“Hai, apa kabar,
tinggal dimana sekarang?”
“Kabar baik.
Sekarang tinggal di Bogor.”
“Wah jauhnya. Kerja di kantor apa?”
“Oh saya dirumah
saja. Jadi ibu rumah tangga….”
“Hah! Serius??? Gak
mungkin ah. Masa iya kamu jadi ibu rumah
tangga doang. Gak sayang apa sama
ijazah. Ngapain dulu sekolah
tinggi-tinggi, ngejar gelar, jadi lulusan terbaik, trus sekarang cuma jadi ibu
rumah tangga?”
Ooops….
Pertanyaan sejenis sering sekali saya terima sejak
memutuskan resign 4 tahun lalu. Bukan
hanya dari kawan-kawan sekolah, juga dari keluarga terdekat. Kalau buat kawan-kawan biasanya percakapan
akan saya tutup dengan mengirimkan emoticon senyum. Sementara buat keluarga, yang biasanya
ngobrol langsung akan saya jawab panjang lebar sampai mereka mingkem. Itu juga kalau kebetulan stock energy saya
memang sedang berlebih.
Memutuskan menjadi ibu rumah tangga memang bukan pilihan
mudah, setidaknya untuk saya yang sebelumnya rutin bekerja kantoran. Bahkan jauh sebelum lulus kuliah, saya juga
sudah mulai “bekerja” sekedar mencari tambahan uang jajan dan buku. Aktif di berbagai kegiatan organisasi membuat
hari saya terasa selalu sibuk dan penuh warna.
Intinya saya bukan orang rumahan.
Mungkin itu sebabnya saya sangat menikmati masa-masa pulang ke rumah,
disambut senyum dan pelukan ibu yang selalu ada setiap saat. Iya, ibu saya adalah ibu rumah tangga.
Bertahun kemudian, hati saya terasa disayat-sayat setiap
kali mendengar tangisan cah bagus Prema saat saya akan berangkat ke kantor. Itu tangisan dalam kondisi dia sehat dan
bugar. Akan lebih menyayat saat
meninggalkannya dalam keadaan sakit, rasanya kaki berat sekali untuk melangkah
meniggalkan rumah, sementara di sisi lain kewajiban pekerjaan juga menuntut
untuk ditunaikan.
Ingatan saya kembali melayang pada masa lalu. Bahagia membuncah saat pulang sekolah, melihat
ibu tersenyum manis di depan pintu.
Bercerita sepuasnya tentang kejadian sepanjang hari kepada ibu yang siap
menjadi pendengar yang baik. Menikmati
aneka olahan masakan ibu yang diberi bumbu cinta. Ahhh… saya bahagia sekali mengingat masa-masa
itu.
Lalu saya bertanya pada diri sendiri, kenangan apa yang akan
saya berikan pada cah bagus kelak? Sebuah kenangan tentang drama tangisan
setiap pagi saat ditinggal bekerja? Sebuah keluhan karena saya tak ada dirumah
saat dia pulang sekolah? Atau kenangan wajah lelah saya saat pulang kantor di
malam hari sementara dia juga sudah mengantuk?
Jadi kapan kami bercerita bersama.
Kapan kami saling menatap mesra.
Kapan kami bermain bersama, membaca, mengerjakan PR dan
seterusnya...? Ah, saya merasa tak adil
padanya.
Ibu, Sosok Panutanku. Suami, Pendukung Utamaku
Berkali mengalami dilema yang sama, saya merasa harus
mengambil keputusan sesegera mungkin.
Resign. Memilih menjadi ibu rumah
tangga, seperti yang dilakoni ibu saya.
Banyak yang meragukan keputusan saya.
“Yakin kamu bisa?” Pertanyaan
itu kerap muncul saat saya mengutarakan niat ini.
Kembali saya berpikir dalam-dalam. Dulu ibu menjadi ibu rumah tangga tetap bisa
berkarya dirumah. Ibu merajut, menjahit,
membuat rangkaian bunga, menerima jasa rias pengantin, menyewakan pakaian adat
dan seterusnya. Ibu tetap aktif namun
tak lupa selalu siaga untuk kami anak-anaknya.
Iya, beberapa kali ibu memang harus keluar rumah untuk aktivitasnya,
tapi itu hanya sepersekian persen dari total keberadaannya dirumah untuk kami,
keluarganya. Baiklah, bulatkan tekad,
saya pasti bisa. Tak harus kerja kantoran, dirumah juga bisa berkarya.
