Monday, April 9, 2018

, ,

Penghasilan Tambahan ; Eksistensi Diri atau Kebutuhan



Hari gini hanya ngandelin minta duit suami?

Perempuan itu harus punya penghasilan lho.  Kalau bisa malah mandiri secara financial.  Walaupun punya pekerjaan tetap, ada baiknya tetap punya penghasilan tambahan juga.

Sound familiar, teman-teman?

Yes.  Kalimat-kalimat diatas dan berbagai kalimat sejenis sering sekali seliweran di sekitar kita.  Baik disampaikan langsung maupun lewat status-status di media sosial oleh kawan yang sedang memprospek kita atau mengajak orang lain agar ikutan bisnis online yang dikelolanya, MLM, dll. 

Ada yang senyum-senyum saja baca kalimat begitu. Lempeng aja, tidak tertarik.  Ada pula yang tersentil, tersinggung atau bahkan mengambil langkah ekstrim, memblokir dan memutuskan pertemanan.

Hey…! Ada apa dengan hati kita sebenarnya.  Mengapa seringkali topik-topik yang berhubungan dengan uang mengusik kenyamanan, merenggangkan pertemanan dan menjauhkan persaudaraan.

By the way, sebelum lanjut saya mau kasi tau dulu, ini saya bahas soal penghasilan tambahan untuk menjawab trigger post dari kolaborasi nulis di Be Molulo, itu lho grup blogger asal Kendari.  Setelah bulan kemarin membahas pengaturan keuangan keluarga, kali ini topiknya masih sepupuan, ditulis oleh Irna dengan judul “Penghasilan Tambahan” 

Topik ini menarik.  Tak semua orang tertarik untuk mencari penghasilan tambahan soalnya.  Apalagi yang sudah berada di zona nyaman, dalam arti punya penghasilan tetap baik harian maupun bulanan  yang sudah mencukupi kebutuhannya atau memang punya pasangan yang tajir melintir atau punya investasi dimana-mana yang sudah menjadi sumber income tersendiri.  Ya wis, tinggal menikmati saja to.

Sebaliknya, ada orang-orang yang ingin sekali punya penghasilan tambahan.  Namun ada banyak alasan yang membatasinya, mulai dari modal, kemampuan bisnis, tak ada bakat berjualan, tak ada waktu, malas repot dan derivasinya yang sesungguhnya adalah batas-batas yang diciptakan sendiri oleh pikiran.


Penghasilan Tambahan Untuk Eksistensi dan Aktualisasi Diri


Pernah dengar dan lihat orang-orang yang secara financial sudah mapan namun tetap berbisnis ini dan itu? Ibaratnya nih, dia itu mau apa saja udah tinggal tunjuk, tapi kok yo tetap aja berbisnis?

Ada yang kayak gitu emangnya? Adaaaa. Banyak malah.

Dan mereka ini umumnya adalah orang-orang berpendidikan tinggi, memiliki kemampuan berbisnis yang mumpuni.  Mereka ini butuh wadah untuk mengaktualisasikan kelimuan yang dimilikinya.  Sayang khan teori yang dikuasai mengendap dan menguap begitu saja tanpa praktik.  Maka berbisnislah mereka.

Ada pula yang hobi memasak, fotografi, menulis, make up dan sebagainya.  Hobi-hobi ini adalah hobi yang menghasilkan.  Tak ada yang lebih menyenangkan dalam bekerja daripada mengerjakan hobi kemudian dibayar.  Asyik euy.   Selain dapat penghasilan tambahan, pegiatnya juga dapat menyalurkan hobi dan bakatnya hingga menghasilkan pundi-pundi yang tak sedikit.

Bicara uang, sudah rahasia umum bahwa tak mengenal kata cukup atau puas.  Selama masih ada jalan untuk mendapatkannya, kenapa tidak.  Selama ada kesempatan, ya dijalani saja. 

Ada yang menarik, saat ini sedang ramai komunitas-komunitas arisan emak-emak.  Ou, saya bukan mau bahas yang ikut arisan, karena ini khan ngeluarin duit.  Yang mau saya bahas ini bandar arisannya.  Di kota-kota besar, arisan para sosialita ini nominalnya bisa bikin melongo lho.  Bukan hanya sekedar arisan uang, tapi juga barang-barang branded.  Nah, Bandar arisannya, akan mendapat ‘gaji’ sekian persen setiap bulannya.  Perhitungannya bagaimana, ya tergantung kesepakatan dalam kelompok.

Menjadi Bandar arisan ini bisa jadi sumber penghasilan tambahan yang lumayan sekaligus menjadikan diri eksis di tengah-tengah pergaulan mewah ala sosialita.  Me time, makan di restoran, café dan sejenisnya adalah rutinitas.


