“Jadi Guru!”
jawaban lantang dan penuh keyakinan itu terlontar dari bibir mungil seorang murid
kelas 4 SD dari sebuah kota kecil di Tenggara pulau Sulawesi, ketika mendapat
pertanyaan tentang cita-citanya di masa depan.
“Kenapa?”
“Karena jadi guru itu
enak, kalau ulangan udah punya kunci jawabannya. Trus ndak perlu ngerjain PR yang banyak
setiap hari,” jawabnya polos yang langsung disambut gelak tawa dari teman-teman
sekelas dan bapak guru yang mengajar.
*****
Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit
Sebuah kisah dari masa lalu, yang sebenarnya sudah
terlupakan oleh murid SD itu. Sampai
kemarin, 29 tahun kemudian, ibu saya yang kebetulan sedang berada di Bogor
mengingatkan lagi akan cerita itu.
Ketika kami berbincang ringan tentang aktivitas saya sekarang pasca
resign dari sebuah Bank swasta nasional beberapa tahun lalu. Ibu melihat kesibukan saya menyiapkan bahan
ajar dan mengkoordinir kegiatan sebuah lembaga pendidikan dimana belakangan ini
saya aktif didalamnya dan didapuk menjadi Kepala Sekolah.
Sembari senyum-senyum simpul, ibu bercerita bagaimana dulu
ada seorang anak yang begitu ingin menjadi guru, hanya karena sebuah alasan
sederhana seputar PR dan ulangan. Tanpa
sadar, anak itu melangitkan doa dan mimpi, yang entah bagaimana selalu
menemukan jalannya hingga dimanapun dia bekerja, job desc-nya tak pernah
jauh-jauh dari mengajar.
Iya. Anak itu adalah saya.
Baca juga : PelukErat Mimpimu, Tuhan Akan Buka Jalannya
Rupanya, menjadi bagian dari mencerdaskan generasi penerus
bangsa ini seolah sudah menjadi garis tangan saya. Kapan saja dimana saja, selalu mendapat
bagian menjadi tim pengajar/trainer. Saya
bahkan sudah memulainya sewaktu duduk di bangku SMP dan SMA, dengan membuka les privat kecil-kecilan untuk
anak-anak SD di sekitar rumah.
Saat kuliah, sejak tahun kedua, saya sudah terlibat menjadi
asisten dosen yang artinya mau gak mau banyak berdiri di depan kelas memberi
bimbingan pada adik tingkat. Lulus
kuliah saya bergabung di beberapa perusahaan, mulai dari lembaga penelitian,
trading company hingga Bank. Yang entah
bagaimana, bahkan disanapun saya justru ditempatkan pada posisi trainer.
Memutuskan resign beberapa tahun lalu dari rutinitas
kantoran, tak lama kemudian saya justru dilamar oleh sebuah lembaga pendidikan
di Bogor untuk menjadi staf pengajar.
Memang bukan rutinitas yang harus hadir setiap hari, karena “hanya”
menjadi guru bidang studi, tapi cukup membuat saya merasa -bisa jadi- “guru”
sebenarnya adalah nama tengah saya ^^
Sampai akhirnya saya menyadari bahwa saya menikmati kegiatan
mengajar ini. Menyaksikan wajah-wajah
polos anak didik yang siap menimba ilmu.
Melihat binar mata mereka saat mengacungkan jari dan menjawab pertanyaan,
menikmati gelak tawa, bercerita, bernyanyi bersama, ada bahagia yang tak
terungkap dengan sekedar kata. Ada
hangat menyelinap di dada saat menjalani semua itu. Apalagi
memang lembaga pendidikan tempat saya bergabung ini lebih kepada aksi
sosial, bukan untuk materi, karena kami memang tidak digaji.
Iya. Saya bahagia.
Saya merasa hidup lebih hidup.
