannya ada
berbagai jenis senyuman dari yang paling tulus sampai yang bisa mengundang
kemarahan, senyum sinis atau senyum kesombongan misalnya. Seperti apa
senyum sinis atau sombong itu, silahkan mengartikan dan membayangkannya
sendiri.
Sebagai emak
cihuy, saya sering mempraktikkan senyum di area publik. Memasang wajah
ramah pada orang-orang yang saya temui. Sebagian membalas dengan senyum,
tapi ada juga lho yang menatap aneh. Mungkin saya dikira gila kali ya
senyum-senyum sendiri, sok kenal padahal salah orang. Pernah usai menonton film
dibioskop, sesaat setelah film usai, lampu mulai dinyalakan petugas kebersihan
bioskop juga masuk untuk mengambil sampah bekas makanan dan minuman yang
ditinggalkan penonton. Spontan saya berucap, ”Terima kasih, Mbak!’ Ealah si
mbak malah bengong sesaat sebelum akhirnya menjawab, ”Sama-sama bu.”
Senyum, adalah media
komunikasi tanpa kata antara dua orang atau lebih.
Pada profesi
tertentu, senyum bahkan menjadi sebuah senjata ampuh dan materi penting untuk
dijalankan setiap saat. Misalnya pada para petugas pelayanan publik,
customer service, petugas pintu tol, marketing produk, penari, pramugari,
dll. Pada tingkatan ini mereka harus bisa tersenyum seramah-ramahnya dan
mengesampingkan suasana hati yang sedang galau, utang yang menumpuk, masalah
pribadi, dsb. Seorang trainer juga begitu, saat memasuki ruangan dengan
wajah masam dan galak, biasanya peserta training dipastikan bakal mengkeret dah
sepanjang acara, suasana juga menjadi tegang. Alih-alih pintar, yang ada
pada ketakutan deh.
Gede Prama,
yang menyebut dirinya sebagai pelayan di jalan meditasi bahkan pernah bilang
bahwa senyuman adalah lengkungan yang meluruskan segalanya. Pastinya ini senyum
tulus dan ramah ya. Bukan senyum sinis apalagi ditambah tatapan aneh.
Seorang petugas
keamanan di sebuah mall mempraktikkan ini. Dari jauh wajah si bapak kelihatan
garang dengan kumis yang tebal dan badan tegap, tapi setiap kali pengunjung
lewat didepannya tak pernah lupa ia tersenyum dan menyapa dengan ucapan
”Selamat pagi, bu” dan mak nyus........ kesan garang itu mendadak lenyap dan
akhirnya orang terbiasa memandang beliau sebagai bapak yang ramah. Wajah boleh
preman, tapi hati harus tetap penuh cinta kasih.
Balik ke mbak
penjaga warung di awal tadi. Saya membayangkan kalau kemudian pembelinya
kapok belanja disana. Males balik lagi karena dianya jutek. Bukankah
itu jadinya malah merugikan ya. Hanya karena otot-otot bibirnya terlalu
kaku hingga susah melengkung, berkurang deh rejekinya. Belum lagi kalau
si pembeli lantas bercerita ke temannya, tetangganya dan seterusnya.
Makin banyak aja yang bakalan batal belanjan ke sana. Duh.
Jadiiiiiiiiiiiii.............
Hari ini saya
hanya mau bilang
”Selamat sore
semuaaaaaa, siap-siap menjelang tahun baru dan sudahkah anda tersenyum hari
ini?”
aku juga pernah nemu dangan jutek gitu kak, bikin mood beli ilang. gemes
ReplyDeleteNah khan. Kalau ketemu yang begini beneran bikin mood belanja ilang deh, besok2nya juga jadi males ya balik kesana lagi. Makanya itu bersikap ramah itu penting banget
DeleteAku pernah dijutekin.. tapi ya udah gitu aja. Aku ga brani jutekin balik.. paling nyesek sendiri aja.. jalan sambil nunduk trus2 ujung2nya mata berkaca-kaca heheheheh
ReplyDeleteSebenernya indonesia kan dikenal dengan negara yg ramah yah, tapi kenapa respondnya ngeliat aneh gitu ya kalo disenyumin.. terlalu cepet mikir takut ditipu atau dihipnotis kali yak..
waaaaa aku kok ikut sedih baca dibagian mata berkaca-kaca itu ya
DeleteTapi memang kadang kecewa sih rasanya, saat kita berusaha ramah ternayata responnya gak sesuai harapan hiks
Iya kayaknya, makin kesini orang-orang makin saling curiga satu sama lain, sedih ya
Kalau nemu dagang jutek, aku mikir2 lagi buat balik belanja tempatnya. Apalagi aku kerja di tempat yg wajib senyum, biar gemas harus tetap senyummm :))
ReplyDelete