Ini salah satu contoh penghasilan tambahan sebagai eksistensi diri.

Tapi tetap ya teman-teman, terutama yang sudah berkeluarga, kepentingan keluarga adalah yang utama.  Jangan sampai focus pengen eksis, pengen dapat penghasilan tambahan berlimpah, lantas keluarga terlupakan.


Penghasilan Tambahan Sebagai Kebutuhan


Kalau sudah bicara kebutuhan, rasanya tak ada alasan untuk tak mengusahakan penghasilan tambahan.  Mulai dari biaya kebutuhan sehari-hari, kebutuhan anak sekolah hingga kebutuhan-kebutuhan sekunder.

“Ah, memang dasar manusia aja yang gak pernah puas.  Makanya selera jangan ketinggian!”

“Gaji suaminya kurang apa ya, kok dia masih jualan ini itu?”

Huft. 

Capek hati ya kalau dengar suara sumbang a.k.a nyinyir gitu.

Lemesin aja cyiiiin…

Selama usaha menambah penghasilan yang kita jalani itu berada di jalur yang benar, tidak merugikan orang lain, jalani saja.  Untuk keluarga tercinta.  Untuk masa depan terbaik.

Bolu gulung karakter. Saya pernah lho jualan ini

Ada banyak orang yang mencari penghasilan tambahan karena memang penghasilan utamanya tak mencukupi kebutuhan sehari-hari.  Ada banyak orang yang melakoni lebih dari satu pekerjaan dan nyaman-nyaman saja menjalaninya.  Kebutuhan setiap orang khan berbeda-beda.

Beberapa kawan yang saya kenal sebagai single parent, bahkan bekerja berkali lipat lebih keras dibandingkan mereka yang masih punya keluarga utuh.  Selain memiliki pekerjaan utama, mereka juga mencoba mencari penghasilan tambahan dengan pekerjaan sampingan seperti berjualan online, menerima pesanan kue, berjualan pulsa dan lain-lain.  Bahkan banyak kawan-kawan saya yang nyambi bekerja sebagai ojek online, dilakoni saat pagi sembari berangkat ke kantor dan sore hari saat pulang kantor, cari penumpang yang searah dengan perjalanan pulangnya.  Lumayan khan, ada pengganti beli bensin.

Jadi, mana yang lebih baik?


Terlepas apa motivasi setiap orang mencari penghasilan tambahan,  semuanya baik.  Mencari penghasilan tambahan adalah hak setiap orang.  Baik untuk penyaluran hobi, eksistensi atau menambah uang belanja, jalani semuanya dengan nyaman.  Jangan memaksakan diri di luar kemampuan, membagi waktu dengan cermat agar keluarga tetap nyaman.  Pun jangan sampai mengganggu kenyamanan orang lain, apalagi disertai pemaksaan atau nyinyiran dengan kalimat-kalimat yang membuat orang lain terusik.

Ayam betutu. Salah satu jualan saya

Sejak resign dari pekerjaan rutin kantoran di sebuah Bank swasta 6 tahun yang lalu, saya juga melakoni beberapa kegiatan, selain menjadi mahmud abas (mamah muda anak baru satu) yang merangkap macan ternak (mamah cantik antar anak) *yang pengen muntah, kresek ada di pojokkan ya huahahahaha*

Saya pernah berjualan aneka makanan mulai dari kue-kue, tumpeng, ayam betutu dll.  Err… sekarang sih masih juga, tapi udah gak serajin dulu.  Sesekali saja kalau lagi kangen mainan mixer dan oven.  Saya juga menjadi member MLM sebuah brand kosmetik, lumayan lho hasilnya kalau rajin berjualan.  Tapi yang paling asyik buat saya ya nulis blog, hobi yang menghasilkan.  Saya merasakan kenyamanan saat menulis, meskipun tak rutin nulisnya karena beberapa kesibukan harian, tapi jujur saja menulis adalah me time yang paling menyenangkan buat saya. Relaksasi.


Selain itu, saya juga terlibat di beberapa kegiatan sosial.  Nah, kalau yang ini sih penghasilan tambahannya bukan berupa uang yang menambahisi rekening tabungan.  Penghsilan tambahan kegiatan yang ini adalah untuk menambah tabungan kebaikan dan kebahagiaan.  Tak bisa dinilai tapi dengan nominal tapi dirasakan dengan hati.  Buat saya, ini adalah penghasilan tambahan yang paling besar nilainya.

Apakah kalian juga punya penghasilan tambahan? Berbagi cerita yuk!


Salam
Arni


0 comments:

Post a Comment