Siang tadi saya membuka instagram keponakan yang
memposting foto terbarunya. Fotonya
sebenarnya biasa saja, memperlihatkan
kegiatan dia selama liburan. Yang
gak biasa adalah hastag yang dipilihnya.
Jenis medsos yang satu ini memang biasanya banjir hastag, dari yang
serius hingga lucu dan seru. Salah satu
hastag itu adalah #SendiriDiRumah. Saya
terkejut melihatnya, bagaimana bisa
hastag seperti ini dipakai oleh keponakan saya yang masih duduk di bangku SMP?
Dia mengabarkan pada dunia bahwa dia dirumah sendirian. Waduh!
Karena penasaran, saya coba meng-klik hastag
itu. Dan lagi-lagi saya terkejut, hastag
ini cukup popular. Saat saya beralih ke
Twitter dan Facebook, ternyata sama saja, pengguna hastag #sendiridirumah cukup
banyak. Mirisnya lagi, rata-rata
penggunanya adalah perempuan. Buru-buru
saya menegur keponakan, minta dia menghapus hastag itu sembari mengingatkan
akan bahaya yang mengancam. Untungnya
dia nurut.
Oke. Mungkin awalnya ini sekedar lucu-lucuan. Tapi jadi gak lucu kalau kemudian memancing
kejahatan. Bukan rahasia lagi bahwa
banyak kejahatan terjadi yang informasinya bersumber dari dunia maya. Ketika para pengguna medsos “melaporkan”
setiap detik kehidupannya ke media social tanpa filter. Hidupnya ibarat buku yang terbuka dan
transparan, tanpa sampul sehingga semua orang bebas membacanya. Semua ditampilkan, foto rumah dari tampak
depan hingga ke area pribadi, sekolah anak, jumlah kendaraan, update lokasi, liburan ke kota A dan
seterusnya.
Bijak ber-media sosial
Kejahatan terjadi bukan hanya karena niat pelakuTapi karena ada kesempatan
Itu kata bang napi di sebuah acara televisi beberapa
waktu lalu. Pernyataan ini benar.
Bayangkan saja, orang yang tadinya gak ada niat untuk
mencuri/merampok/tindakan criminal lainnya, kemudian menjadi terinspirasi
karena melihat peluang kelancaran aksi dari status-status si empunya
rumah. Ah…. Semoga kita semua
dihindarkan dari kejahatan demikian.
Berikut beberapa tips ala emak cihuy :
Jangan gunakan hastag
#sendiridirumah
Percayalah, ini berbahaya sekali. Oke, anggap saja semua lingkaran pertemanan
kita bisa dipercaya, mereka orang-orang baik.
Tapi lewat hastag, yang membaca status atau kabar terbaru kita bukan
hanya teman dan follower. Semua bisa
melihatnya. Termasuk mereka yang memang
sedang mencari “mangsa”.
Mungkin kita bisa aja bilang, “Temenku baik-baik
semua kok.”
Iya, lingkaran pertemanan kita baik-baik semua. Tapi Pasang hastag artinya kita membuka
peluang semua orang untuk melihat. Jadi
bukan hanya temen, tapi temennya temen yang bisa jadi bukan temen kita. Halagh
mbulet bahasanya. Pokoknya itulah
maksudnya.
Kurangi update lokasi
tiap kali menclok di suatu tempat
Di facebook, saya sering melihat kawan-kawan
melakukan ini. Untuk kawan dekat,
biasanya saya ingatkan baik-baik. Tapi yang
tak terlalu akrab, ya terpaksa saya diamkan sembari berdoa semoga semua diberi
keselamatan. Saya pribadi karena terkait
“pekerjaan” yang kadang mengharuskan untuk live sosmed, mau gak mau beberapa
kali posting foto-foto acara/produk/diri langsung pada saat yang sama. Ini untuk urusan profesional tentu saja dan
biasanya gak full sekeluarga. Di luar itu, saya hindari banget memposting
posisi check in location.
Seperti halnya hastag #SendiriDiRumah, check ini location ini sama peluangnya
untuk mengundang kejahatan. Orang jadi
tahu kita dimana, mau kemana, ngapain aja, dengan siapa dst. Orang juga jadi tahu rumah kita kosong atau
tidak. Apalagi kalau jelas-jelas
statusnya menunjukkan itu. Wah,
benar-benar membuka peluang ini namanya.
Kurangi Pamer Foto di
Medsos Saat Sedang Bepergian
Well, meski maksudnya berbagi kabar bahagia, tapi
memberi tahu dunia bahwa kita sedang bepergian juga bukan hal yang bijak. Saya biasanya baru posting foto-foto setelah
tiba dirumah atau setelah liburan usai.
Gpp deh telat infonya, tapi rasanya lebih nyaman aja. Apalagi kalau bepergiannya full tim
sekeluarga. Kalaupun tetap ada yang
diposting biasanya saya post yang hanya sendiri atau berdua, pokoknya gak yang
lengkap. Jadi orang gak tau kalau kami pergi semuanya.
Tapi memang sih, saya bukan yang suka bikin album
dengan foto bejibun dari satu lokasi/acara yang sama. Sekali post, fotonya satu, narasinya panjang
#naluringoceh. Posting yang fotonya agak
banyak, saya milih di blog aja deh.
Meski demikian, balik lagi masalah kenyamanan setiap
orang berbeda ukurannya ya. Ada yang memang merasa fine-fine aja
membanjiri timeline dengan banyak foto sekaligus, sekalian nge-save
katanya. Kalau saya, jujur aja, bukan
tipe yang seperti ini.
