Buah pepaya buah mangga
Dimakan langsung makin menggoda
Bumi anoa punya banyak pesona
Ayo berkunjung nikmati keindahannya
Beberapa waktu lalu, di sebuah WAG saya dimention seorang kawan. Rupanya dia baru bergabung di WAG itu dan memperkenalkan diri sebagai blogger asal Kendari. Inilah asal muasal dramanya. Ternyata tak banyak yang tahu Kendari itu dimana. Dari 220 anggota WAG tersebut, hanya sedikit sekali yang benar menebak lokasi kota Kendari.
“Di Sumatera ya?”
“Jawa Timur. Nasi
goreng arangnya enak di sana,”
“Woii itu mah
Kediriiiii. Beda kakak. Yang dibahas ini Kendari!”
“Kayaknya Kalimantan
deh,”
Begitulah. Masih banyak lagi acara tebak-tebakan tentang letak kota Kendari. Sampai teman saya nyerah lalu memanggil bala bantuan “call a friend” alias mention saya yang memang kebetulan sudah lebih dulu tergabung dalam WAG itu. Sayangnya saya baru baca sekian jam kemudian. Lalu senyum-seyum sendiri baca chat yang membahas kota Kendari.
Makin kacau lagi ketika temen saya menyebut Kendari itu ibukota Sultra. Acara tebak-tebakan berikutnya berlanjut pada kata “Sultra”
‘Sulawesi Utara?”
‘Itu mah Suluuuut!”
“Sultra itu Sulawesi
Tenggara,”
“Lho harusnya Sulteng
dong. Kok jadi Sultra?”
“Karena Sulteng itu
Sulawesi Tengah.”
Wew ternyata ya, ini baru bahas satu provinsi saja. Gimana coba kalau bahas 34 provinsi di Indonesia. Bisa makin panjang dan rame tuh WAG. Gak cukup bahasnya 7 hari 7 malam deh. Nah, akhirnya saya nimbrung dalam obrolan itu yang justru membuat yang lainnya makin heran karena selama ini sebagian teman-teman mengira saya stay di Bali. Ternyata saya anak Kendari. Yes, saya lahir besar di Kendari.
Kalau ada yang bertanya dimana kampung halaman saya, dengan tegas pasti akan saya jawab Kendari. Meski sekarang tinggal di Bogor bersama keluarga kecil saya, tapi orang tua, adik-adik, keluarga besar saya masih di kendari. Jadi ya kalau mudik saya ke sana. Di Bali sih ada, mertua dan sebagian keluarga dari bapak ibu.
“Lho tapi namanya
Bali, kak?”
Iya. Saya keturunan Bali. Bapak ibu saya Bali tulen. Saya juga berdarah Bali. Jangan salah, di Kendari itu banyak sekali orang Bali. Bahkan banyak desa-desa yang khusus dihuni oleh orang Bali. Ini adalah dampak program pemerintah jaman dulu banget yaitu transmigrasi, yang membuat orang Bali dan Jawa tersebar ke seluruh Indonesia. Yups, suku paling banyak yang mengikuti program transmigrasi ini adalah Bali dan Jawa. Bapak ibu saya juga, mengikuti orang tuanya yang bertransmigrasi. Jadi ya, kakek nenek saya juga ada di kendari. Merekalah pelopor kami terdampar ke Sulawesi.
Oke. Sekian sejarah saya jadi orang Bali di Kendari.
Kembali ke laptop. Maksudnya ke Sultra.
Tahun 2021 ini tepat 42 tahun saya lahir di bumi anoa, julukan yang diberikan untuk Sulawesi Tenggara. Anoa (Bubalus depressicornis) adalah nama salah satu satwa endemik khas Sulawesi. Saat ini anoa termasuk satwa langka yang dilindungi. Hidup di hutan, merupakan hewan penyendiri dan berkembang biak sangat lambat, juga dijuluki sebagai kerbau mini. Yang penasaran, silakan cari tahu sendiri tentang hewan langka ini ya.
