Photo by @amrsyax |
Mendongeng. Sebuah
aktivitas yang sepertinya makin kesini makin sedikit yang mau
melakukannya. Dengan berbagai alasan,
tak banyak orang tua yang bersedia meluangkan waktu untuk mendampingi anak dan
berbagi kisah yang sarat pesan moral.
Bahkan ada lho yang menganggap kegiatan mendongeng ini ketinggalan
zaman, lalu menggantikannya dengan game-game online di gadget keluaran
terbaru. Sediiih….
Saya, sampai hari ini percaya bahwa kegiatan mendongeng,
baik lewat story telling (cerita tanpa
buku) maupun read aloud (bercerita
dengan membaca buku bersama) adalah cara terbaik untuk mendekatkan orang tua
dan anak. Menjadikannya berminat pada buku dimana mereka merasakan bahwa
membaca adalah aktivitas yang menyenangkan, sekaligus menyisipkan pesan-pesan
kebaikan sehingga anak dapat menangkap pesan moral tanpa paksaan atau bentakan.
Ou itu bagian idealnya ya.
Bagian lainnya, saya ini cerewet dan demen ngoceh, jadi butuh penyaluran
dong ya buat ngomong. Timbang ngomel dan
ngoceh gak jelas, mending diarahkan jadi membaca cerita buat Cah Bagus to yo
#modus. Anaknya anteng emaknya juga
senang. Haha
Sebagai salah satu staf pengajar di Ganesha Brahmacari
Ashram, saya juga kerap menggunakan metode story telling dalam memberi
pelajaran. Dan sungguh, adalah bahagia
tak terlukiskan melihat wajah polos anak-anak yang tampak menikmati
cerita. Tergelak bersama, diam menyimak,
tampilan ekspresi yang tak bisa diceritakan, hanya bisa dirasakan, dengan hati.
#Ngulik Dongeng #KDKH
Komunitas Dongeng Kota Hujan (KDKH) sudah mencuri perhatian saya sejak dua tahun
yang lalu saat acara piknik dongeng di Kebun Raya Bogor dalam rangkaian
kegiatan Festival Dongeng Internasional Indonesia (FDII) dari Ayo Dongeng
Indonesia (AyoDI). Angkat topi pada para
relawan dongeng yang menjadi penjaga mimpi anak Indonesia ini. Pengeeeeeen
pake banget buat gabung, apa daya seringkali bentrok dengan kegiatan lain hiks.
Suasana workshop. Photo by @amrsyax |
#Ngulik Dongeng adalah salah satu kegitan rutin dari KDKH
berupa sharing pengetahuan tentang lika liku dunia dongeng dan mendongeng. Saya tentu saja tak mau (lagi) melewatkan
kesempatan kece ini. Apalagi ngulik
dongeng 18 Feb kemaren langsung diisi oleh Kak Aio, founder AyoDI. Cuss lah, sabtu pagi menerobos macet membelah
jalanan Bogor menuju ruang Dilo, berkumpul bersama para penjaga mimpi anak
Indonesia.
Menurut Kak Aio, mendongeng itu hanya butuh 5 hal yaitu :
1 Mental.
Ini pastinya wajib banget dimiliki oleh pendongeng ya. Siap tampil dan tentu saja siap malu juga
haha. Yang pasti memang harus ada
kemauan dan kemampuan. Kalau udah mau,
otomatis akan berlatih agar mampu.
Meng-upgrade diri untuk menjadi pantas berbagi
2
Konten dan kemasan
Konten yang dimaksud adalah cerita yang
akan dibawakan. Lha iya, mau ngedongeng
tapi gak punya cerita, piye jal? Tapi
dalam situasi tertentu, misalnya kita gak siap cerita untuk mendongeng, bisa diakali dengan melibatkan audience
(peserta dongeng) dalam cerita yang akan disampaikan. Lakukan sekreatif mungkin dengan memancing
mereka membuka cerita lalu menyambung-nyambungkannya.
Dalam hal konten ini, sebaiknya hindarkan
kata-kata atau kalimat negative. Yups,
kita tentu saja berharap bisa menitipkan pesan kebaikan lewat dongeng, maka
lakukan dengan bahasa yang baik. Pun
sebaiknya pendongeng sebaiknya memahami cerita, bukan menghafalkannya.
Dengan memahami, kita akan lebih mudah
mengembangkannya dibanding menghafal yang akan membatasi ruang imajinasi
pendongeng itu sendiri.
Adapun kemasan, adalah bagaimana pendongeng
menampilkan dongeng itu sendiri. Dan ini
terkait dengan 3 point utama yaitu suara, ekspresi dan gesture.
3 Suara
Pernah dengar pendongeng yang andai
menirukan aneka macam suara? Nah itu bisa jadi nilai lebih buat
pendongeng. Namun, hal ini tak wajib
kok. Tanpa harus pandai mengubah-ngubah
suara, kita uga bisa jadi pendongeng yang baik.
