Wew. Saya terus terang kaget dengar pertanyaan itu. Ini bocah 6 tahun lho ya. Kok ujug-ujug udah bahas pernikahan. Err… pelan-pelan saya balik bertanya
“Kenapa nanya begitu, memangnya ada apa?”
“Gak apa-apa. Pengen tahu aja. Khan di buku IPS ada pelajaran tentang keluarga, katanya keluarga itu ada ayah ibu dan anak. Ayah dan ibu ini khan menikah. Berarti nanti Prema juga menikah. Nah, itu nanti sama siapa?”
“Oh iya. Benar sayang. Semua orang nanti akan menikah. Yang laki-laki jadi ayah, yang perempuan jadi ibu. Tapi itu hanya dilakukan kalau udah dewasa.”
“Dewasa itu apa?”
Oops. Kosa kata baru buat cah bagus.
“Dewasa itu udah gede. Sudah cukup umur untuk menikah. Nih, kalau kayak kakak sekarang yang baru umur 6 tahun, belum bisa menikah. Masih lamaaaaaaaaa sekali. Sekolah dulu yang baik, belajar yang rajin, bekerja yang jujur, punya uang yang cukup, baru deh nanti ketemu cewek yang cocok trus menikah.”
“Masih lama banget ya, bu?”
“Iya. masih lamaaaa banget. Oke, cukup ya bahas menikahnya. Nanti aja kalau kakak udah gede baru kita bicarakan lagi. Sekarang waktunya bobo siang.” Saya menutup pembicaraan biar gak makin ngelantur.
*****
Terkadang kita memang harus pinter-pinter puter otak dan nyari jawaban buat si kecil yang kritis ya. Di era yang semakin digital ini, anak-anak generasi Z memang selalu punya stok pertanyaan ajaib yang tak terduga. Seperti apa menghadapinya?
Buat mak rempong kayak saya, kadangkala muncul rasa malas untuk menanggapi setiap celoteh bocah ataupun pertanyaan “tak penting” kayak tadi. Tak pentingnya pake tanda kutip ya Ma. Tak penting karena memang belum waktunya dibahas. Tapi menjadi penting ketika si kecil jadi merasa diabaikan lalu kecewa. Jadi mau gak mau memang sebaiknya diladeni.
Nih, sedikit tips dari emak buat menjawab pertanyaan-pertanyaan ajaib si kecil :
Tetap Tenang
Ketika si kecil bertanya, itu artinya memang dia ingin tahu atau hanya kebetulan terlintas dipikirannya setelah membaca, mendengar atau menyaksikan sesuatu. Jangan tergesa menanggapi dengan respon yang tak diharapkan, misalnya terkejut atau membentaknya. Terkadang ada orang tua yang menjawab, “hush! Ngomong apa kamu. Masih kecil udah bahas begituan. Udah diam!”Yang seperti ini sebaiknya tidak dilakukan ya, Ma. Karena akan membuat anak terkejut. Dia memang mungkin akan diam dan berhenti bertanya, tapi hatinya masih menyimpan penasaran. Pikirannya terus merekam pertanyaan itu. Bisa jadi dia akan mencarinya sendiri, bisa lewat bacaan, tontonan atau bertanya ke orang lain. Daripada itu terjadi, lebih baik kalau kita, guru pertamanya, yang memberi jawaban.
Dengan bersikap tenang, kita tentunya bisa berpikir tenang juga. Pelan-pelan cari tahu, kenapa dia menanyakan hal itu. Dari mana dia mendengarnya. Dan seterusnya. Jangan juga ujug-ujug ngasi jawaban yang ternyata gak nyambung. Teman saya pernah seperti itu.
Suatu hari anaknya bertanya, “Bunda, KB itu apa?”
Bundanya langsung menjawab, “KB itu cara untuk mengatur jarak kelahiran anak, biar gak terlalu berdekatan. Alatnya macam-macam, harus dibantu bidan atau dokter bla bla bla…….,”
“Kenapa di sekolah aku ada tulisan TK dan KB nya, Bun?” Khan yang sekolah anak-anak, memangnya harus ketemu dokter ya?”
Gubraaaaak!
Tuh khan. Padahal KB yang dimaksud anaknya itu KB Kelompok Bermain lho ya. Tiwas bundanya udah kadung ngoceh panjang lebar jelasin kontrasepsi segala, padahal yo gak nyambung. Ini karena apa? Ya itu tadi, reaksi spontan tanpa bertanya asal muasal pertanyaan si anak.
Tunjukkan Perhatian
Selain karena ingin tahu, kadangkala anak bertanya karena butuh perhatian. Sebisa mungkin tatap matanya ketika menjawab. Jika Mama sedang bekerja, boleh semenit saja hentikan sejenak untuk menoleh kepadanya, agar anak merasa diperhatikan.Jujur saja, saya kadang melakukan kesalahan ini. Sedang asyik nulis artikel, lalu si kakak bertanya atau bercerita. Jawabnya ya sambil ngetik. Lalu dia protes, “Ibu, lihat sini dulu, jangan noleh-noleh!”
