Tuesday, July 11, 2017

Hidup Sehat dan Produktif Meraih Mimpi



“Jadi Guru!” jawaban lantang dan penuh keyakinan itu terlontar dari bibir mungil seorang murid kelas 4 SD dari sebuah kota kecil di Tenggara pulau Sulawesi, ketika mendapat pertanyaan tentang cita-citanya di masa depan.

“Kenapa?” 

“Karena jadi guru itu enak, kalau ulangan udah punya kunci jawabannya.  Trus ndak perlu ngerjain PR yang banyak setiap hari,” jawabnya polos yang langsung disambut gelak tawa dari teman-teman sekelas dan bapak guru yang mengajar.


*****

Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit





Sebuah kisah dari masa lalu, yang sebenarnya sudah terlupakan oleh murid SD itu.  Sampai kemarin, 29 tahun kemudian, ibu saya yang kebetulan sedang berada di Bogor mengingatkan lagi akan cerita itu.  Ketika kami berbincang ringan tentang aktivitas saya sekarang pasca resign dari sebuah Bank swasta nasional beberapa tahun lalu.  Ibu melihat kesibukan saya menyiapkan bahan ajar dan mengkoordinir kegiatan sebuah lembaga pendidikan dimana belakangan ini saya aktif didalamnya dan didapuk menjadi Kepala Sekolah.  

Sembari senyum-senyum simpul, ibu bercerita bagaimana dulu ada seorang anak yang begitu ingin menjadi guru, hanya karena sebuah alasan sederhana seputar PR dan ulangan.  Tanpa sadar, anak itu melangitkan doa dan mimpi, yang entah bagaimana selalu menemukan jalannya hingga dimanapun dia bekerja, job desc-nya tak pernah jauh-jauh dari mengajar.

Iya. Anak itu adalah saya.


Rupanya, menjadi bagian dari mencerdaskan generasi penerus bangsa ini seolah sudah menjadi garis tangan saya.  Kapan saja dimana saja, selalu mendapat bagian menjadi tim pengajar/trainer.  Saya bahkan sudah memulainya sewaktu duduk di bangku SMP dan SMA,  dengan membuka les privat kecil-kecilan untuk anak-anak SD di sekitar rumah.

Saat kuliah, sejak tahun kedua, saya sudah terlibat menjadi asisten dosen yang artinya mau gak mau banyak berdiri di depan kelas memberi bimbingan pada adik tingkat.  Lulus kuliah saya bergabung di beberapa perusahaan, mulai dari lembaga penelitian, trading company hingga Bank.  Yang entah bagaimana, bahkan disanapun saya justru ditempatkan pada posisi trainer.

Memutuskan resign beberapa tahun lalu dari rutinitas kantoran, tak lama kemudian saya justru dilamar oleh sebuah lembaga pendidikan di Bogor untuk menjadi staf pengajar.  Memang bukan rutinitas yang harus hadir setiap hari, karena “hanya” menjadi guru bidang studi, tapi cukup membuat saya merasa -bisa jadi- “guru” sebenarnya adalah nama tengah saya ^^

Sampai akhirnya saya menyadari bahwa saya menikmati kegiatan mengajar ini.  Menyaksikan wajah-wajah polos anak didik yang siap menimba ilmu.  Melihat binar mata mereka saat mengacungkan jari dan menjawab pertanyaan, menikmati gelak tawa, bercerita, bernyanyi bersama, ada bahagia yang tak terungkap dengan sekedar kata.  Ada hangat menyelinap di dada saat menjalani semua itu.  Apalagi  memang lembaga pendidikan tempat saya bergabung ini lebih kepada aksi sosial, bukan untuk materi, karena kami memang tidak digaji. 

Iya. Saya bahagia.  Saya merasa hidup lebih hidup.  Mungkin terlihat receh dan remeh ya, tapi saya merasa hidup lebih berarti ketika setidaknya bisa memberi manfaat pada orang lain, meskipun hanya setitik kecil di tengah samudera ilmu yang maha luas ini. Tapi kembali lagi, bahagia itu sederhana.  Dan inilah salah satu sumber bahagia sederhana saya.

Live To The Max Bersama Theragran-M


Kawan-kawan yang mengenal saya secara pribadi rasanya sudah cukup hapal kalau saya  sering bolak balik terpaksa menjalani rawat inap karena penurunan kondisi tubuh.  Berkali-kali memasrahkan diri berada di ruang operasi, berkali-kali harus bedrest dan seterusnya.  Jujur saja saya lelah.  Dalam 10 tahun terakhir saya cukup akrab dengan suntikan, dari infus, bius sampai anastesi. 
Saat-saat seperti itu saya merasa berada di titik terendah.  Setiap kali vonis “tindakan” dijatuhkan, saya terpuruk, lemas dan merasa tak berdaya.  Yang terbayang adalah cah bagus yang masih kecil dan butuh ibu, yang melintas adalah kesadaran bahwa masih banyak kewajiban yang belum tuntas, yang teringat adalah senyum para siswa saat saya mengajar.  Apakah saya bisa kembali?

Dengan pengalaman seringnya opname, saya bertekad dan berjanji  , untuk lebih menjaga diri.  Baik dari gaya hidup maupun pola makan.  Beberapa langkah yang saya lakukan antara lain :

1.     Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi
Meski lebih banyak memasak sendiri di rumah, ada kalanya saya sesekali jajan di luar.  Saat sehat, kadang saya agak abai dengan beberapa faktor saat membeli jajanan, beli hanya karena ngiler dan terlihat enak yang akhirnya memberi efek kurang baik bagi tubuh.  Pasca sakit, saya berusaha menjaga setiap asupan makanan dan berusaha menyeimbangkan kebutuhan tubuh  dari karbohidrat, vitamin, mineral hingga serat

2.       Rutin berolahraga
“Mens sana in corpora sano” Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.  Slogan yang sangat akrab di telinga tapi jarang diterapkan.  Dulu saya cukup rutin berolahraga, lalu ada masa jeda yang cukup panjang karena liburan dan mudik.  Lantas malas memulai kembali.  Akibatnya, tubuh terasa mudah lelah dan letih.  Memang harus dimulai.   Dari yang ringan-ringan saja dulu seperti lari pagi, bersepeda keliling komplek perumahan sampai senam dan yoga.  