Ibu panutanku, Suami pendukung utamaku |
Suami, sosok utama yang menjadi penentu mulus atau tidaknya
keputusan resign ini. Setelah melalui
pembahasan yang panjang, ternyata dukungan 100% turun darinya. Awalnya dia memang agak ragu. Bukan, ini bukan masalah penghasilan keluarga
nantinya yang (mungkin) bakal timpang.
Tapi lebih karena dia memikirkan bagaimana kelak saya akan menjalani
hari-hari setelah resign. Terutama tentu
soal manajemen stress sebagai ibu rumah tangga, yang konon katanya gak kerja
tapi kenyataannya jam kerja IRT justru tak ada habisnya. Putaran waktu sehari 24 jam, menjadi IRT
butuh 25 jam untuk menyelesaikan pekerjaan.
Dan itu akan berulang dengan rutinitas yang sama setiap harinya. Iya, dia mengkhawatirkan saya.
Pada akhirnya kami menjalani ini bersama-sama. Keluarga kecil yang saling mendukung satu
sama lain. Saya bahagia bisa menjadi
orang yang sempat berdadah-dadah ria setiap pagi saat anak dan suami berangkat
sekolah dan bekerja. Saya bahagia
melihat senyum cah bagus terkembang saat saya berdiri di depan ruang kelasnya
untuk menjemput. Saya menikmati
membuatkan bekal setiap pagi untuk mereka berdua. Dan rutinitas rumah tangga, meski kadang
terasa membosankan tapi selalu ada hal kecil yang bisa disyukuri setiap
waktu. Sesederhana itu ternyata bahagia
saya.
Bermain ceria bersama Prema |
Can’t Smile Without You
Yang paling membuat saya bahagia setelah resign adalah saya
bisa berkomunikasi dengan ibu (dan bapak) kapan saja bersama cah bagus. Rutinitas berbincang meski hanya via telefon
ini menjadi semacam refreshing buat
saya. Siang hari, sepulang sekolah, saya
biasanya menyempatkan untuk berkabar pada ibu.
Premapun demikian, menikmati saat-saat ngobrol dengan kakek dan
neneknya, meski kami beda pulau, namun terasa dekat dihati. Bayangkan kalau saya masih bekerja, tak akan ada
saat seperti ini. Pulang malam hari,
saat raga sudah lelah. Pun ada selisih
waktu antara Bogor dan Kendari, sehingga menelfon pada malam hari rasanya
menjadi tidak pas karena disana biasanya sudah terlalu larut.
“Prema sudah makan?”
“Kakek dan Mbah
sehat?”
“Maem yang banyak ya,
biar cepat gede trus bisa liburan ke Kendari!’
Itu adalah sebagian kecil obrolan kami. Pertanyaan dan obrolan rutin yang tak pernah
bosan untuk diulang. Membahas soal
makan, biasanya saat-saat seperti ini adalah kesempatan buat saya untuk curhat
ke ibu. Meski tak tergolong picky eater,
tapi ada kalanya Prema tak berselera makan.
Ada saat-saat dia makan hanya sedikit dan tampak kurang berselera. Kalau sudah begini, saya pasti mengadu ke
ibu.
“Sabar…. Dulu waktu
kecil ibunya juga begitu kok. Lebih
parah malah,” Duh malah saya yang kena
“Coba cari tau
penyebabnya, mungkin masakannya keasinan, ndak sesuai selera atau Prema lagi
bosan sama lauknya. Atau coba cek
bibirnya, siapa tahu ada sariawan,” lanjut ibu mengingatkan saya
Ah ya ya. Timbang
sibuk mengeluhkan kondisi Prema, memang sebaiknya saya fokus mencari tahu
penyebabnya. Lagipula saya senantiasa
berada dirumah, ini memudahkan saya untuk memantau keseharian Prema.
Benar kata Ibu, setelah saya cek ricek ke Prema menggunakan
jurus rayuan maut, ternyata salah satu penyebabnya adalah karena Prema ingin
jenis makanan tertentu. Dia bukannya
tidak menyukai sayur sup, tapi memang sedang ingin makan mie ayam. Sayangnya dia tak memberi tahu sebelumnya. Dari
kejadian ini saya memetik pelajaran penting, bahwa sebelum memasak ada baiknya
terlebih dahulu menanyakan keinginan anggota keluarga yang lain, baik Prema
maupun ayahnya. Jadi inilah yang saya
lakukan, setiap pagi sebelum mereka berdua berangkat, saya selalu menanyakan
menu apa yang mereka inginkan untuk esok hari.
Cara ini cukup efektif, drama susah makan karena bosan tak lagi terjadi.