Kalau sudah begitu, mau gak mau saya berhenti. Lalu memberi kesempatan padanya untuk bicara, bertanya dan sejenisnya.
Hal-hal seperti ini bisa dikomunikasikan terlebih dahulu kok. Beri tahu si kecil ketika kita akan melakukan sesuatu dan sampaikan padanya bahwa kita akan menanggapi, mengawasi dan menjawab celotehnya sambil melakukan pekerjaan kita. Saya, biasanya melakukan ini ketika menyetrika atau memasak. Khan gak mungkin dong, untuk meladeni setiap celotehnya lantas saya mematikan kompor atau mencabut setrikaan terlebih dahulu. Err… ini juga stiuasional lho ya. Ada hal-hal tertentu yang memang butuh perhatian lebih. Gak apa-apalah stop dulu masak atau nyetrikanya.
Intinya, beri si kecil perhatian agar tak merasa diabaikan. Karena ini akan membentuk karakternya dimasa depan. Bagaimana dia menanggapi orang lain, bagaimana dia menjawab pertanyaan, bagaimana bersikap dalam obrolan dan seterusnya yang manadia akan melakukan sesuai contoh yang didapatnya dari sekolah pertama dalam hidupnya yaitu keluarga.
Beri Jawaban Sederhana sesuai umurnya
Setiap tahapan umur tentunya menguasai kosa kata yang berbeda dan bertambah terus. Contohnya tadi, saya mengucap kata “dewasa” ternyata si kakak belum tahu. Akhirnya saya harus menjelaskan lagi kepadanya.Kadangkala kita lupa bahwa anak-anak adalah mereka yang memang masih berusia dini dengan pemikiran yang juga dini. Bukan miniatur orang dewasa. Jadi menyampaikan sesuatu juga ya memang harus pakai bahasa anak-anak. Pilih kata-kata yang mudah dimengerti agar tak menimbulkan pertanyaan lanjutan. Kalaupun kelepasan, ya siapkan jawaban yang bisa diterima pikiran logis sesuai umurnya.
Alihkan ke hal lain yang menarik perhatiannya
Setelah menjawab pertanyaan, agar tak berlarut-larut, bolehlah alihkan perhatiannya. Ingat ya moms, jawab dulu pertanyaannya baru alihkan perhatian. Jangan dibalik. Bisa dengan kegiatan lain seperti bernyanyi bersama, bercerita dengan topik lucu dan lain-lain. Mama pasti udah ahli deh untuk urusan ini.Nah Ma. Itu dia 4 tips dari saya. Kalau ada tips lain, monggo ditambahkan ya, Ma. Dengan senang hati saya membuka ruang diskusi seluas-luasnya.
Salam
Arni
Aku blom punya anak. Pacar aja gak ada ._.
ReplyDeleteSedih..
Tapi ini cocok artikelnya buat aku. Punya ponakan sering nanya yg jawabannya bikin pusing gimana jelasinnya. Yah itung2 latian sebelum dipanggil 'mama'.
Untungnya tadi gak dikasi label "spesial for mama" ya artikelnya hehehe
DeleteTenang mbak, waktu masih panjang, resolusi tahun baru tuh, punya pacar, lanjut nikah dan punya anak
Ou ya ya, bener juga, ini bisalah buat latihan persiapan jadi mama nantinya hehe. Btw ponakannya sama ceriwisnya juga nih kayaknya dengan anak saya hehehe
Bunda KB itu apa? bisa liat contohnya :D wkwkw untung nggak nanya beginian ya kak :D
ReplyDeleteAnak sekarang pinter-pinter nanya ya..bundanya harus gesit buat menjawab :)
Hahahaha makanya sekarang aku klo bocah nanya aneh2 sebelum menjawab kutanya balik dulu, kenapa dia bertanya begitu, dengar atau lihat dimana kata2 itu dst. Biar jawabnya bener dan terarah
Deletehahahaa... sama, anakku 6 tahun juga nanya seperti itu. Aduuuh... bingung jawabnya.
ReplyDeleteAku jawab aja, itu rahasia Allah, Sayang.
Dia cuma manggut2 jadinya
Kadang2 pertanyaan si kecil memang susah ditebak ya mbak hahaha
DeleteIya pertanyaan anak2 itu terkadang diluar prediksi ya, untung baca artikel ini jadi ada bayangan kalo sewaktu2 anak bertanya
ReplyDeleteLalu setelah baca ini, ternyata kemudian pertanyaan si kakak bukan tentang ini tapi yang lebih ajib lagi haahahaha
Deletesalam kenal Bu,
ReplyDeleteternyata pertanyaan seperti itu ada juga ya,
bagaimana cara/tips untuk menjelaskan hal-hal sensitif kepada anak ya Bu?
terima kasih
Aku ngakak pas pertanyaan tentang KB itu, makasih Mbak sharingnya buat persiapan kalo kelak Aim nanya yang ajaib2 pada kami.
ReplyDelete