“Ibu harus transfusi
darah dulu, agar efek bleedingnya gak makin parah!” kata dokter kandungan
saat saya konsultasi malam itu
Deg. Jujur aja saya kaget. Gak nyangka sama sekali kalau Hb
saya drop sampai harus mendapat tambahan sejumlah darah. Bukan apa-apa, bleeding seperti ini adalah yang kesekian
kalinya saya alami. Dengan riwayat
kondisi hormon yang memang gak stabil sejak jaman dulu kala, masalah ini
berulang dan terus berulang, entah sampai kapan #nyesek
Sebenarnya ini juga bukan pertamakali saya menerima donor
darah. Pernah sekali saat menjalani
laparoscopy untuk mengangkat kista endometriosis yang membandel dalam ovarium,
tapi itu khan memang sayanya operasi, jadi yo wajar harus siap darah buat jaga-jaga. Nah kali ini kondisinya beda,
saya (merasa) baik-baik saja. Masih bisa
memotoran kesana kemari setiap hari, meski memang kadang agak keliyengan sih,
namanya juga pendarahan gak brenti-brenti selama hampir sebulan ya, tapi tetap
saja “vonis” dokter itu bikin saya shock.
Dan begitulah. Tak ada alasan untuk menolak. Prosesnya harus dijalani. Lalu disinilah saya, Sabtu 11 Februari
2017 terbaring pasrah, menerima aliran
darah sebanyak 2 kantung. Demi sehat sehat sehat.
Dari mana sumber darahnya?
Anak kecil juga tau yak.
Pastinya dari donor darah dong ah.
Ada yang menarik saat saya melakukan donor ini. Seseorang bertanya tentang kondisi saya dan
kenapa saya harus donor. Setelah memberi
jawaban, pertanyaan selanjutnya adalah, “darahnya
bayar?”
Karena untuk pengobatan kali ini saya mencoba menggunakan
BPJS (untuk pertama kalinya), saya jawab jujur bahwa memang yang dicover BPJS
hanya 1 kantung darah. Sisanya saya
bayar sendiri. Dan tahukah kawan, apa
tanggapannya?
Dengan sedikit masam dan agak bersungut, dia bilang, “Inilah anehnya, kenapa orang butuh darah harus bayar, padahal khan
yang donor aja gratisan. Orang donor itu
sukarela lho, giliran ada yang butuh malah disuruh bayar, pendonornya gak
kebagian apa-apa pula. PMI nyari untung
nih!”
Woooooo….. kalau saja saya tak sedang tergolek lemas saat
itu, ingin rasanya saya berdebat. Apa
daya saya hanya bisa tersenyum dan bilang, “Khan
ada biaya proses dan pemeliharaan, gak langsung dari donor ke penerima,”
Yang sayangnya masih disambut dengan “keluhan” olehnya. Ah sudahlah, saya tak mau berdebat. Sepertinya kali ini benar, diam itu emas.
Nah, gara-gara obrolan itu, saya jadi tergelitik untuk
menuliskan ini. Meski saya bukan pegawai
PMI, gini-gini saya pernah juga lho donor darah. Bahkan sebelum tranfusi kemaren, saya sempet
digodain sama suster jaga karena nyodorin kartu donor sebelum tes golongan
darah, lha biasanya donor sekarang malah butuh transfusi hehe. Jadi ceritanya,
jaman saya donor dulu, seringlah ngobrol sama petugas PMI-nya, seperti apa
darah-darah yang didonorkan ini diproses, dibawa dan simpan dimana, hingga
berapa besar peluang ketersediaan darah di Bank darah PMI untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Jadi gini kawan, darah dari donor memang tak bisa langsung
berpindah begitu saja ke tubuh penerima, ada proses panjang yang harus
dilakukan, minimal 6 jam sebelum darah benar-benar siap untuk ditransfusi
kepada yang membutuhkan. Kenapa? Karena
darah yang didonorkan memang harus benar-benar murni dan bebas dari segala
virus/penyakit. Masa iya sih, orang
sakit malah dikasi darah bervirus.
Alih-alih sembuh yang ada malah lewat #ups
Saya ingat banget, dulu saat mau donor darah, dalam
sambutannya, wakil dari PMI menyampaikan, “biaya yang dikeluarkan saat penerima
butuh darah sebenarnya adalah sebagai “pengganti” biaya pengolahan darah. Tapi ya memang singkatnya orang pasti bilang
beli darah. Padahal ya darahnya sendiri
gratis, yang mahal itu biaya prosesnya.”