Anoa, satwa endemik khas Sulawesi. Foto dari Wikipedia |
Pulau Bokori, salah satu pulau indah di Kendari |
Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri dari beberapa pulau, besar dan kecil. Yang terbesar tentunya yang menyatu dengan daratan Sulawesi. Lalu ada Pulau Muna, Buton dan beberapa pulau-pulau kecil lainnya. Jadi bisa dipastikan, punya banyak pantai dengan panorama yang indah. Yups, wisata baharinya juara.
Kota Kendari berada di sisi daratan dari Teluk Kendari. Artinya, sepanjang sisi kota ini adalah pantai. Jadi tak heran kalau suhu udaranya puanas poll. Nah, sepanjang garis pantai Teluk Kendari ini jadi tempat wisata. Beberapa hotel berdiri dengan view Teluk Kendari. Sebuah masjid megah berada di tengah-tengah Teluk, sekarang menjadi salah satu icon Kota Kendari. Lalu yang terbaru, sebuah jembatan sepanjang 1,3 km menghubungkan sisi kota Kendari dengan sisi Pulau Bungkutoko di seberangnya. Jembatan ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tahun 2020 kemarin. Melintasi tengah-tengah Teluk Kendari. Pada malam hari, sepanjang pantai menjadi tempat wisata kuliner yang selalu ramai pengunjung.
Suatu hari, dalam pelayaran menuju Bokori dengan katinting |
Tak jauh dari pusat kota, menyeberang sebentar ke sebuah Pulau
kecil, Bokori namanya. Pulau cantik
yang pernah hampir tenggelam dan nyaris hilang dari peta. Selengkapnya,
teman-teman bisa baca kisahnya di “Pulau
Bokori yang terus berbenah”. Lalu ada juga Pantai Taipa, Toronipa, Nambo.
Masih dari wisata bahari, teman-teman pastinya pernah dengar Wakatobi dong. Taman bawah lautnya yang indah adalah surga untuk diving, snorkeling maupun sekedar memancing. Yups, Wakatobi itu di Sultra, gaes! Banyak orang tahu Wakatobi, tapi tak tahu di provinsi mana letaknya. Duuuh… ini antara bangga dan sedih sih. Kayak orang luar negeri yang dulu itu nanya, “Indonesia sebelah mananya Bali?” Fyuuuuh.
Taman laut Wakatobi. Foto dari Wikipedia |
Pantai-pantai di Pulau Buton juga menawarkan pemandangan yang sangat memanjakan mata. Pulau Batu Atas, Pantai Kamali, Pantai Nirwana, Pantai Huntete, Pantai Katembe, Pantai Lakeba, Tanjung Pemali dan masih banyak lagi yang lainnya.
Teman-teman juga pasti tahu Raja Ampat. Bahkan mungkin pernah berkunjung ke sana. Tidak, saya bukan mau bilang Raja Ampat ada di Sultra. Tapi Sultra juga punya view secakep Raja Ampat. Pulau Labengki namanya. Saat ini, Pulau Labengki menjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Tenggara.
Pulau Labengki, si mini Raja Ampat. Foto : AhmadNizar |
Bukan hanya wisata bahari, Sultra juga punya air terjun dong. Ada air terjun Moramo yang sudah sangat terkenal. Bentuknya yang bertingkat-tingkat menjadi pesona tersendiri. Mau kenal lebih dekat, sebelum berkunjung langsung ke Moramo, silakan baca tentang surga tersembunyi ini terlebih dahulu. Juga ada air terjun Tumburano di Kabupaten Konawe Kepulauan dan air terjun Samparona di Sorowolio, Bau-Bau.
Masih banyak potensi wisata lainnya di Sultra. Kalau disebutin satu-persatu, rasanya bakalan panjang banget artikel ini. Langsung berkunjung aja, yuk!
Potensi Sumberdaya alam
Waktu sekolah dulu, kita diperkenalkan dengan aspal buton. Yups, aspal ini memang dihasilkan di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal dengan kualitas istimewa dan hanya ditemukan di dua tempat di dunia yaitu Buton dan Trinidad, Amerika Selatan. Saat ini pemerintah sedang mengupayakan untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi aspal Buton dengan baik.
