“Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan”
Saya tidak
tahu quote itu milik siapa, tapi saya
cukup sering membacanya sebagai kutipan di beberapa artikel maupun dijadikan
meme. Lalu saya juga ikut-ikutan
mengutip haha. Ya, saya setuju pada
untaian kalimatnya. Karena memang
pertambahan usia tak bisa kita cegah, tapi bagaimana kita berproses menjadi
pribadi yang lebih baik dari hari ke hari bisa kita bentuk, bisa diniatkan dan
dipelajari.
Sebulan lagi,
tepatnya 30 maret 2018 (sengaja disebut tanggalnya, siapa tau ada yang mau
ngirim kado #modus) sampai pada usia 39 tahun. Artinya, ini tahun terakhir saya
menyandang usia kepala tiga. Tahun
depan, lagi-lagi bila masih berumur, saya akan sampai di usia 40. Usia yang katanya matang, bijak, sukses dan
bersinar. Life begin at 40, begitu kata sebagian orang.
Well, mungkin pemikiran itu hadir karena dulu umumnya
perempuan menikah di usia 20-an, tepatnya < 25 tahun. Dengan perkiraan setahun kemudian lantas
sudah punya anak, maka pada saat perempuan tadi berusia 40 tahun, si anak sudah
besar, beranjak dewasa atau bisa jadi malah sudah mandiri. Ibunya masih ‘muda’,
anak sudah mandiri. Asik banget ya. Ibu bisa me
time. Bisa jadi, inilah sebabnya
ungkapan ‘life begin at forty’ hadir.
Lha bagaimana
dengan yang menikahnya sudah jelang 30 tahun.
Lantas baru diberi kepercayaan memiliki anak beberapa tahun
kemudian. Apa kabar usia 40 tahun? Ou, kawan saya bahkan ada yang baru
hamil di usia 38 tahun lho. Artinya di
usia 40, anaknya bahkan belum masuk TK. Ah,
tak perlu menebak-nebak. Setiap orang
punya bahagianya masing-masing. Setiap
orang punya cerita kehidupannya sendiri.
Tak bisa dibandingkan satu sama , lain, karena masing-masing kita jalan
sesuai jalur yang telah dirancang oleh Sang Mahakarya. Dan saya salah satu yang
berada di barisan ini, menikah di usia 27 tahun, baru punya anak di usia 31. Saat ini, Prema baru menjelang 8 tahun, baru
kelas 2 SD. Hoho… saya masih akan
berproses panjang belajar menjadi ibu.
Banyak sekali
doa dan harap yang saya panjatkan setiap hari.
Terutama karena mengingat usia yang makin tua matang #menolaktua.
Kalau di awal tahun biasanya orang-orang membuat resolusi untuk tahun
baru, maka inilah resolusi saya di usia 40 tahun :
Sehat sehat sehat
Yang sering
baca ceritaarni pasti cukup tau bahwa saya ini langganan ke dokter. Saya sampai malu kalau sampai orang-orang tau
saya sakit (lagi). Mana sakitnya bukan
sekedar yang batpil atau pusing-pusing gitu.
Lebih banyak berujung pada pindah tidur ke kamar-kamar perawatan Rumah
Sakit. Duuuuuh…
Makanya,
setiap melangitkan doa permohonan saya adalah diberi kesehatan.
Saya akui,
kadang saya yang lalai pada diri sendiri.
Makan sesuka hati, aktivitas full hingga tak memberi hak tubuh untuk
istirahat plus kurang olahraga. Saya ini
tukang makan, apa saja diembat. Jeleknya
lagi, kalau udah suka, bisa lupa diri makannya.
Dulu, jaman masih rutin olahragay dan yoga, saya merasa tubuh sehat dan
bugar. Belakangan, saya banyak bolosnya
olahraga nih. Bahkan sepedaan keliling
komplek yang biasa saya lakukan tiap sore, sudah sangat jarang. Awalnya karena hujan turun setiap sore, lalu
bablas deh malasnya. Akhirnya badan
terasa lemas dan mudah lelah.
Menulis
adalah mengingatkan diri sendiri. Maka
hari ini saya menuliskan ini sebagai pengingat untuk kembali menjaga pola makan
dan rutin berolahraga. Yes, go healthy at
40.
Bahagia Bahagia Bahagia
Semua orang
tentu ingin bahagia. Saya tahu, bahagia
itu datangnya dari hati. Tubuh yang
sehat, senantiasa bersyukur dan berpikir positif adalah koentji. Kalau 3 hal
itu terpenuhi aku ramal kita akan ketemu di kantin bahagia.
Bersyukur
pada hidup. Bersyukur pada semua
pencapaian. Menjadikan setiap kegagalan
sebagai pelajaran. Memahami bahwa setiap
orang adalah guru kehidupan, berdamai dengan diri sendiri, memandang semua
mahkluk sebagai bagian dari lingkaran kehidupan dan meyakini semua yang terjadi
adalah bagian dari proses pembentukan pribadi kita tentunya bukan hal yang
mudah.