Apa Saja Tahapan Prosesnya?
Well, bagian ini mungkin tak banyak yang tahu. Perjalanan darah cukup panjang lho mulai dari
pengambilan darah donor, analisis skrining, pemisahan komponen darah,
penyimpanan sampai pendistribusian ke rumah sakit-rumah sakit. Setiap proses ada biayanya dong. Dan karena
PMI adalah “organisasi sosial” meskipun (mungkin) ada anggaran dari pemerintah,
namun donasi masyarakat juga sangat dibutuhkan. Coba kita intip satu persatu prosesnya yuk
Pengambilan darah donor
Pada proses ini pastinya ada biaya untuk kantung darah,
jarum suntik, pengecekan kesehatan pendonor, perawatan luka setelah ditusuk,
perban dan tambahan biaya penunjang lainnya seperti listrik, transportasi,
konsumsi dan seterusnya. See, baru
disini saja sudah terlihat pengeluarannya.
Selain itu, Indonesia belum bisa memproduksi kantong darah sendiri,
sehingga semua kantong darah yang kita pakai masih impor. Nambah lagi khan mahalnya ^^
Analisis Skrining
Kantung-kantung darah donor akan melewati proses pengolahan
dan pemisahan dimana darah manusia terdiri atas komponen seperti sel darah
putih, sel darah merah pekat (PRC), sel darah merah miskin lekosit, anti
hemophili facor (AHF), trombosit, plasma segar beku (FFP). Kemudian masih
dilanjutkan dengan uji lab untuk penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C, HIV
dan syphilis.
Metode skrining darah ada dua macam yaitu skrining serologi
dan Nucleic Acid Testing (NAT). Masing-masing memiliki keunggulan dan biaya
yang berbeda. Skrining diperlukan agar
darah yang akan ditransfusikan tidak membahayakan penerima sehingga aman dan
bebas infeksi.
Pemrosesan Komponen Darah
Transfusi yang saya jalani sabtu kemarin berupa darah merah
murni untuk menaikkan hemoglobin. Tapi
tak selamanya lho transfusi itu berupa darah merah, darah dapat diproses lagi
sesuai dengan kebutuhan penerima sehingga bisa jadi darah merah saja, darah
putih saja dan seterusnya. Misalnya saja
untuk penderita demam berdarah yang butuh menambah trombosit, maka transfusi yang
dilakukan berupa trombosit. Dan semua
ini tentu saja ada biayanya.
Uji Silang Serasi
Nah, sebelum darah ditransfusikan ke tubuh penerima,
terlebih dahulu ada proses pencocokan satu sama lain. Biaya ini juga termasuk lho dalam “harga’
yang kita bayarkan untuk setiap kantung darah.
Ya bagaimanapun darah ini khan berasal dari dua tubuh yang berbeda. Harus benar-benar sesuai dong ya agar tak
menimbulkan efek samping kemudian.
Terimakasih Terimakasih Terimakasih
Well, panjang ya prosesnya guys. Karena prosesnya panjang, biayanya juga
lumayan. So, harga sekantong darah yang
tempo hari saya beli sekitar 500-ribuan itu menurut saya termasuk wajar ya. Meskipun memang, dalam kondisi darurat dan
terdesak tak semua orang punya cadangan dana terutama jika masih harus ditambah
dengan kebutuhan ini itu terkait pengobatan.
Dan mungkin beginilah memang cara Tuhan menghadirkan cinta dan
kepedulian antar sesama manusia, untuk saling menolong dalam kesulitan.
Saat proses transfusi yang saya lalui, karena memang dilakukan
dalam kondisi saya sadar sepenuhnya, saya seolah diberi kesempatan oleh Tuhan
untuk benar-benar menyadari pentingnya tiap tetes yang masuk melalui selang infus
itu. Saya mengamati alirannya yang kemudian
menghilang dibalik nadi. Merasakan perjalanannya yang terasa agak dingin ketika
menyusup ke dalam tubuh. Luar biasa.
Saya tak tahu darah siapa yang sekarang bercampur dalam tubuh ini, tapi
siapapun itu, sungguh terimakasih tak terhingga untuk kalian wahai para
pendonor. Betapa kebaikan kalian
menyelamatkan banyak nyawa dan jiwa yang terluka. Dan satu hal, darah tak mengenal SARA. Lupakan perbedaan ini, karena kita tak bisa memilih mau menerima darah siapa atau menolak darah siapa :)
Terpujilah para pendonor darah. Terpujilah kalian para
petugas kesehatan. Pejuang kemanusiaan.