 3.     Istirahat yang cukup
Hmm… ini yang agak berat.  Saat kerjaan menumpuk biasanya saya memang kurang istirahat. “Nanggung ah, dikit lagi,” kalimat tu jadi semacam kalimat sakti yang menjadi pembenaran untuk begadang hingga tengah malam menyelesaikan tulisan yang dikejar deadline yang akhirnya malah tak bagus untuk kondisi tubuh.  Yups, harus bisa manajemen waktu lebih baik lagi. Kewajiban sebagai ibu rumah tangga, tugas menemani dan membimbing cah bagus belajar, antar jemput sekolah, menyiapkan bahan ajar sampai membuat artikel di blog memang harus dijalani dengan seimbang.

4.      Mengkonsumsi multivitamin untuk mengembalikan daya tahan tubuh setelah sakit.
Masa pemulihan setelah sakit sesungguhnya adalah masa paling penting dan menentukan.  Alih-alih sembuh, jika kita abai pada masa ini, bisa jadi malah kembali harus istirahat total.  Nah, saat seperti inilah mengkonsumsi multivitamin sangat dibutuhkan.  Selain untuk mengembalikan daya tahan tubuh, juga bisa mempercepat masa penyembuhan.

Untuk Multivitamin, saya percayakan pada Theragran-M Multivitamin dan Mineral   

 

Kenapa Theragran-M?

Seorang kawan pernah menyarankan saya untuk mengkonsumsi multivitamin saat saya pulang dari rumah sakit beberapa waktu lalu.  Saya pikir, tak ada salahnya saya coba.  Saat mencari-cari info tentang Vitamin yang bagus untuk masa penyembuhan, saya terdampar di sebuah artikel yang membahas tentang Theragran-M.  Dari sana saya mendapatkan referensi untuk mencoba mengkonsumsinya.

Jelajah maya saya berlanjut untuk mencari tahu komposisi Theragran-M dan ternyata kandungannya sangat lengkap.  Theragran M Tablet mengandung komposisi aktif berikut: Calcium Pantothenate, Magnesium Carbonate, Vitamin B1, Vitamin B12, Vitamin B6, and Vitamin D Synthetic Calciferol. Satu amplop seharga Rp. 21 ribu isi 4 tablet.  Tak terlalu mahal untuk ukuran multivitamin dengan kandungan lengkap seperti ini.

Saat membelinya di apotek, saya sempat ragu karena tak membawa resep dokter.  Ternyata Theragran-M ini, berlogo biru di sudut kirinya.  Saya lega, karena ini artinya bisa dibeli tanpa resep dokter.  Meski begitu, saat mengkonsumsinya tetap ikuti aturan pakai yang tertera di kemasan ya.  Lebih bagus lagi, jika sebelum mengkonsumsinya terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan dokter agar tak terjadi kontradiksi dengan obat lain yang (mungkin) sedang di konsumsi.

Dari sebuah situs kesehatan, saya juga mendapatkan informasi bahwa Theragran M Tablet dapat meningkatkan daya tahan tubuh  dengan melakukan fungsi-fungsi berikut:
  • Melindungi sel terhadap kerusakan peroxidative dengan meningkatkan tingkat glutathione.
  • Menetralkan keasaman lambung dengan meningkatkan pH lambung.
  • Metabolisme karbohidrat sehingga mempertahankan pertumbuhan normal.
  • Memproduksi antibodi dan hemoglobin dengan menjaga tingkat gula darah dalam kisaran normal.
  • Mengobati kekurangan vitamin b12.
  • Meningkatkan penyerapan aktif kalsium dan fosfor oleh usus kecil;meningkatkan kalsium serum dan kadar fosfat.
Dengan bantuan multivitamin Theragran-M, saya bisa pulih lebih cepat dari sakit dan tentunya tetap bisa produktif melakukan semua tugas dan kewajiban baik sebagai ibu rumah tangga maupun aneka kegiatan lainnya. Semangaaaaat!

Sumber pustaka
Tulisan dan foto : Dokumentasi pribadi
Informasi Theragran : Website Theragran-M
                                     tabletwise.com

4 comments:

  1. jadi pengajar memang aktifitasnya banyak walaupun buat orang lain terlihat "biasa", karena saya lihat sendiri aktifitas mama mertua saya yang seorang guru SD kelas 1 pula dan ayah saya sendiri yang seorang dosen.

    terutama saat musim ujian, bisa-bisa tugas koreksi sampai dibawa pulang kerumah.
    kemarin saya juga sempat menyarankan mama mertua saya untuk konsumsi Theragan ini, karena beliau baru saja selesai operasi ginjal..

    semoga sehat-sehat terus ya emakcihuy :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak
      Jadi guru itu berasa banget saat2 ulangan. Dari bikin soal, koreksi sampai nyiapin nilai. Duuuh gak boleh sakit dah

      Delete
  2. I do agree that Health is the most valuable thing in this world.
    Should be able to take care of it!
    Never negotiate with it when it needs multivitamin or others.
    Thanks for the sharing.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Fred.
      Kesehatan itu investasi besar dan penting. Kalau sehat mau ngapain juga hayok aja dah

      Delete