Di Sulawesi Tenggara juga ada tambang nikel yang sudah beroperasi sejak puluhan tahun lalu di bawah pengelolaan PT. Antam. Lalu beberapa tahun terakhir juga ditemukan tambang emas. Adanya potensi luar biasa di perut bumi anoa ini menjadi semacam magnet yang sayangnya bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi berpotensi baik untuk perekonomian, di sisi lain akan terjadi eksploitasi alam secara besar-besaran. Sungguh, untuk sisi kedua saya merasa sedih. Semoga semua stake holder yang terkait dengan aktivitas penambangan ini juga turut memperhatikan keseimbangan alam demi bumi yang sehat.
Pengolahan nikel di PT.Antam Pomalaa. Foto dari liputan 6 |
Dari darat kita ke laut. Yups, namanya juga dikelilingi laut maka dipastikan potensi perikanan juga sangat menjanjikan. Ikan-ikan di sana sungguh segar. Jujur saja, yang paling saya rindukan sejak tinggal di Bogor adalah ikan segar. Maka setiap pulang ke Kendari, saya bisa tiap hari makan ikan. Gak pakai bosan, bahkan cenderung kalap haha.
Temen-teman tahu abalone? Sejenis kerang laut berdaging tebal dan empuk. Masyarakat setempat menyebutnya mata tujuh. Menjadi komoditi ekspor yang dibandrol dengan harga selangit. Abalone banyak ditemukan di perairan Sulawesi hingga Flores. Sulawesi Tenggara salah satunya.
Oh jangan lupa kacang mete. Kalau teman-teman berkunjung ke Kendari, kacang mete adalah salah satu oleh-oleh khas dari sana. Bersanding dengan ikan asin, terasi dan aneka olahan pangan lainnya.
Wow banget ya potensi sumber daya alamnya. Gimana, tertarik main ke Sultra? Cuss lah, setelah pandemi berakhir travelinglah ke Tanah Celebes.
Wisata Kuliner, Menjajaki Aneka Makanan Unik
Bicara makanan, auto bikin saya lapar dan pengen segeran mudik nih. Selain olahan sea food, kuliner-kuliner di Sultra juga unik dan enak. Ada sinonggi, ini mirip dengan papeda di Papua dan Ambon atau kapurung di Makassar. Diolah dari sagu yang dibuat sedemikian rupa hingga mengental dan tampilannya mirip lem, lalu dimakan dengan ikan berkuah yang dimasak kuning bernama palumara, dengan tambahan sayur bening dari campuran aneka macam sayuran. Rasanya unik. Suami saya langsung suka sejak pertama kali mencoba.
Kasoami. Foto dariWikipedia |
Ada kerang unik yang selalu saya cari setiap pulang kampung. Pokea, kerang darat yang banyak ditemukan di sepanjang Kali Pohara, salah satu sungai terbesar di sana. Pokea ini dijadikan sate dengan bumbu-bumbu khas lalu disantap bersama gogos, semacam lontong yang terbuat dari ketan. Ah, asli saya auto ngeces bayanginnya.
Sate pokea, jagung rebus dengan sambal, gorengan, sarabba, pisang eppe |
Wah, tak terasa panjang juga saya cerita tentang tanah kelahiran ya. Masih banyak yang ingin saya ceritakan. Belum cerita tentang wisata sejarah dan budayanya lho saya ini. Lain waktu kita sambung kembali. Intinya, Indonesia sangat indah. Setiap daerah unik dan punya potensi. Sejauh mana kita mengelola, menjaga dan melestarikannya? Mari tanyakan pada diri kita masing-masing.
Yuk berkunjung ke Sulawesi Tenggara
Salam
Arni
MakPrem..
ReplyDeleteSaya belom pernah tahu kampung orang Bali di Kendari, tapi kalau yang di Buton, kampung nya keturunan Bali, beneran kayak little Bali.
Udah pernah ke sana ga?
Namanya Ngkaring Karing.
Bapak saya punya buanyaaaakk banget teman orang Bali, bahkan waktu terakhir saya lewat Kendari mau balik ke Surabaya, waktu peristiwa jatuhnya Air Asia dulu.
Saya naik taksi dari pelabuhan ke bandara, trus ternyata supirnya tuh orang Bali, dan suprisingly kenal banget Ama teman bapak saya yang di Buton 😀
Btw, sedih juga ya, orang-orang zaman now, geografinya parah banget.