Ou, ada lagi lho keuntungan lainnya lho. Buat kamu yang suka males dituntut oleh-oleh
sama teman, dengan posting fotonya belakangan setelah tiba dirumah, paling
asyik tuh jawabnya, “itu foto lama.” Atau “aku udah dirumah” dan
seterusnya. Ehk… oke, ini tips emak
pelit ya hahaha.
Update Info Terbaik Adalah
Kepada Keluarga atau Teman Terdekat
Nah kalau yang satu ini, wajib hukumnya. Jangan pernah jadi anak hilang. Keluarga berhak tahu kita sedang dimana dan
ngapain. Pamer foto yang menunjukkan
bahwa kita baik-baik saja di tempat liburan, selain memberi kabar baik juga
membuat keluarga menjadi lega.
Selain keluarga, biasanya kita khan tergabung tuh di
grup WA bersama kawan-kawan terdekat.
Meski mati-matian nahan diri, biasanya hasrat narsis dan pamer agak
susah terbendung ya. Bolehlah ya pamer
ke grup, tapi yo jangan banyak-banyak juga biar gak pada eneg. Bisa-bisa didepak keluar grup kita.
Wew udah jauh melebar ya pembahasannya. Intinya emak cuma mau bilang, jaga diri
sendiri, keluarga dan orang terdekat adalah hal yang utama. Jangan mengumbar semua aktivitas keseharian
ke media social, apalagi yang jelas-jelas menunjukkan identitas pribadi. Hindari posting alamat rumh, sekolah anak dan
lain-lain yang membuat orang tau segalanya.
Semoga kita semua dilindungi dan diberi keselamatan
Selamat
Tahun Baru 2017
Tahun
baru,
Semangat
baru,
Semangat
Indonesia
"Bolehlah ya pamer ke grup, tapi yo jangan banyak-banyak juga biar gak pada eneg."
ReplyDeleteIni kayaknya curhat colongan nih...wkwkwkw. Hayo siapa temen segrupnya yg bikin eneg?
wuahahaha ampun mbaaaaak
DeleteGak ada kok temen grup WA yang bikin eneg. Aku seneng kok liat share2an foto man teman. Ini khan hanya ngingetin aja hahahaha
Nggak hanya hastags mbak, check in lokasi juga. Jaman dulu kan bisa keren nih misal jam segini kita check in dimana...nah itu juga berbahaya katanya, karena orang laen jadi tau kita ada dimana saat itu juga
ReplyDeleteIya betul mbak
DeleteDi atas juga saya nyinggung soal itu
Rasanya agak2 gimana ya kalau ngeliat ada yang posting check in lokasi, seolah seluruh dunia harus tau dia lagi dimana, ngapain, sama siapa dan seterusnya yang tanpa sadar justru mengumbar informasi pribadi
Betul banget tuh. Tapi kak susah sekarang kalo gak fomo cihuy begitu.. Apa2 harus serba dikasih tahu....
ReplyDeleteKak aku lagi sendirian nih di rumah *kode
Aha fomo cihuy, kapan2 nulis ah soal ini hahahaha
DeleteSuasah sih ya kalau seleb mau eksis, apa2 kudu dilaporin ke medsos hihi
Aish kodenyaaaaaaaaaaa keras kali kakaaak
Aku kasih lokasi kalau ingat aja hehehe
ReplyDeleteAtau pasang lokasi pas mau pergi dr situ
Nah iya, aku juga kadang posting foto lokasi sesaat sebelum meninggalkan lokasi itu
DeleteBener...aku seringnya posting setelah kembali dari liburan sih..takut kalau ada maling
ReplyDeleteIya mbak
DeleteKarena setiap info yang kita unggah ke media sosial sejatinya membuka jati diri kita
Tanpa sadar kita membuka privasi diri yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Itu salah satu alasan kenapa saya sangat jarang mempublish foto berdua bersama anak. Hhhmmm...
ReplyDeleteBetul mas.
DeleteEh tapi kalau soal mengunggah foto anak sih, jujur aja saya masih sering melakukan, dengan beberapa "pengamanan" tentu saja antara lain :
Tidak menampilkan identitas khusus secara jelas seperti alamat rumah, alamat sekolah, seragam sekolah dan seterusnya
Tidak dalam pose yang membuat orang berpikiran "nakal"
Lebih banyak posting foto bersama kami, orang tuanya, baik salah satu atau keduanya dibanding pose dia sendirian
Memberi watermark di setiap postingan
Biasanya sih saya unggah di blog, sebagai pelengkap narasi liburan dan sejenisnya
Heheheheh hehehee hehehehehe
ReplyDeleteKetawa aja deh.
Soalnya saya salah satu pengguna sosmed yang di maksud, dan malah lagi ikutan @30haribercerita yang isinya keseharian
ya semoga.. semoga aja semuanya di kasih keselamatan yaaah :D
Kalau ceritanya gak secara detail nyebutin alamat, telp atau identitas lainnya mah, sah-sah aja sih ya. Masalahnya khan terkadang ada yang nampilin info pribadi secara terang2an :)
DeleteSemangat mbak
Saya mau ikutan yg 30 hari bercerita itu, mundur teratur deh, takut gak bisa konsisten hehe
Aku juarang pol makai gps buat tag location, kecuali bener2 lg liburan dan lagi pengen bikin dunia tau (pamer ya? wkwk) karena bikin batere hp cepet habis. #ngek 😄
ReplyDeleteSeperti keponakannya, pas masi kelas satu SMA, berasa gawl gitu nulis "laper bingit, dirumah nggak ada makanan, sendirian pula" lol. Eh, Endingnya pas kakak2 dan mama pulang kerja, aku jadi tema rapat malam itu :'D
Hehehehe jadi tema rapat
DeleteTapi itu artinya semua masih peduli dan sayang :)