Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk
anaknya. Meski demikian tak banyak orang
tua yang menyadari bahwa yang terbaik buat ayah dan ibu belum tentu menjadi
yang terbaik buat anak. Tak jarang kita
temua adanya perbedaan pendapat dan keinginan antara orang tua dan anak. Paling sering terjadi pada kasus memilih
sekolah saat anak beranjak remaja dan dewasa.
Menjadi orang tua berarti memasuki fase kehidupan baru
bersama titipan bernama anak. Adalah
tugas bersama Ayah dan Ibu dalam memilih pola asuh yang tepat agar anak menjadi
pribadi yang baik kelak. Menyadari bahwa
setiap anak istimewa, bisa jadi langkah awal untuk tak memaksakan kehendak atau
menjadikan anak sebagai kelinci percobaan atau sekedar pemuas keinginan kedua
orang tuanya.
Tak ada sekolah menjadi orang tua. Karena sekolah kehidupan sesungguhnya adalah
keluarga. Namun bukan berarti lantas
kita tak perlu belajar atau mencari ilmu tentang pola asuh yang tepat untu anak
hebat. Sebuah buku parenting menarik
yang ditulis oleh Viki Mukadar, konsultan pendidikan anak dan remaja, hadir
untuk mengisi ruang belajar keluarga.
Dalam bukunya, penulis mengajak kita semua memahami prinsip pola
pendidikan anak hebat, indicator anak bermasalah, ilmu kejiwaan dari Timur “quantum
Balance Theory” dan dilengkapi dengan beberapa studi kasus penanganan anak
hebat mandiri.
Anak Bermasalah VS Anak Hebat
Anak bermasalah adalah anak yang memiliki energy yang besar
atau kelebihan energy di dalam dirinya. Anak
bermasalah umumnya anak yang cerdas, tetapi anak tersebut tidak dapat menemukan
cara yang tepat untuk menyalurkan energy tersebut. Anak tersebut mencari jawan, tetapi tidak
banyak orang yang bisa mengerti mereka.
Akhirnya mereka berulah dan membuat masalah untuk mendapatkan perhatian.
Kebalikannya, anak hebat mandiri adalah anak yang
berkualitas dalam hal ini mampu mengahdapi setiap masalah dalam hidupnya, mampu
menyesuaikan diri dimana saja dan bisa menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan baik (tuntas).
Tentunya perlakuan pola asuh pada dua tipe ini berbeda. Sangat penting untuk mengetahui penyebab seorang
anak menjadi manja dan bermasalah agar dapat menemukan solusi yang tepat dalam
penanganannya.
“Sebelum orang tua menyerahkan pendidikan anaknya
kepada pihak lain, sebaiknya orang tua memahami terlebih dahulu pola penanganan
yang tepat untuk putra-putrinya ~ hal. 98
Iya, ini memang
butuh keterbukaan dan kerjasama yang baik dalam keluarga. Ayah Ibu dan anak. Alih-alih menyalahkan pihak lain,
instrospeksi kedalam sangat penting untuk dilakukan. Karena anak adalah pribadi yang terus
bertumbuh, dia belum pernah menjadi orang tua.
Sementara orang tua sudah mengalami masa menjadi anak, yang mana
seharusnya sudah jauh lebih paham gejolak jiwa mereka.
Sebelum terlalu jauh, di bagian awal buku, penulis memberikan beberapa
buah pertanyaan yang saya kutip sebagai berikut :
- Menurut ayah bunda, apakah tujuan dari kita menyekolahkan anak-anak kita?
- Mengapa seorang anak harus mendapatkan nilai yang bagus? Apakah tujuannya? Apakah nilai tersebut akan menjadi jaminan seorang anak menjadi anak yang berkualitas?
- Apakah tolak ukur seorang anak dikatakan berkualitas?
- Kapankah orang tua dikatakan berhasil dalam mendidik anak-anaknya?
Cihuy banget pertanyaannya ya. Tapi pastinya bikin puyeng saat
menjawab. Meskipun tak ada raport
penilaian untuk kesuksesan dalam mendidik anak, tapi tentunya semua keluarga ingin
mendapatkan nilai yang terbaik. Kalau
menjawab pertanyaan sederhana seperti itu saja kita butuh waktu lama untuk
memikirkan jawabannya, itu artinya kita memang butuh buku ini hehe.
Pola Pendidikan Anak
Dalam buku ini, penulis memperkenalkan “mental gap” yaitu
istilah yang menggambarkan kondisi pertumbuhan mental seseorang dimana terjadi
selisih antara usia kematangan fisik dan usia kematangan mental/pikir
(kedewasaan) seseorang.