Padahal kan Sultra dan Kendari itu, udah lama ada.
Beda lagi kalau memang kabupaten atau kota pecahan baru😀
Oh ya, baru ngeh juga, ternyata Ani waodenya Muna ya, mama saya juga turunan Waode, tapi Wolio sih 😀
Tentu saja saya tahu Ngkaring Karing, di sana ada adiknya bapak. Dulu sering main ke saat liburan. Di Buton juga banyak temanku, teman SMA dan teman kuliah jadi ya lumayan sering sih main ke Buton
DeleteKapan-kapan kalau ada waktu panjang saat pulang Kendari, yang paling saya inginkan adalah nyebrang ke Buton. Main ke pantai-pantainya yang indah dan menejlajah Wakatobi sepuasnya. Mudik bareng yuk, Rey
Ikut nimbrung yaaa... :)
DeleteDilemanya mi orang Kendari, Sultra. Geser sedikit dari jazirah Sulawesi langsung tidak terdeteksi. Apalagi kalau sebut Muna...wiihh kaya sebut negeri antah berantah. Itu mi sa ingin perbanyak tulisan tentang Muna(ekspektasi yang semoga bisa jadi realita).
Kalau ke Ngkaring-ngkaring boleh mi lanjut di Pure (kampungku) Kakak2. Siap menjamu. 10 menit naik katinting langsung bisa leha-leha di Pantai Bakealu.
Iye kak Rey, saya masuk Kabupaten Muna secara administratif tapi kalau geografis masuk dalam daratan Buton. Kalau katanya kakekku, Muna Buton satu nenek moyang ji. Makanya banyak kesamaan. :)
Saya tau Kendari karena dulu pernah dekat dengan seorang pemuda dari sana heheh
ReplyDeleteBanyak emang potensi kekayaan alam daerah yang belum digali dengan maksimal, salah satunya pantai dan kekayaan laut Sulawesi luar biasa indah tapi kalah dengan daerah lain seperti Bali.
Pantun permulaannya itu lho sangat tokcer banget....hehe
ReplyDeleteNah keren nih kak arni mendeskripsikan semua pesona wisata di tanah kelahirannya. Bangga dengan potensi lokal yang luar biasa dengan dituliskannya di blog...salut dan apresiasi atas tulisan kakak...
Saya pernah mengirim paket ke Kendari, jadi udah lama sekali mengenal lokasinya. Hehehe.. Seru juga ya menebak sebuah daerah di tanah air ini.
ReplyDeleteJujur sih, kalau luar Jawa saya juga sering keliru. Duh harus makin banyak belajar Geografi deh
Saya juga sering tertukar antara kediri dan kendari. Memang Indonesia sangat luas. Jadi ingin ke kendari. Pasti seru, semoga pandemi segera berakhir, jadi bisa jalan-jalan ke sana.
ReplyDeleteHalo Kak dalam kenal aku juga asalnya Sulsel hehe. Dulu pernah tinggal di Kendari juga tapi bentar aja cuma dinas Papa. Semua saudaraku lahir di Kendari, cuma aku yg Makassar. Tapi kami asli orang Maros. Pengen banget ke Kendari, kebetulan di sana ada kuburan Kakakku.
ReplyDeleteMasyaAllah indahnya Sultra khususnya Kendari ya. Saya baru lihat juga nih penampakan Anoa mirip perpaduan kambing dan tapir menurut saya. Semoga nanti bisa dapat kesempatan kesana.
ReplyDeleteWkwkwk. Kediri ama Kendari itu bagaikan Optimus Prime dengan Megatron ya Mba Arni.
ReplyDeleteAlhamdulillah saya sudah pernah ke Kendari, dan itu pun cuma sehariiiii karena ikut liputan Menhut Pak Zulkifli Hasan waktu itu. Gak sempat jalan-jalan, sebab cuma di kotanya doang. Baca postingan itu haduuuuh menyesalnyaaaaa. Coba aja saya extended sehari dan pulang sendiri. Mungkin masih sempat jalan-jalan ke beberapa spot menarik di blog Mba Arni ini.
