Medio Agustus 2008
Tangis saya pecah begitu keluar dari ruang praktik
dokter. Saya ingat betul, malam itu
rasanya jadi malam paling gelap dan suram.
Pelukan suami yang harusnya menenangkan malah membuat tangis saya makin
menjadi-jadi. Dan jujur, sampai hari
ini, vonis dokter itu masih terngiang-ngiang di telinga saya
“Hmm… hasilnya
negatif. Salurannya tertutup. Sebaiknya pertimbangkan untuk program bayi
tabung saja. Karena untuk proses normal
kemungkinannya kecil sekali. Apalagi ovarium yang masih bagus hanya sebelah
kiri”
Deg. Jantung saya rasanya berhenti berdetak. Saya baru saja menjalani operasi laparoscopy
karena endometriosis yang berkembang tak normal dalam ovarium. Endometriosis
sebesar 13 cm yang pecah dalam rahim dan merusak ovarium kanan saya. Menjalani terapi suntik selama 6 bulan
berturut-turut. Bukan hanya biaya yang keluar sudah sangat banyak, waktu dan energi
kami juga rasanya terkuras. Saya lelah. Lalu saat dokter menyarankan untuk tes HSG
(histerosalpingografi) yaitu tes untuk mengetahui kondisi saluran sel telur
apakah bisa dilalui oleh sperma untuk pembuahan, apakah terjadi
perlekatan/penyumbatan atau tidak, dokter kemudian menyatakan seperti itu. Rasanya dunia saya mendadak gelap.
Berhari-hari setelah itu saya tak nyaman. Kepikiran
terus. Lalu kami memutuskan mencari second opinion. Penuh harap, saya mengetuk ruang dokter yang
menangani saya saat laparoscopy, dokter W di salah satu RSIA di Jakarta. Dari dokter kedua ini saya mendapatkan
suntikan semangat. Melihat foto-foto
laparoscopy dan hasil USG saya, dokter W meyakinkan saya bahwa hasil HSG itu
bukan jaminan. Tak ada yang tak
mungkin. Beliau kemudian menganjurkan
untuk melakukan terapi lanjutan untuk program kehamilan sekaligus membuatkan
kami jadwal untuk berhubungan intim.
Meski secercah harap muncul namun stress berikutnya juga
menyertai. Berhubungan intim pake jadwal. Oh percayalah, ini sungguh tak nyaman. Tanggal sekian wajib. Tanggal sekian gak
boleh. Hohoho yang ada saya (dan tentu saja suami) serasa jadi robot. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk
“istirahat” bertemu dengan dokter. Jujur
saja saya lelah dan trauma setiap kali masuk ruang dokter. Hampir setahun penuh tak ada satu bulanpun
yang terlewati tanpa masuk ruang putih itu.
Berusaha dan Berdoa
Kami memutuskan untuk santai. Berusaha secara alami sembari berdoa. Saya juga mulai berdamai dengan diri sendiri
untuk tak terlalu mengindahkan pertanyaan kawan, kerabat, tetangga soal “kapan punya anak?” atau “belum hamil?” atau “ada masalah dengan kandungannya?’” dan segala derivasinya. Menjawab dengan senyum sekaligus mohon doa
dari sang penanya. Pelan-pelan saya
berangsur tenang dan menyerahkan semua keputusan pada sang pemilik jiwa. Kepada-Nya saya memanjatkan doa, semoga suatu
hari diberi kepercayaan memelihara kehidupan didalam rahim.
Kami memutuskan untuk bahagia. Berlibur selagi bisa. Menikmati saat-saat berdua seperti masa
pacaran. Beberapa kali mengajukan cuti
bersama agar bisa traveling bareng.
Mengkonsumsi makanan sehat. Sampai akhirnya, suatu hari dibulan Juni
2009, saya menyadari saya telat datang bulan.
Diam-diam melakukan test kehamilan, test pertama negatif. Oke, saya
sudah siap meski jujur ada rasa kecewa.
Hingga 3 hari berikutnya, menstruasi belum juga datang. Kembali membeli testpack, negatif lagi. “Ah
sudahlah jangan terlalu berharap.”
Hingga minggu berikutnya, si tamu bulanan belum hadir juga, coba test
lagi. Bergaris dua namun satu garis
terlihat samar. Tak mau gegabah dan
larut dalam euphoria, kami memutuskan untuk ke dokter untuk memastikan
kondisinya.
Ternyata saya memang positif hamil. Meski demikian, USG menunjukkan calon janin
masih seperti titik kecil sementara tepat disisinya tampak endometriosis yang
mulai tumbuh lagi. Yup, karena
menstruasi yang mulai teratur lagi pasca laparoscopy, artinya endometriosisnya
seolah mendapat “energy baru” untuk kembali berkembang. Satu-satunya cara menghentikan adalah menjaga
janin dalam kandungan saya tetap kuat, berkembang sehingga endometriosis
berhenti tumbuh dengan sendirinya.