Mungkin terlihat receh dan remeh ya, tapi saya merasa hidup lebih berarti
ketika setidaknya bisa memberi manfaat pada orang lain, meskipun hanya setitik
kecil di tengah samudera ilmu yang maha luas ini. Tapi kembali lagi, bahagia
itu sederhana. Dan inilah salah satu
sumber bahagia sederhana saya.
Live To The Max Bersama Theragran-M
Kawan-kawan yang mengenal saya secara pribadi rasanya sudah
cukup hapal kalau saya sering bolak
balik terpaksa menjalani rawat inap karena penurunan kondisi tubuh. Berkali-kali memasrahkan diri berada di ruang
operasi, berkali-kali harus bedrest dan seterusnya. Jujur saja saya lelah. Dalam 10 tahun terakhir saya cukup akrab
dengan suntikan, dari infus, bius sampai anastesi.
Saat-saat seperti itu saya merasa berada di titik
terendah. Setiap kali vonis “tindakan”
dijatuhkan, saya terpuruk, lemas dan merasa tak berdaya. Yang terbayang adalah cah bagus yang masih
kecil dan butuh ibu, yang melintas adalah kesadaran bahwa masih banyak
kewajiban yang belum tuntas, yang teringat adalah senyum para siswa saat saya
mengajar. Apakah saya bisa kembali?
Dengan pengalaman seringnya opname, saya bertekad dan
berjanji , untuk lebih menjaga diri. Baik dari gaya hidup maupun
pola makan. Beberapa langkah yang saya lakukan antara lain :
1.
Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan
bergizi
Meski lebih banyak memasak sendiri di rumah,
ada kalanya saya sesekali jajan di luar.
Saat sehat, kadang saya agak abai dengan beberapa faktor saat membeli
jajanan, beli hanya karena ngiler dan terlihat enak yang akhirnya memberi efek
kurang baik bagi tubuh. Pasca sakit,
saya berusaha menjaga setiap asupan makanan dan berusaha menyeimbangkan
kebutuhan tubuh dari karbohidrat,
vitamin, mineral hingga serat
2.
Rutin berolahraga
“Mens
sana in corpora sano” Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang
sehat. Slogan yang sangat akrab di
telinga tapi jarang diterapkan. Dulu
saya cukup rutin berolahraga, lalu ada masa jeda yang cukup panjang karena
liburan dan mudik. Lantas malas memulai
kembali. Akibatnya, tubuh terasa mudah
lelah dan letih. Memang harus
dimulai. Dari yang ringan-ringan saja
dulu seperti lari pagi, bersepeda keliling komplek perumahan sampai senam dan
yoga.
3. Istirahat yang cukup
Hmm… ini yang agak berat. Saat kerjaan menumpuk biasanya saya memang
kurang istirahat. “Nanggung ah, dikit lagi,” kalimat tu jadi semacam kalimat
sakti yang menjadi pembenaran untuk begadang hingga tengah malam menyelesaikan
tulisan yang dikejar deadline yang akhirnya malah tak bagus untuk kondisi
tubuh. Yups, harus bisa manajemen waktu
lebih baik lagi. Kewajiban sebagai ibu rumah tangga, tugas menemani dan
membimbing cah bagus belajar, antar jemput sekolah, menyiapkan bahan ajar
sampai membuat artikel di blog memang harus dijalani dengan seimbang.
4. Mengkonsumsi multivitamin untuk mengembalikan
daya tahan tubuh setelah sakit.
Masa pemulihan setelah sakit sesungguhnya
adalah masa paling penting dan menentukan.
Alih-alih sembuh, jika kita abai pada masa ini, bisa jadi malah kembali
harus istirahat total. Nah, saat seperti
inilah mengkonsumsi multivitamin sangat dibutuhkan. Selain untuk mengembalikan daya tahan tubuh,
juga bisa mempercepat masa penyembuhan.
Untuk Multivitamin, saya percayakan pada
Theragran-M Multivitamin dan Mineral
Kenapa Theragran-M?