Saya malah ngira Mb Arni asli Makasar.🙏
ReplyDeleteBtw Wisata Bahari di Kendari jempolan banget, ya mb.Tp nt orang yg nggk bs berenang kek saya gini susah gt, ya menikmati pemandangan bawah lautnya.
pengen banget liat Anoa :')
ReplyDeleteSaya bersyukur waktu SD wajib hafal peta, Mbak Arni. Jadinya saya tahu banyak kota sampai kota kecil di Indonesia. Untuk Sulawesi, orang mungkin lebih familiar sama Makassar ya. Tapi zaman saya merantau tahun 1999-2000 dulu kok ya ada mengira Makassar itu dekat Ambon padahal kalau saya tilik, dia dulu belajar peta buta harusnya karena seumuran saya. 😆
ReplyDeleteOkeee catat Kendari di Sulawesi Tenggara, ah kalau dengar provinsi ini saya langsung mikir ini dekat dengan Wakatobi. Pasti indah banget bawah lautnya, dan ternyata banyak juga potensi wisata yang menarik yaa satu diantaranya yang mengalihkan pikiran saya adalah kuliner nya.
ReplyDeleteSemoga suatu saat saya bisa main kesini. Amiin.
Duhhh, komentarku yang tadi sudah masuk atau belum ya? Agak ngadt tadi. Mafkeeun kalau kedobel yaa.
ReplyDeleteKupikir mbak Arni berasal dari Bali hihihi.... ini Kendari di Sultra Masya Allah wisata laut, kuliner dan budayanya sungguh luar biasa. Detail ceritanya 😍 Btw masih hapal dulu pas sekolah sering ada pertanyaan, hewan apa yang berasal dari Sulawei? Jawabannya anoa dan babi rusa hehehe...
ReplyDeleteJadi pengen nyobain makanan2nya. Secara nggak pernah sama sekali ke Kendari.
ReplyDeletePenasaran sama kuliner nya ,sangat beraneka ragam. Penasaran sama rasa abalon itu mirip cumi kah rasanya?
ReplyDeleteMb arni.. Duh fotonya.. Aku slalu tersepona dengan alam..
ReplyDeleteKl kuamati skrg d bbrp pantai banyak yg mirip raja ampat y viewnya.. D malang, pacitan,blitar..eh.. D sultra juga ada.. heheh..
Smg aku bisa melancong k sulawesi.. Salah satu pulau yg destinasinya wisatanya udah kumasukan k dreamlist.. Tapi belum eksekusi hehe
Dari dulu pengen banget ke Wakatobi tapi belum kesampaian. Apalagi skrg pandemi, jadi makin sulit sepertinya untuk ke sana
ReplyDeleteWah sangat menarik membaca postingan Mbak Arni ini dalam memperkenalkan Kampung Kelahirannya. Even asli orang Bali tapi tanah kelahiran kita tetap berkesan ya Mbak. Apalagi kalau lahir dan besar di sana. Saya juga meski orang Sulawesi tapi tanah kelahiran dan tempat tinggal saya dari kecil sampai sebelum menikah di Papua.
ReplyDeleteBtw saya baru sempat jalan-jalan ke Kolaka. Keluarga saya juga banyak yg tinggal di sana (desanya dekat dengan Antam) tapi kalau ke Kendari belum pernah sih padahal ada keluarga juga di sana. Nantilah kalau ada kesempatan lagi mau mengunjungi Kendari :)
Bapakku asli Bugis mba, aku pun masih punya beberapa sodara yang tinggal di Makassar, Palopo, sama beberapa kota lainnya yang ada di Sulawesi Selatan
ReplyDeletemba arni aku belum pernah menjejakkan kaki di sulawesi semoga ada rejeki dan umur untuk bisa melihat keindahan pulau labengki dan air terjun moramo serta mencicipi wisata kulinernya yang bikin ngiler
ReplyDeleteJujur saya juga tidak terlalu mengenal Kendari kak. Tapi baca tulisan ini makin tahu dan jadi kagum. Ingin sekali ke sana dan menikmati taman lautnya, cantik sekali.
ReplyDeleteIndonesia gak akan ada habisnya kalau diceritain.. Tiap provinsi, tiap kota, bahkan tiap desanya punya ciri khas masing-masing.
ReplyDeleteIni masih 1 kota dibuat artikel bisa sepanjang ini. Kalau satu indonesia dibahas bisa jadi buku berapa halaman ini..