Masa kehamilan yang penuh drama |
Balada Kehamilan
Mual dan muntah di trimester pertama itu lumrah buat ibu
hamil. Yang gak lumrah adalah flek yang
terus bermunculan. Sedang hamil tapi
mengalami flek, saya mulai khawatir.
Saat check up ke dokter, vonis baru saya dapatkan. Placenta Previa (PP) Total. Placenta tumbuh tepat di jalan lahir. Kalau
mau aman, harus bedrest total. Setiap
gesekan pada placenta akan berefek keluarnya flek yang bisa berlanjut pada
keguguran. Karena PP ini juga, sejak hamil muda dokter sudah memastikan saya
akan melahirkan lewat proses operasi Caesar.
Saya kembali galau.
Sebagai karyawan, saya tak ingin cuti lebih awal. Kalau cuti sekarang, nanti saat melahirkan,
jatah cuti saya habis dong. Untuk memutuskan resign saat itu saya belum siap.
Kami berdua tinggal di Bogor, sementara orang tua dan mertua serta
keluarga lainnya di Kendari dan Bali.
Resign, dirumah sendiri setiap hari, oh tidak, saya membayangkan betapa
membosankannya hari-hari seperti itu. Alih-alih
bahgia, bisa jadi saya malah nangis setiap hari.
Dengan kondisi kandungan yang rapuh itu, saya memutuskan
tetap bekerja, dengan ekstra hati-hati tentunya. Perjalanan Bogor – Jakarta – Bogor dengan
kereta api (jaman itu kereta belum senyaman sekarang) menjadi kisah perjuangan
tersendiri yang rasanya sangat panjang untuk diceritakan. Di kantor, kondisi kehamilan ini saya
sampaikan baik-baik ke atasan dan teman-teman.
Bersyukur semuanya sangat pengertian.
Ruangan kerja saya bahkan dipindah ke lantai 1 agar saya tak perlu
sering naik turun tangga. Meski demikian PP ini memang sensitif sekali. Sedikit saja saya bergerak agak aktif, flek
keluar. Makin tua usia kandungan, makin
banyak pula flek yang keluar. Alhasil
sejak usia 5 bulan hingga menjelang melahirkan, setiap bulan selalu ada masa
menginap di rumah sakit. Dan ya,
akhirnya bayi mungil kami lahir lewat section di bulan Maret 2010. Kehadirannya membawa warna baru dalam hidup
kami.
Selamat Datang Bintang Terang
4 Maret 2010, dunia kami berubah. Tangisan kencang bayi mungil memenuhi ruang
operasi saat dirimu diangkat keluar dari dalam rahim ibu. Prema, kami memberimu nama itu yang artinya
cinta kasih. Kami berdoa sepenuh hati
agar kelak dirimu menyinari dunia layaknya bintang terang yang penuh
cinta. Sungguh Nak, kehadiranmu adalah
bonus luar biasa untuk Ayah dan Ibu.
Dengan kondisi rahim yang “acak kadut” dan kecilnya kemungkinan untuk hamil,
Prema hadir sebagai pejuang tangguh yang terus bertahan dan akhirnya
memenangkan pertempuran. Semua aral yang
mengganggu berhasil Prema singkirkan, dengan kekuatan cinta, demi pertemuan
kita di dunia.
Air mata bahagia mewarnai hari itu. Tubuh mungil seberat 2,4
kg yang terlihat sangat rapuh itu siap menghadapi dunia. Ibu tak akan lupa,
setiap kali ada teman Ayah dan Ibu datang berkunjung ke rumah sakit, saat
mereka ingin melihatmu di kamar bayi, jawaban ibu selalu sama, “cari yang
paling mungil.” Karena memang diantara sekian banyak bayi disana, tubuhmu
terlihat paling imut. Tapi jangan salah, tangisanmu paling melengking yang
menunjukkan bahwa Prema memang pejuang hebat. Haha.
Lalu poros hidup kami berubah. Yang biasanya berdua, kali ini bertiga. Yang biasa kemana aja suka-suka sampai malam
sekarang lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Panggilan juga berubah, tak lagi aku kamu
atau sekedar nama. Tapi menjadi Ayah dan ibu. Begitupun Mbah, Kakek, Pekak dan
Nini semua tiba-tiba berganti nama. Prema memang hadir memberi warna baru.
Dan ibu benar-benar bertekad memberikan yang terbaik
untukmu. ASI wajib kamu dapatkan karena memang itu adalah hak yang utama. Masih
terpatri jelas diingatan masa-masa dua tahun menyusui, setiap hari ibu memerah
susu di kantor demi oleh-oleh untukmu pada malam harinya. Bersyukur kita tak perlu melewati drama
bingung puting ya, Nak. Ah, Prema memang
hebat sejak bayi. Sangat mengerti
kondisi ibu.
Sambut 7 Tahun Pertamamu
Sekolah kehidupan tahap demi tahap kita lalui bersama. Ayah dan ibu belajar banyak hal baru dari
Prema. Iya, menjadi orang tua memang tak ada sekolahnya. Karena kita semua sesungguhnya adalah guru
sekaligus murid. Betapa kami ditempa untuk menjadi orang tua yang sabar,
memberi contoh yang baik dan seterusnya. Hingga hari ini, jelang 7 tahun
usiamu, kita terus belajar bersama ya.
