Teman-teman, berapa kali sehari menunaikan “panggilan alam”
untuk mengeluarkan limbah domestik dari dalam tubuh? Pernahkah terbayangkan,
bisa jadi suatu hari limbah domestik yang kita buang ini ternyata mempengaruhi kehidupan
kita dalam jangka panjang? Bisa kembali dalam bentuk makanan/minuman yang kita
konsumsi atau bisa jadi menjadi sumber masalah (penyakit dll) bagi diri sendiri dan lingkungan.
Umumnya kita merasa sudah tuntas ketika sudah
mengeluarkannya. Membuangnya. Merasa cukup nyaman dengan tubuh yang
“lega”. Dan tak pernah terpikir
kemanakah perjalanan limbah domestik yang kita buang ini. Apakah benar-benar aman atau justru berakhir
di suatu tempat yang tak terduga.
Hari Selasa, 19 November 2019 lalu, bertepatan dengan Hari
Toilet Sedunia, saya berkesempatan mengikuti bincang-bincang ringan (dan agak
bikin shock) tentang hal ini.
Menghadirkan tiga narasumber yaitu :
Ika Fransiska Advisor Bidang Pemasaran dan Perubahan
Perilaku USAID IUWASH PLUS
DR. Subekti SE.,MM
– Direktur Utama PD PAL JAYA
Zaidah Umami –
Bidang Kesehatan Lingkungan, Puskesmas Kecamatan Tebet
Fakta-fakta yang disampaikan oleh tiga narasumber ini
sungguh membuat saya terkaget-kaget.
Bahwa masih begitu banyak penduduk Indonesia yang melakukan BABS (Buang
Air Besar Sembarangan). Tak punya toilet
(kloset) di rumahnya. Atau meskipun
punya, ternyata tak ada tangki septiknya (septictank) sehingga langsung
mengalir ke sungai-sungai terdekat, terutama buat mereka yang tinggal di daerah
bantaran sungai. Ada juga yang berakhir
ke selokan-selokan depan rumah. Bahkan
lebih ajaib lagi, masih ada yang mendarat di jalanan, tanah-tanah kosong, kebun
dll. Duh… maafkan kalau agak bikin ada
rasa yang bergejolak di perut ya. Tapi
inilah faktanya.
Saya ingat sekali, dulu waktu masih sekolah pernah
mendapatkan pelajaran tentang sanitasi yang salah satunya menjaga jarak aman
antara tangki septik dengan sumur tanah.
Minimal 10 meter. Bapak saya
menerapkan ini di rumah kami di Kendari sana.
Waktu merenovasi rumah dan membuat tangki septik, beliau benar-benar
mengukur jarak ini. Makin jauh makin
bagus, begitu katanya.
Di kota besar seperti Jakarta, kita umumnya mengenal
gemerlap kawasan metropolitannya. Tapi
jangan lupa, kawasan-kawasan tertentu merupakan hunian padat penduduk yang kendala
utamanya adalah keterbatasan lahan. Yang
tentunya berimbas pada terbatasnya akses ke toilet yang layak dan aman. Efek sampingnya adalah penurunan kualitas air
bersih. Kementerian Lingkungan Hidup
menyatakan bahwa 75 % sungai di Indonesia tercemar dimana 60 % polutannya
disumbangkan dari air limbah domestik
yang tidak diolah. Duuuh…
Mengenal Sanitasi
Aman
![]() |
Di sungai ini, bertahun-tahun warga setempat membuang limbah domestiknya |
Sanitasi aman adalah sistem sanitasi yang memutus sumber
pencemaran limbah domestik ke sumber air.
“Siapa di sini yang
rutin menguras septic tank di rumah?” pertanyaan sederhana dari mbak Lina
Damayanti, moderator diskusi hari itu, yang bikin kami semua terdiam. Jujur saja, saya yang sudah menempati rumah
kami di Bogor sejak 13 tahun lalu belum pernah menguras tangki septik kami.
Saya baru tahu kalau ternyata tangki septik yang aman itu
harus dikuras secara berkala setiap 2 – 3 tahun sekali. Ya, meskipun tetap tergantung besar kecilnya
tangki septik dan jumlah anggota keluarga dalam rumah. Limbah domestik dalam tangki septik yang
penuh tidak akan terurai dengan baik dan
maksimal dan besar kemungkinan terjadinya perembesan/kebocoran. Bayangkan jika ternyata tak jauh dari tangki
septik tersebut ada sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ini juga menjadi jawaban mengapa sebaiknya jarak sumber air dan tangki
septik minimal 10 meter.