Btw. Saya dari Kediri. Jiwa overproud saya muncul setelah di mention di artikel mbak arni wahahaha
Huahaha orang Kedirinya muncul
DeleteJadi kapan kita makan nadi goreng arang, mas?
Indahnya surga dunia di Kendari jadi pengen kesana. Tertarik dengan wakatobi dan kulinernya OMG asli itu aja udah bikin pengen pas baca cerita di blog ini semakin-makin deh huuu... semoga suatu hari nanti bisa ke Kendari bersama keluarga amin....
ReplyDeleteWah jadi pengin ke Kendari kak Arni. Banyak obyek wisatanya ya di sana. Juga pengin ke Wakatobi. Kucingku kuberi nama Wakatobi karena aku pengin suatu saat ke sana😀
ReplyDeleteSalam hangat kak Arni
@dewi_puspa
Masya Allaaah .. kuberdecak kagum sama KENDARI
ReplyDeleteserius aku ga tau itu makanan aslinya, ga tau ada tambang emasnya, dan sejuta ga tau lainnya
AKu taunya Kendari itu Sultra dan dekat Wakatobi udah
Makasih banget aku jadi meniatkan destinasi selanjutnya ke sana yaaaaa
I love your post Makprem, keknya next collab kita bikin mi saja tentang Sultra. Supaya pada ndak bingung mau tulis apa dan lebih mengenalkan lagi Sultra. Luv luuuvvv..
ReplyDeleteHahaha ada di orang yang gak tahu posisi Kendari itu dimana, Kak? Saya ingat dulu ada teman rekan admin IMFI dari salah satu kota di Jawa yang bertanya sama saya, apa betul di Sulawesi Tenggara itu ada nama kampung (KAMPUNG) Bau-bau dan Wangi-wangi?
ReplyDeleteuhuuuii, saya jadi terhura karena prolognyaa ini menginspirasi dari 'call a friendku' dulu yaaa, hihihih.
ReplyDeleteparah memang ya Kak, masih banyak kasian yang kira SULTRA itu SULTENG, weleeeeh.
kalau cerita tentang daerah, dan wisata selalu loooove tulisan Mamak Prema, mengalir indaah. Jadi kapan balik lagi Kak? Bagus ini kita ke Pantai terus makan sate Pokemon eehh Pokea sambil makan Sikatto juga toh? ;)
Satu kata untuk cerita yg ini, jahat!!! Naluri liburan seketika muncul. Tapi emang benar kalau Sulawesi Tenggara itu menyimpan banyak tempat yang sangat indah dan rugi kalau dilewatkan :)
ReplyDeletePotensi Kendari - Sulawesi Tenggara rupanya banyak juga ya..Aku pernah dengar Kendari itu dikelilingi pulau-pulau kecil yang indah. Salah satunya, Pulau Bokori yang cukup potensial karena memiliki hamparan pasir putih yang cantik juga pemandangan bawah laut nan menawan Dan selama ini keliru, kirain Wakatobi tuh Sulawesi Utara
ReplyDeleteLoh, loh
ReplyDeleteKok saya baru tahu Mbak Arni bagian dari transmigrasi
Apa dulu di empe saya kelewat?
Hahahaha
Indahnya....
nanti kalau nulis lagi, kasih tahu rute ke Kendari ke mana dan dari mana ya, Mbak? Hehehehe
Semoga aku ada uang untuk kunjung wisata wilayah Sulawesi Tenggara ingin cicipin makanan apalagi ingin melihat wisata alam dan hewan yang endemik khas lokal di sana yaitu Anoa
ReplyDeleteYa ampuunn..aku pikir mbak Arni emang dari Bali ternyata Kendari toh. Pantesan beberapa kali lihat status mbak Arni ttg keluarga di Kendari. Suka banget liat pemandangan alam Kendari ya..semoga suatu hari nanti bisa berkunjung ke sana.
ReplyDeleteWah, baru tau lho kalo di Kendari ada kampung/desa yg dihuni masyarakat Bali. Di kampung itu apa masih kental adat Bali? seperti arsitektur dan upacara budaya gitu, kak?
ReplyDelete