Yang paling bikin galau adalah ketika menu yang terhidang
adalah kesukaan Prema, tapi dia tetap
menolak untuk makan. Usut punya usut
ternyata ada keluhan dibibirnya. “bibirnya Prema sariawan bu, sakiiiiit…,”
begitu katanya sembari meringis.
Nah, ketemu satu lagi masalahnya. Urusan sariawan ini memang bikin
geregetan. Jangankan anak kecil seusia
Prema, orang dewasa saja pasti merasa sangat tidak nyaman ketika sariawan. Mau makan apa saja tak ada yang terasa
enak. Meski tergolong penyakit ringan,
namun rasa perihnya terasa sangat mengganggu.
Selain Prema, Ayahnya juga tergolong sering terkena sariawan. Kalau sudah ada anggota keluarga yang
sariawan, berkurang deh senyum ceria di keluarga kami.
Sariawan atau dalam bahasa kedokteran disebut stomatitis
biasanya disebabkan oleh beberapa kondisi seperti kekurangan vitamin C dan
vitamin B, daya tahan tubuh rendah, luka pada mulut akibat benturan, alergi atau
infeksi tertentu. Nah, khusus Prema yang
sedang masa aktif, paling sering sariawannya timbul karena luka akibat benturan
ketika bermain.
Untuk pencegahan terhadap sariawan, kita disarankan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin B dan C. Selain itu wajib menjaga kebersihan gigi dan
mulut agar jamur penyebab sariawan tak dapat berkembang biak disana. Selain itu, sebaiknya hindari makanan dengan
rasa yang menyengat seperti super pedas ataupun terlalu panas.
Bila sudah terlanjur terkena sariawan, mau gak mau ya harus
diobati. Kami sekeluarga sudah pernah mencoba
berbagi jenis obat sariawan, dari yang alami seperti madu dan getah jarak
hingga berbagai jenis obat dari yang cair, bentuk gel untuk dioles hingga
sejenis jamu berbentuk bubuk. Dari berbagai
jenis obat itu, hampir semuanya memberi efek perih. Sariawannya gak diapa-apain saja sudah perih
banget, saat ditambah obat rasanya perih yang berlipat ganda. Duuuuh…..
Prema bahkan tak mau sama sekali memakai obat sariawan saking tak tahan perihnya. Dia memilih membiarkan sariawannya sembuh
secara alami meskipun itu artinya bakalan lama.
Sampai akhirnya, beberapa minggu lalu kami menemukan Aloclair Plus, obat sariawan yang saat
diaplikasikan pada luka tidak perih sekaligus mempercepat masa
penyembuhan sariawan.
Mengenal Lebih Dekat Aloclair Plus
AloClair juga mengandung Sodium hyaluronate yang berguna untuk melembapkan dan membantu menyembuhkan luka. Memiliki efek hidrasi dan berfungsi sebagai pelembab dan healing wound effect. Lalu, AloClair mengandung Glychyrretinic yang berfungsi untuk mengurangi bengkak dan nyeri. Selain itu, AloClair mengandung Polyvinylpyrrolidone yang berfungsi untuk pembentukan lapisan pelindung, bekerja membentuk suatu lapisan pelindung terhadap ulkus di mukosa mulut yang bertahan selama beberapa jam.
Cara kerja Aloclair Plus adalah membentuk lapisan pada luka untuk melindungi luka dari stimulasi makanan, minuman, tekanan dan gesekan. Aloclair juga mengobati tanpa menyakiti yang berarti saat ditempelkan pada bagian luka tidak perih. Justru Aloclair Plus akan mengurangi rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan sariawan.
AloClair Plus sendiri ada 3 macam bentuknya, yang dapat digunakan sesuai kebutuhan. Berikut jenis dan cara penggunaannya :
1. AloClair Plus Gel
Aloclair Plus Gel ini membantu mengatasi stomatitis aftosa dan tukak pada rongga mulut. Aloclair Plus Gel ini cocok digunakan untuk sariawan yang disebabkan oleh benturan atau gesekan benda keras lainnya seperti kawat gigi. Cara penggunaannya mudah banget yaitu :
·
Oleskan 1-2 cm Aloclair Plus Gel hingga menutup seluruh
ulkus/lesi.