Salam sehat
iyyaa waktu abis lahiran, aku pendarahan banyak dan kudu beli 3 kantong darah buat naikin lagi... harga sekantong darah kisarannya segitu, bisa lebih murah klo beli langsung di pmi... aku kepingin bgt transfusi darah, tapi aku bakat anemia
ReplyDeleteAku pas lahiran juga diminta nyiapin darah, apalagi karena memang riwayat placenta previa. Tapi syukurlah gak sampai harus transfusi
DeleteSemiga kita semua diberi kesehatan ya mbak
aku juga peranh transfusid arah saat operasi miom, aku gak suka krn sakit menurutku
ReplyDeleteIya mbak. Kalau boleh memilih dan minta sih pengennya sehat terus ya
DeleteSemoga selalu sehat mbak 😊...masih banyak orang yang tidak memaknai arti sebuah proses krn yg dilihat pasti hasil maka mahal/murah selalu dibandingkan dengan hasil akhir saja 😅
ReplyDeleteBetul mbak
DeleteRasanya agak gimana gitu denger orang ngomel2 soal "beli darah"
Khan ini gak yang ujug2 bisa dipindahin to, semua proses itu butuh biaya. Dan sejauh ini menurutku harganya masih wajar
Doa yang sama untukmu mbak, sehat selalu yaaaaa
Saya saya lihat darah pun takut. maka maka maka... selalu deg degan kalau diajak transfusi dari dan milih kabuuuurrrr
ReplyDeleteHahaha dulu aku juga gitu
DeleteTapi apa daya kondisi tubuh yang bolak balik sakit ini mengajak harus bersahabat dengan jarum suntik huhuhu
aku belum sama sekali donor darah xD pengen nyoba, tapi 2x coba pas ditensi, rendah terus, jadi ga bisa :D
ReplyDeleteAku juga baru diterima setelah berkali2 daftar. Macam2 alasannya mulai dari BB gak cukup, tensi drop sampai karena masih menyusui hehe
DeleteSemangat kakaaaaak
Coba terus!
Saya juga takut liat darah. Ada trauma karena waktu kecil pernah liat hal yg mengerikan dan berdarah-darah >_<
ReplyDeleteWah kalau ada trauma kayaknya berat ya
DeleteSemoga sehat terus yaaaaaa
Panjang ternyata prosesnya ya.. Selama ini saya cuma tau "pasti darahnya diproses", tapi ga pernah tau detailnya.
ReplyDeleteSemoga cepat pulih dan bisa kembali beraktifitas 😊
-Tatat
Panjaaaaang dan butuh waktu pastinya
DeleteMakanya gak habis pikir sama orang yang ngomel2 tapi gak ngerti proses
Panjang yaa??kebetulan saya pernah ke PMI yg di jl. Kramat raya ambil darah buat ibu, karna persediaan di RS habis. Caranya mudah ternyata.
ReplyDeleteIya mbak
DeleteMemang sebenarnya gampang prosedurnya, asal kita mengikuti semua ketentuan yg berlaku
Kadang orang udah mikir macam2 duluan jadinya malah ribet sendiri :)
Bener banget mbak Arni, darah tak mengenal SARA.. Moga sehat-sehat terus ya mbak...
ReplyDeleteLekas sembuh ya mbak...
ReplyDeleteAbis baca aku malah bayangin kalo yang donor disuruh bayar jangan2 pada ga ada yang mau donor, gratis aja pada uber2an...ada temen suami cowok katanya pas mau donor berasa hampir pingsan... Hehehe...
Aku sendiri belum pernah donor malahan mbak, dulu kalo ga salah karna darah rendah
Aku ga bisa donor karena punya darah rendah.
ReplyDeleteBaru sekali ngerasain diinfus pas mabuk dalam perjalanan Malang-Yogya.
waaah aku baru tau seperti apa prosesnya mbaa :).. aku tuh slalu puyeng liat darah sebenernya.. tiap kali periksa darah aja, aku usahain utk ga melihat darahku.. krn pasti kliyengan.. kalo donor darah aku blm prnh, krn ga memungkinkan... berat bdnku ga mencukupi juga soalnya :(..
ReplyDelete