Bermain dengan intonasi adalah point penting yang wajib
diperhatikan. Memberi tekanan pada suara
untuk kalimat-kalimat tertentu, berbicara lebih cepat/lambat, lirih dan
seterusnya akan menjadikan dongeng terasa lebih hidup dan dapat dinikmati.
4
Ekspresi
Selain suara, ekspresi juga menjadi hal
yang wajib. Khan gak mungkin ya kita
bercerita tentang sesuatu yang lucu tapi wajahnya manyun. Atau mau menampilkan adegan sedih tapi mimik.
wajahnya malah seperti orang marah. Jaka
sembung bawa go pro. Gak nyambung mas
Bro!
5
Gestur/gerak tubuh
Point terakhir yang tak kalah penting adalah gestur. Namanya juga menjadi penampil, tentunya gesture
juga harus menarik perhatian. Tak harus
tampil mewah dan glamour atau dandan heboh kok.
Bergerak sewajarnya, menyesuaikan dengan kalimat yang diucapkan. Kontak mata dengan audience juga wajib dijaga
agar focus tetap ke arah kita.
Selanjutnya cara memilih cerita, pastikan bahwa kita
membawakan cerita yang sesuai dengan usia audience dan tentu saja cerita yang
kita sukai. Audience dongeng sendiri
terdiri dari beberapa kelompok umur yaitu
usia dini, anak-anak dan remaja/dewasa.
Kelompok usia dini misalnya, akan lebih tertarik pada
kisah-kisah dengan binatang sebagai tokoh utamanya. Hewan-hewan yang bisa berbicara yang lebih
mengajak imajinasi mereka berkelana membayangkan adegan dalam cerita. Akan berbeda jika audiencenya anak-anak yang
lebih tertarik pada kisah-kisah ajaib, princess dan sejenisnya. Lain lagi kalau sudah bertemu dengan kelompok
remaja, mereka akan menyukai kisah detektif, misteri, sejarah dan
lain-lain.
Mendongeng adalah seni mengatakan tanpa mengatakan
Ehm… bingung ya. Saya juga bingung. Toss dulu kita hahaha.
Jadi gini, karena mendongeng itu sesungguhnya adalah
bercerita, baik dengan atau tanpa buku.
Cerita yang bukan sekedar cerita tapi sarat pesan moral. Mendongeng adalah mengemas cerita menjadi
menarik dan tidak membosankan dimana audience dapat menangkap pesan kebaikan
yang tersirat tanpa harus mengatakannya secara langsung seperti memberi
perintah/aturan/tata tertib.
Bagaimana membuat dongeng menjadi menarik?
Kesan pertama harus meyakinkan. Gunakan kalimat pembuka yang seru. Mainkan ekspresi dan gesture. Curi perhatian dari para penonton. Selanjutnya terserah anda #eh
Latihan Mendongeng
Bagian ini juga tak kalah serunya. Baru membaca judul saja, rasanya sudah ketemu
banyak yang kurang pas. Wew, harus
banyak latihan memang ya. Yang paling
penting, jika ingin mendongeng dengan teknik read aloud, maka kita harus membaca
ceritanya terlebih dahulu dan pahami kisahnya. Oh ya, sebagai bentuk
penghargaan literasi, sebaiknya menyebutkan nama pengarang dari setiap buku
yang akan kita baca, setelah membaca judulnya.
Ayo semangat. Mau Mampu Mesti. Phto by @amrsyax |
Dalam tehnik read aloud, penting banget untuk bisa membaca
lebih cepat daripada mengucapkan. Ini
dimaksudkan agar kita tak kehilangan kontak mata dengan penonton. Pengenalan huruf, kata dan kalimat yang akan
menambah perbendaharaan kata adalah tujuan utama teknik ini, selain pesan moral
dari ceritanya tentu saja.
Ternyata, meskipun saya cukup sering mendongeng, baik buat
cah bagus maupun murid-murid saya di kelas, tetap saja kagok ya saat diminta
membaca cerita di hadapan orang lain. Ah
lagi-lagi, memang berlatih itu wajib.
Well, Sabtu yang ceria dan menyenangkan. Mendapat banyak tambahan ilmu, mendapat banyak
kawan baru. Saya bahagia dan ingin
menjadi bagian dari para penjaga mimpi anak Indonesia melalui cerita. Tak
muluk-muluk, bisa melihat ekspresi menggemaskan dari anak-anak yang menyimak
cerita adalah bayaran mahal tak ternilai yang menjadi mimpi terbesar saya.
Yang pasti, tak perlu banyak teori. Lakukan saja, baca saja,
bahagia akan datang menyertai.
Jadi, sudahkah ayah dan ibu meluangkan waktu untuk bercerita
pada si kecil hari ini?
Ayo dongeng. Ayo Cerita. Aku, Kamu, Kita semua. Untuk Anak Indonesia.
Salam dongeng
Belakangan ini Aiman suka minta dibacain buku, lucunya semua buku minta dibacain kayak mendongeng meski itu bukan buku dongeng misalnya buku pengetahuan tentang hewan. Giliran saya deh yang kudu kreatif n bereksplorasi. Makasih sharingnya Mbak.
ReplyDelete