“Bakteri E-Coli (Eschericia
coli) dapat bertahan hidup 3 hari.
Sementara kecepatan air mengalir dalam tanah adalah 3 m/hari. Sehingga dengan jarak yang aman, bakteri
E-Coli tidak akan masuk ke sumber air,” kata Bapak Subekti dalam salah satu
uraiannya.
Selain itu, tangki septik juga harus benar-benar kedap untuk
menghindari kebocoran/rembes
Pastikan
juga ada lubang udara keluar masuk agar gas metan yang ada didalamnya tidak
terperangkap dan malah bisa jadi bom waktu.
Ingat kasus tangki septik yang meledak tempo hari? Ini karena limbah domestic
didalamnya mengandung gas, yang kemudian terpicu oleh uji coba dengan api. Semoga kejadian ini adalah yang terakhir.
Jadi seperti apakah sebenarnya sanitasi aman pengelolaan
limbah domestik itu ? Mari coba kita uraikan satu persatu.
Penampungan,
yaitu menyiapkan tangki septik yang kedap dan sesuai SNI.
Pengangkutan,
yaitu melakukan penyedotan secara berkala dan benar-benar dibawa ke pusat
pengolahan limbah. Masih banyak lho, penawaran
jasa sedot yang kemudian berujung dengan membuangnya langsung ke sungai-sungai
besar, setu dan sejenisnya tanpa diolah terlebih dahulu.
Pengolahan, yaitu melakukan pengolahan limbah domestik dengan baik sehingga hasil
akhirnya saat kembali kea lam telah sesuai dengan standar baku mutu yang aman. Di
beberapa daerah, sudah tersedia Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Pastikan kita menggunakan jasa IPLT yang
resmi dan terpercaya.
PHBS (Perilaku
Hidup Bersih Sehat), yaitu perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga diri sendiri, anggota keluarga dan
lingkungan dapat menolong dan melindungi diri sendiri di bidang kesehatan dan
ikut berperan aktif dalam kegiatan sanitasi lingkungan. Langkah paling sederhana bisa diawali dengan
gerakan mencuci tangan sebelum dan sesudah me. lakukan kegiatan-kegiatan
penting seperti memasak, makan dan minum, menyuapi bayi dan balita, memegang
binatang, buang air besar dan air kecil
![]() |
Infografik : USAID IUWASH PLUS |
Adalah USAID IUWASH PLUS, hadir di tengah masyarakat
bekerjasama dengan pemerintah, pihak swasta, LSM, kelompok masyarakat dan mitra
lainnya menjalankan program untuk peningkatan akses air bersih dan layanan
sanitasi serta perbaikan perilaku hygiene
masyarakat miskin dan kelompok rentan di perkotaan. Hasil utama program ini tentunya adalah
terwujudnya sanitasi aman bagi seluruh lapisan masyarakat.
Belajar dari Warga RT.008 RW. 10 Tebet Timur
![]() |
Selamat datang di RT.008 |
Salah satu program USAID IUWASH PLUS yang sudah berjalan
bisa kita lihat di kawasan padat penduduk Tebet Timur, tepatnya di RT. 008 RW.
10. Saya dan teman-teman blogger
beruntung sekali bisa melakukan kunjungan langsung ke wilayah ini.
“Saya sudah puluhan tahun tinggal di sini. Sejak kecil.
Dan kami memang terbiasa buang hajat di sungai,” kata Ibu Wiwi Sri
Anggoro, salah satu penduduk sekaligus kader yang bergerak aktif dalam perbaikan
sanitasi warga
![]() |
Bersama Ibu wiwi, kader penggerak warga |
Sungai yang dimaksud oleh Ibu Wiwi itu tepat berada di depan
pintu rumah warga lho. Melintas di
tengah-tengah pemukiman. Jangan tanya
warna dan aromanya ya. Dan ini sudah
jauh lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya.