·
Hindari kontak langsung antara ujung tube dengan sariawan
·
Jangan menyentuh sariawan yang telah diolesi minimal 2 menit agar
terbentuk selaput pelindung
·
Gunakan 3-4 kali sehari atau sesuai kebutuhan
·
Hindari makan dan minum minimal 1 jam setelah pengolesan
Aloclair Plus Gel ini data dibeli dengan harga 91.0002. Aloclair Plus Oral Rinse
Aloclair yang ini berjenis obat kumur. Aloclair Plus Oral Rinse tidak perih, bekerja cepat, membantu penyembuhan dan yang paling penting bebas alcohol. Jenis Aloclair ini cocok untuk sariawan berjumlah banyak (lebih dari 2) sehingga tak perlu mengoles satu persatu, cukup dengan kumur seluruh sariawan langsung terjangkau dan menjalani proses penyembuhan. Tak perlu khawatir jika tertelan, kandungan bahan alaminya dan jaminan bebas alcohol membuatnya aman jika tak sengaja tertelan. Cara pemakaiannya adalah :
·
Tuang 10 ml Aloclair Plus Oral Solution lalu kumur-kumur selama 1
menit
·
Ulang 3-4 kali sehari atau sesuai kebutuhan
·
Hindri makan/minum minimal 1 jam setelah berkumur
Aloclair
Plus oral dapat dibeli dengan harga Rp. 97.500,-3. Aloclair Plus Spray
Sesuai namanya, jenis Aloclair Plus ini adalah yang pemakaiannya dengan cara disemprotkan pada luka sariawan. Aturan pakainya adalah :
·
Semprotkan Aloclair Spray hingga menutup seluruh ukus atau luka
sariawan
·
Hindari kontak langsung antara ujung spray dengan lesi
·
Jangan menyentuh luka dengan lidah minimal selama 2 menit agar
terbentuk selaput dinding
·
Gunakan 3-4 kali sehari atau sesuai kebutuhan
·
Hindari makan/minum minimal satu jam setelah disemprot
Aloclair Plus Spray dapat dibeli dengan harga Rp. 100.500,-
Dari 3 jenis Aloclair Plus tersebut, pilihan keluarga kami adalah Aloclair Plus Gel. Saya sudah mencobanya pada Prema dan Ayah. Luar biasa, proses penyembuhan berlangsung cepat, hanya butuh waktu kurang dari seminggu, sariwan sudah sembuh. Prosesnyapun sangat nyaman dan tanpa drama tangisan karena perih seperti obat sariawan lainnya yang pernah kami coba.
Sekarang, saya sudah tak galau lagi. Kalau ada anggota keluarga yang terkena
sariawan, Aloclair Plus siap mengobati.
Makanya gak boleh kosong nih kotak obatnya dari Aloclair Plus. Gak ada yang tahu khan kapan sariawan akan
datang. Berasa jadi ibu siaga banget deh
kalau sudah begini. Dan yang paling
penting, tanpa sariawan senyum kembali merekah ceria ditengah keluarga kami.
Aloclair Plus
Website:
www.aloclair.id
Facebook: Aloclair Indonesia (@AloclairID)
Twitter: @Aloclair_ID
Instagram: @Aloclair_ID
Facebook: Aloclair Indonesia (@AloclairID)
Twitter: @Aloclair_ID
Instagram: @Aloclair_ID
Sumber Pustaka :
Gambar :
dokumentasi pribadi dan www.aloclair.id
Tulisan:
www.aloclair.id
Saya tertolong banget sama Aloclair ini . Dulu kalau sariawan dibiarin aja krn obatnya perih, sekarang bisa pakai Aloclair
ReplyDeleteSama mbak. Saya cocok pake aloclair, yang paling suka sih karena gak perih dibibir
DeleteKalau sariawan ilang, senyum jadi mengembang dan happy lagi....
ReplyDeleteBye bye sariawan. Kutuntaskan kau dengan Aloclair hahaha
DeleteBahagia kalau banyak yang bisa tersenyum ya mba
ReplyDeleteBanget. Khan senyum itu lengkungan yang meluruskan hati
DeleteNyaman banget ya mak pake Aloclair, sama sekali ngga perih trus rasanya juga enak. Heheheee
ReplyDeleteIya gak perih. Makanya anakku juga sikasik aja tanpa drama nangis2 saat diobati pake aloclair
DeleteSenang ya AloClair bisa untuk sekeluarga mak
ReplyDeleteWajib tersedia di kotak obat keluarga
DeleteAloclair obatnya bagus.. ampuh.. praktis buat sekeluarga :D
ReplyDeleteBener, kemasannya juga imut jadi mudah dibawa kemana saja
DeleteKeren yaa Aloclair ini
ReplyDeleteObat sariawan yang ampuh tanpa rasa sakit Nis
DeleteAlhamdulillah bisa menggapai senyuman bersama keluarga ya mb Arni, untung ada aloclair jadi bye bye sariawan
ReplyDeletePokoknya dadah-dadah manja deh sariawan. Aloclair malaikat penolongnya
Delete