Sekali lagi
menjadi tua itu pasti. Menjadi dewasa
adalah pilihan. Aih berat. Tapi saya akan belajar dan terus
belajar. Ah Arni, sok-sokan ngomong
bijak, lha wong nonton Dilan aja
masih baper kok. Denger gombalan Dilan
aja klepek-klepek. Padahal yang digombalin itu Milea, kok kamu
yang berbunga-bunga to hahaha *huft semoga mas Bojo gak baca bagian ini*
Lho tapi yo ndak pa pa
to, sekali-sekali di umur jelang 40 ini bernostalgia tentang masa
remaja. Keluar bioskop senyam senyum
sendiri, bahagia karena bisa nonton bareng pasangan terus mengenang cerita
pacaran tempo dulu. Bahagia itu
sederhana. Betul???
Ya, intinya
saya ingin bahagia. Sekarang, hari ini
dan selamanya.
Lebih Banyak Berbagi
Ya, saya
ingin menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain. Meski saya bukanlah orang kaya dengan harta
berlimpah, bukan profesor dengan ilmu mumpuni, bukan ahli yang rutin riset,
bukan motivator yang pandai memberi solusi tapi saya ingin bisa berbagi dan
bermanfaat untuk orang lain.
Impian saya,
bergabung di kegiatan-kegiatan sosial.
Ada bahagia yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, yang tak cukup
kalimat panjang untuk mengungkapkannya saat bisa terlibat dalam kegiatan sosial
yang langsun menyentuh kehidupan masyarakat.
Ada hangat yang menjalar di hati disaat-saat seperti ini. Rasa yang terus memanggil untuk kembali.
Menjaga Pikir, Lisan dan Laku
Dunia makin
tua. Saya juga makin tua matang. Malu sama umur kalau masih suka iri melihat
orang lain sukses, maju dan derivasinya.
Malu sama umur kalau masih suka nyinyir dan mencari celah kelemahan
orang lain. Apalagi seperti sekarang
dimana akses informasi begitu mudah, media sosial bagai buku terbuka dimana
setiap orang bisa mengintip lembaran –lembarannya, membaca, mengutip dan
membaginya. Saya harus lebih bijak
memilah-milah mana bagian yang layak jadi konsumsi publik, mana yang tidak.
Pun dalam
interaksi di lingkungan sosial yang mana kita akan bertemu dengan beraneka
masalah setiap harinya. Semoga saya bisa
lebih baik berpikir, berkata dan bersikap.
Menjadi Istri dan Ibu yang Lebih Sabar
Waaa… ini
bener-benar harus usaha keras. Saya
bukan istri dan ibu yang sempurna. Yang
punya penampilan paripurna, bijak dan lemah lembut. Saya masih sering keluar tanduk dan meradang
dirumah. Huhu maafkan Ibu ya, Ayah. Maafkan Ibu juga, Prema.
Bersama kita
membangun bahagia di rumah ya. Kita belajar dan terus belajar. Pada sekolah kehidupan.
*****
No body perfect. Saya
sadar banget itu. Meskipun
harapan-harapan saya terasa begitu sempurna, saya sadar sepenuhnya bahwa tak
mudah mewujudkan itu semua.
“Kita melangkah bukan dari keburukan menuju kebaikan tapi dari kebaikan yang satu menuju kebaikan lainnya”
Jadi, belajar
tanpa batas. Belajar seumur hidup.
Sampai di akhir waktu. Usia 40
hanyalah deretan angka-angka penanda waktu dan jatah hidup di dunia. Ada yang jauh lebih penting yaitu menjadi
pribadi yang naik kelas dari hari ke hari.
Selamat datang 40.
Salam
Arni
Tulisan
ini merupakan bagian dari #KEBBloggingCollab dari Grup Butet Manurung dengan
trigger post di Web KEB yang ditulis oleh mbak Fiona pemilik blog www.askfionamd.com berjudul
“Forty The Year of Healthy Beginnings”
Kak Arni, sehat2 naaahh..
ReplyDeleteihiiyyy yg bentar lagi ultah. jadi mau dikadokan apa? *sok atuuh kode ke Mas Bojo ne :D
Kalau badan sehat dan hati bahagia, mau ngapain aja bisa ya mbak. Hmm apa yang ingin dicapai saat umur 40 th nanti kalau aku? Masih ada 7 thn lagi kalau sampai sana umurnya :D
ReplyDeleteMba Arni, jaga pikiran, perkataan, dan perbuatan itu juga selalu bahan doa ku. Ternyata ga semudah ngucapinnya ya. Semoga kita sama-sama bisa ya mbaa
ReplyDelete