“Mengubah perilaku itu
bagian tersulit dari program ini,” Ujar Zaidah Umami, sanitarian yang
bertugas di wilayah Tebet. “Bagaimana
nggak, bertahun-tahun melakukan kebiasaan yang sama, tanpa beban dan merasa
baik-baik saja. Lalu diajak untuk
berubah, membangun toilet, agar lebih bersih.
Butuh waktu hingga 2 tahun untuk akhirnya bisa seperti ini,”
lanjutnya.
![]() |
Pabrik tempe dan tanaman hidroponik, tepat di bantaran sungai |
Karena merupakan kawasan yang sangat padat penduduk, untuk
membangun toilet dan tangki septik pribadi di rumah masing-masing adalah bagian
berat lainnya. Maka USAID IUWASH PLUS bersama-sama
penduduk setempat dan pihak terkait mengadakan program pembangunan IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) komunal. Yaitu
pembuatan tangki septik besar yang bisa digunakan oleh banyak warga secara
bersama-sama. Dengan IPAL komunal ini,
limbah domestik dari masing-masing rumah warga tertampung dan tersaring di sini
(1 IPAL bisa melayani sekitar 30 KK) Yang pasti, pembangunan instalasi ini juga tak
mudah tentunya. Salut buat warga yang
bersedia berubah.
![]() |
Bapak Sitam, Ketua RW 08 |
![]() |
Tepat di bawah tempat kami berdiri ini adalah Ipal Komunal. Di atasnya biasa digunakan untuk parkir motor dan balai pertemuan warga |
Selain IPAL komunal, juga ada IPAL-IPAL mini yang dibangun
dengan kesadaran sendiri oleh warga.
Salah satunya di rumah Bapak Wahyono, salah seorang pengusaha tempe
di RT.008 ini. Menurut beliau, saat ini terasa lebih nyaman
dan bersih setelah memiliki IPAL dirumahnya.
Semoga kesadaran seperti ini terus meluas ke warga-warga yang lain.
Dalam kunjungan ini, kami juga berkesempatan melihat
langsung proses pengurasan tangki septik di rumah Ibu Surati. Penyedotan ini dilakukan oleh PD PAL Jaya
(Perusahaan Daerah pengolahan Air Limbah).
Dari sini, limbah akan dibawa ke pusat pengolahan dan diolah sampai
memenuhi baku mutu untuk kemudian dialirkan ke badan penerima (sungai).
![]() |
Proses penyedotan limbah domestik oleh PD PAL Jaya |
Saya juga baru tahu, kalau ternyata saat penyedotan seperti
ini jangan dilakukan sampai benar-benar kering.
Jangan sampai mikroba pengurai yang berada dalam tangki septik habis,
sehingga butuh waktu lama lagi untuk memulai menguraikan limbah baru yang
masuk. Biarkan tersisa sedikit, agar
mikroba bisa langsung bekerja.
Penyedotan secara rutin dan berkala seperti ini akan
memperkecil pencemaran air tanah dari limbah domestik akibat kebocoran tangki septik
juga menjaga keseimbangan biota air permukaan karena limbah yang dialirkan ke
sungai dan tempat terbuka lainnya sudah melalui proses pengolahan.
Sanitasi aman adalah kebutuhan kita bersama. Ayo mulai.
Dari diri sendiri. Aku, kamu,
kita. Mulai sekarang. Karena hidup sehat dimulai dari sanitasi aman.
Salam sehat
Arni
wah baru tau ada septic tank yang kedap air... saya tahunya selama ini hanya menggunakan bata dan semen saja
ReplyDelete“Siapa di sini yang rutin menguras septic tank di rumah?”
ReplyDeleteAkuuuu hehehe septic tank di rumah rutin di kuras setahun sekali. Jaraknya juga jauh dari sumber air
saya juga baru tahu nih ternyata septic tank harus dikuras 2-3 tahun sekali. Good info kak Arni!
ReplyDeleteSanitasi sehat harus aman. Sanitasi aman, hidup lebih sehat. Kesadaran akan kesehatan dan keselamatan bersama ini penting sekali. Sharing menarik mbak. Terimakasih.
ReplyDeleteWalah,ternyata luar biasa yah efeknya yang kita gak pedulikan ini. Semoga penduduk yang tinggal di daerah yang padat bisa segera ssperti warga RW008 di daerah Tebet itu ya kak. Kalo sanitasinya bersih,kesehatan juga jadi lebih baik.