Bergandeng tangan, berpeluk erat, saling mendukung satu sama lain.
Ada yang bilang, usia 7 tahun adalah peralihan dari masa
kanak-kanak menuju anak yang sesungguhnya.
Pada usia ini, anak tak lagi belajar dari bermain tapi sebaliknya
menemukan “bermain bahagia” dari belajar.
Ini adalah PR kita bersama ya, Nak.
Mulai deh edisi ngeyel-ngeyelan, bantah-bantahan sampai
ngambek-ngambekan ala anak gede. Haha gak apa-apa, semua memang ada masanya.
Apapun itu Nak, hadapi hidupmu dengan bahagia. Bertemanlah dengan siapa saja tanpa memandang
latar belakangnya. Karena semua adalah
warna warni dalam kehidupanmu. Bagilah
terus cinta kasih dengan damai.
Ingat Nak. Kesuksesanmu bukan diukur dari seberapa tinggi
pendidikanmu atau sejauh mana kakimu menjelajahi bumi. Bukan pula soal seberapa banyak harta yang
dipunya tapi seberapa bermanfaat dirimu untuk sesama. Karena bahagia itu
sederhana. Ketika kamu memandang semua
mahkluk dengan cinta, maka itulah bahagia sesungguhnya.
Selamat Ulang Tahun Prema
4 Maret 2017
Peluk Cium
Ayah dan Ibu
Happy birthday prema... sehat2 selalu ya Nak
ReplyDeleteMakasih udah ikutan lomba saya ya putu....
Terimakasih juga lombanya Uni, saya jadi terinspirasi untuk menulis cerita ini
Deleteselamat ulang tahun ya.. gak terasa sdh 7th berlalu spt baru kmrn saja ya mbak
ReplyDeleteTerimakasih mbak
DeleteIya 7 tahun rasanya cepet banget
Lalu saya kangen bayi lagi hahaha
Bahagia ya anaknya sehat....
ReplyDeleteIya mbak. Terimakasih
DeleteSelamat ulang tahun Prema. Semoga menjadi pria perkasa. :)
ReplyDeleteSiap Oom
DeleteMakasi doanya yaaaa
Karena bahagia itu sederhana. Selamat ulang tahun yang ke-7, Prema. Semoga sehat dan bahagia selalu ya. Aminn
ReplyDeleteIya Mami Ubii
DeleteMakasi banyak yaaaaa
Selamat ulang tahun Premaaaa, wish you allbthe best yah...
ReplyDelete.
.
Hamil butuh perjuangaan, sama Mbak. Aku malah pada dikira dulu sulit hamil. Heheh...
Iya banget. Bisa hamil itu bonus banget deh buat aku
DeleteCihuy., selamat ulang tahun ya. Semoga anaknya eksis kek mak nya yang lincah hehe..
ReplyDeleteMakaci kokoh keceeeew
DeletePremaaaa, selamat ultaaahh. Wish all the best. Terharu baca perjuangan ibunya. Huhuhu. Sehat selalu ya Prema
ReplyDeleteHahaha perjuangan yang penuh drama mbak
DeleteMakasi yaaaa
Aku belum pernah hamil sih mbak..tapi dari cerita yang haru biru gitu juga banyak dari teman...suka deg2an kalo ada yg cerita kehamilan ada flek dll...btw Selamat ulang tahun ke-7 Prema :*
ReplyDeleteTenang aja mbak. Setiap perempuan itu unik dengan masalahnya masing-masing. Sharing seperti ini hanya untuk berbagi kisah aja kok, bukan berarti yang lain akan mengalami yang sama
DeleteTerimakasih ucapannya buat Prema
Happy bday Prema semoga makin pinter yaaaa :D
ReplyDeleteTerimakasih tante April
DeleteSalam.ya buat adik Hamza dan Dema
terimakasih sharingnya Mbak. Perjuangan sekali ya u hamil. Alhamdulillah jagoannya udh tumbuh besar. Met ulangtahun Prema...semoga selalu sayang Mama Papa...
ReplyDeleteInspiring story :) tidak ada yg tak mungkin buat Tuhan ya mbak :) selamat bertambah usia, Prema :)
ReplyDeleteHappy Birthday to you!!!
ReplyDeleteWish you become a successful MAN!!
Your Diamonds Sincerely,
"freddygunawan.com"
Perjuangan utk mendapatkan anaknya luar biasa mba :).. Tuhan maha baik yaa... semoga prema bisa tumbuh jadi anak yg slalu berbakti kepada orangtua dan Tuhan pastinya... happy birthday prema ;)
ReplyDeleteSelamat ulang tahun Prema. Semoga selalu jadi kebanggaan Ayah Ibu.
ReplyDeleteBerat lahirnya sama kayak anakku. Mungiiiil sekali :P