Seorang kawan pernah menyarankan saya untuk mengkonsumsi
multivitamin saat saya pulang dari rumah sakit beberapa waktu lalu. Saya pikir, tak ada salahnya saya coba. Saat mencari-cari info tentang Vitamin yang
bagus untuk masa penyembuhan, saya terdampar di sebuah artikel yang membahas
tentang Theragran-M. Dari sana saya
mendapatkan referensi untuk mencoba mengkonsumsinya.
Jelajah maya saya berlanjut untuk mencari tahu komposisi
Theragran-M dan ternyata kandungannya sangat lengkap. Theragran M Tablet mengandung komposisi aktif
berikut: Calcium Pantothenate, Magnesium Carbonate, Vitamin B1, Vitamin B12,
Vitamin B6, and Vitamin D Synthetic Calciferol. Satu amplop seharga Rp. 21 ribu
isi 4 tablet. Tak terlalu mahal untuk
ukuran multivitamin dengan kandungan lengkap seperti ini.
Saat membelinya di apotek, saya sempat ragu karena tak
membawa resep dokter. Ternyata
Theragran-M ini, berlogo biru di sudut kirinya.
Saya lega, karena ini artinya bisa dibeli tanpa resep dokter. Meski begitu, saat mengkonsumsinya tetap
ikuti aturan pakai yang tertera di kemasan ya.
Lebih bagus lagi, jika sebelum mengkonsumsinya terlebih dahulu melakukan
konsultasi dengan dokter agar tak terjadi kontradiksi dengan obat lain yang (mungkin)
sedang di konsumsi.
Dari sebuah situs kesehatan, saya juga mendapatkan informasi
bahwa Theragran M Tablet dapat meningkatkan daya tahan tubuh dengan melakukan fungsi-fungsi berikut:
- Melindungi sel terhadap kerusakan peroxidative dengan meningkatkan tingkat glutathione.
- Menetralkan keasaman lambung dengan meningkatkan pH lambung.
- Metabolisme karbohidrat sehingga mempertahankan pertumbuhan normal.
- Memproduksi antibodi dan hemoglobin dengan menjaga tingkat gula darah dalam kisaran normal.
- Mengobati kekurangan vitamin b12.
- Meningkatkan penyerapan aktif kalsium dan fosfor oleh usus kecil;meningkatkan kalsium serum dan kadar fosfat.
Dengan bantuan multivitamin Theragran-M, saya bisa pulih
lebih cepat dari sakit dan tentunya tetap bisa produktif melakukan semua tugas
dan kewajiban baik sebagai ibu rumah tangga maupun aneka kegiatan lainnya.
Semangaaaaat!
Sumber pustaka
Tulisan dan foto : Dokumentasi pribadi
Informasi Theragran : Website Theragran-M
tabletwise.com
jadi pengajar memang aktifitasnya banyak walaupun buat orang lain terlihat "biasa", karena saya lihat sendiri aktifitas mama mertua saya yang seorang guru SD kelas 1 pula dan ayah saya sendiri yang seorang dosen.
ReplyDeleteterutama saat musim ujian, bisa-bisa tugas koreksi sampai dibawa pulang kerumah.
kemarin saya juga sempat menyarankan mama mertua saya untuk konsumsi Theragan ini, karena beliau baru saja selesai operasi ginjal..
semoga sehat-sehat terus ya emakcihuy :)
Iya mbak
DeleteJadi guru itu berasa banget saat2 ulangan. Dari bikin soal, koreksi sampai nyiapin nilai. Duuuh gak boleh sakit dah
I do agree that Health is the most valuable thing in this world.
ReplyDeleteShould be able to take care of it!
Never negotiate with it when it needs multivitamin or others.
Thanks for the sharing.
Betul Fred.
DeleteKesehatan itu investasi besar dan penting. Kalau sehat mau ngapain juga hayok aja dah