ReplyDeleteKesadaran akan sanitasi masih terbilang rendah dalam masyarakat, dan dampaknya bisa memicu terjadinya pencemaran lingkungan, penurunan kualitas kesehatan, hingga penyebaran penyakit menular. Oleh karena itu, perlu adanya tindak nyata untuk merubah ke arah yang lebih baik
ReplyDeleteTernyata bahaya banget ya bila tempat saluran pembuangan BAB tidak selalu dibersihkan dan saya baru tau ternyata tempat septic tank harus dibersihkan kurang lebih 2 - 3 tahun sekali ya, Informasi yang sangat bagus banget nih kak
ReplyDeleteSaya suka paling gak tahan baunya kalau sanitasi kotor, deh. Memang perlu adanya kesadaran masyarakat untuk melakukan perubahan. Demi kesehatan bersama juga
ReplyDeleteIya, ada beberapa tata aturan agar septiktank aman bagi lingkungan sekitarnya. Di desa tentu beda juga di kota. Di kota lebih kompleks
ReplyDeleteTerima kasih banyak infonya nih kak. Pokoknya kalau udah bicara sanitasi udah berkaitan kesehatan aja ya baik bagi individu , keluarga dan lingkungan ya
ReplyDeleteAku baru tau kalo sedot septi tank gak boleh sampe kering. Makasih sharingnya mba Arni.
ReplyDeleteHooohhh kirain septi tank itu dikuras hanya kalau udah penuh aja, ternyata harus rutin dikuras tiap 2 atau 3 tahun sekali ya.. *brb cek septi tank di rumah terakhir kali dikuras kapan ya??*
ReplyDeleteSemoga penduduk jakarta lainnya bisa mencontoh sanitasi aman, bersih dan sehat seperti warga di RT 008 RW 010 Tebet ini sehingga air tanah Jakarta bisa tetap terjaga kebersihannya.
Btw, warga di RT 008 RW 010 ini butuh berapa lama ya untuk menerapkan program sanitasi aman seperti sekarang ini?
Walaupun sanitasi ada di belakang bukan berarti urusan sanitasi belakangan benar gak mba. semoga IPAL Komunal di tebet ini bisa menjadi percontohan agar dibuat IPAL Komunal di daerah lainnya
ReplyDeleteOalah baru tau ada hari toilet sedunia. Penting menurutku soal toilet ini. Apalag di negara terbelakang dan negara ber-flower yang artinya Indonesia termasuk. Penting!
ReplyDeleteWaktu di Kalbar, ini jadi masalah besar karena tanah berawa, drainase jadi tidak ada. So spetic tank pun jadi sesuatu yang mahal
ReplyDeleteJarang nih ada yang bahas gini ya di blog. Keren banget!
ReplyDeleteKebersihan toilet emang harus dijaga ya. Soalnya pengaruh besar pasti buat kesehatan..
Kl di jakarta yang rumahnya sempit2 begini jadi masalah juga ya naruh septik tanknya. Krn bisa jadi jaraknya sama sumur air bersih/PAM tdk standar. Takut kecemar. Tp septik tank kedap ini.bs jd solusi ya
ReplyDeleteBaru tahu bahwa tangki seprik bisa meledak jika tidak ada lubang udara. Pantesan kala di rumah yang dulu, almarhum bapak selalu membuat lubang udara berupa pipa kecil. Di rumah saya juga ada lubang udara untuk kubluk.
ReplyDeleteMasih banyak warga yang tidak bisa bikin tangki septik karena masalah lahan, terutama yang tinggal di tempat padat. Program yang dilakukan warga di atas bagus juga, septik tank seperti itu memudahkan banyak warga agar bisa hidup lebih sehat.
Nah iya Mak. Di kota bekasi pun perumahan sudah mulai kekurangan lahan untuk membuat jarak aman antara septictank dan sumur air. Terutama di cluster yang rumahnya kecil-kecil. Alhasil sering juga sumur sama lokasi septictank ga begitu jauh jaraknya.
ReplyDeleteOiya,untuk jasa pembersih septictank yang terpercaya itu apa ya Mak? Pengennya langsung pakai jasa yang oke aja. Bukan yang asal buang limbah di sungai