Ayah bunda pernah bertemu atau mengenal seseorang yang berusia
dewasa tapi pola pikir dan kelakuannya masih kekanak-kanakan? Inilah yang disebut mental gap. Bahwa usia bukan jaminan seseorang mampu
memilah dan memilih apa yang terbaik dalam pikir, laku dan ucapnya. Kondisi ini dikenal sebagai mental gap negatif. Dan ini harus dituntaskan segera agar tak
menjadi berlarut-larut.
Ada pula mental gap positif dimana pada usia muda seseorang
sudah mampu berpikir jauh ke depan. Memiliki
kemampuan beradaptasi dengan baik dan nalar yang berkembang melampaui
umur. Meski positif, mental gap yang
seperti ini juga perlu mendapatkan pola asuh yang tepat agar dapat berkembang
secara optimal sesuai potensi yang dimilikinya.
Bagian terpenting yang wajib disadari bahwa Tuhan telah
memberikan kita anugrah yang luar biasa, yaitu kecerdasan. Manusia memiliki 3 kecerdasan utama, yaitu :
- Kecerdasan Nalar atau Intelektual (IQ), letaknya pada otak kiri manusia.
- Kecerdasan Emosional atau EQ, letaknya pada otak kanan manusia.
- Kecerdasan Spiritual atau fungsi kesadaran (SQ), letaknya pada otak kecil manusia.
Kenapa disbut kecerdasan utama? Ya karena manusia juga
memiliki kecerdasan cadangan, yang akan muncul jika kecerdasan utama tak
digunakan secara maksimal. Kecerdasan
cadangan terletak di otak reptile atau batang otak manusia, yang fungsinya
adalah :
1.
Kebutuhan untuk dihargai (harga diri)
2.
Kebutuhan untuk pangan, sandang dan papan
3.
Kebutuhan reproduksi
Bagaimana pembaca cihuy? Menarik khan ya bukunya? Adakah yang berminat untuk memiliki buku ini juga? Bisa banget lho. Saya punya 2 buah buku yang siap dibagikan kepada teman-teman semua. Cukup menjawab pertanyaan berikut dan lengkapi syaratnya ya
- Giveaway ini berlangsung dari tanggal 5 hingga 15 April 2017. Pengumuman pemenang giveaway tanggal 17 April 2017.
- Memiliki alamat di Indonesia untuk pengiriman buku.
- Syarat Wajib like FB @xkanopi dan @tangkas mandiri
- Syarat (tak wajib) Follow juga akun Twitter @arniandprema dan Instagram @galeriarni. Meskipun tak wajib, ada nilai plus kalau mau follow hehehe.
- Share link postingan Giveaway Buku Parenting Rahasia Pola Pendidikan Anak Hebat ini di Twitter dengan mention @arniandprema, beri hastag #AnakHebat, dan mention/ tag dua orang temanmu.
- Jawab pertanyaan ini di kolom komentar: “Menurutmu, siapakah yang disebut anak hebat?”
- Tulis jawaban pertanyaan di kolom komentar dengan format sebagai berikut:
- Nama:
- Akun Facebook:
- Akun Twitter:
- Akun Instagram:
- Jawaban:
Tak sulit khan ya. Yuk berikan jawaban terbaikmu. Semoga beruntung ya. Dua buku kece siap meluncur mengisi ruang baca keluarga Indonesia agar makin cihuy dalam mendidik putra putrinya menjadi anak hebat.
Salam
Emak Cihuy
Mb Arni potongan rambutnya sama kayak anak yang di sampul depan. Hehehe
ReplyDeleteAnak hebat ini anak yang mau berproses. Ketika tadinya nilai 40 lantas 60, ini hebat. Kalau dari 40 dan tetap 40, ya hebat juga karena udah mau usaha kok. Ini contoh hebat dalam sisi akademik. Dari yang tadinya makan disuapi, sekarang enggak, juga termasuk hebat :D
ReplyDeleteaku jadi pengen bukunya >.<
ReplyDeleteaku ikut ya mbaak
nama: Rhoshandhayani Koesiyanto Taslim
facebook: Rhoshandhayani
ig: @rhoshandha
twitter: @rhoshandha
Menurut saya, anak yang hebat adalah anak yang mampu mengembangkan potensi alami dirinya untuk dipergunakan dengan baik dan maksimal untuk kebermanfaatan orang banyak.
Tentunya, untuk mengembangkan potensi alami sang anak memerlukan dukungan penuh dari orang tua, jadi orang tua juga harus perlu banyak-banyak belajar untuk mendidik anak yang hebat
Terima kasih >.<
Bagus nih buat referensi... Yang memahami anak adalah ibunya sendiri (dengan hati tulus) bukan orang lain
ReplyDeleteBagus bukunyaaa <3
ReplyDeleteTeman-teman maafkan saya, telat mengumumkan pemenang. Karena hanya ada dua komen yang menjawab, jadi keduanya adalah pemenang. Selamat buat mbak Nita lana faera dan ocha roshanda
ReplyDelete