Sound familiar, teman-teman?
Yes.
Kalimat-kalimat diatas dan berbagai kalimat sejenis sering sekali
seliweran di sekitar kita. Baik
disampaikan langsung maupun lewat status-status di media sosial oleh kawan yang
sedang memprospek kita atau mengajak orang lain agar ikutan bisnis online yang
dikelolanya, MLM, dll.
Ada yang
senyum-senyum saja baca kalimat begitu. Lempeng aja, tidak tertarik. Ada pula yang tersentil, tersinggung atau
bahkan mengambil langkah ekstrim, memblokir dan memutuskan pertemanan.
Hey…! Ada apa dengan hati kita sebenarnya. Mengapa seringkali topik-topik yang
berhubungan dengan uang mengusik kenyamanan, merenggangkan pertemanan dan
menjauhkan persaudaraan.
By the way, sebelum lanjut saya mau kasi tau
dulu, ini saya bahas soal penghasilan tambahan untuk menjawab trigger post dari
kolaborasi nulis di Be Molulo, itu lho
grup blogger asal Kendari. Setelah bulan
kemarin membahas pengaturan keuangan keluarga, kali ini topiknya masih
sepupuan, ditulis oleh Irna dengan judul “Penghasilan Tambahan”
Topik ini
menarik. Tak semua orang tertarik untuk
mencari penghasilan tambahan soalnya.
Apalagi yang sudah berada di zona nyaman, dalam arti punya penghasilan
tetap baik harian maupun bulanan yang
sudah mencukupi kebutuhannya atau memang punya pasangan yang tajir melintir
atau punya investasi dimana-mana yang sudah menjadi sumber income tersendiri. Ya wis, tinggal menikmati saja to.
Sebaliknya, ada orang-orang yang ingin sekali punya penghasilan tambahan. Namun ada banyak alasan yang membatasinya, mulai dari modal, kemampuan bisnis, tak ada bakat berjualan, tak ada waktu, malas repot dan derivasinya yang sesungguhnya adalah batas-batas yang diciptakan sendiri oleh pikiran.
Baca juga :
Mengatur Keuangan Keluarga
Penghasilan Tambahan Untuk Eksistensi dan Aktualisasi Diri
Pernah
dengar dan lihat orang-orang yang secara financial sudah mapan namun tetap
berbisnis ini dan itu? Ibaratnya nih, dia itu mau apa saja udah tinggal tunjuk,
tapi kok yo tetap aja berbisnis?
Ada yang
kayak gitu emangnya? Adaaaa. Banyak malah.
Dan mereka
ini umumnya adalah orang-orang berpendidikan tinggi, memiliki kemampuan
berbisnis yang mumpuni. Mereka ini butuh
wadah untuk mengaktualisasikan kelimuan yang dimilikinya. Sayang khan teori yang dikuasai mengendap dan
menguap begitu saja tanpa praktik. Maka
berbisnislah mereka.
Ada pula yang hobi memasak, fotografi, menulis, make up dan sebagainya. Hobi-hobi ini adalah hobi yang menghasilkan. Tak ada yang lebih menyenangkan dalam bekerja daripada mengerjakan hobi kemudian dibayar. Asyik euy. Selain dapat penghasilan tambahan, pegiatnya juga dapat menyalurkan hobi dan bakatnya hingga menghasilkan pundi-pundi yang tak sedikit.
Bicara uang,
sudah rahasia umum bahwa tak mengenal kata cukup atau puas. Selama masih ada jalan untuk mendapatkannya,
kenapa tidak. Selama ada kesempatan, ya
dijalani saja.
Ada yang
menarik, saat ini sedang ramai komunitas-komunitas arisan emak-emak. Ou, saya bukan mau bahas yang ikut arisan,
karena ini khan ngeluarin duit. Yang mau
saya bahas ini bandar arisannya. Di
kota-kota besar, arisan para sosialita ini nominalnya bisa bikin melongo
lho. Bukan hanya sekedar arisan uang,
tapi juga barang-barang branded. Nah, Bandar
arisannya, akan mendapat ‘gaji’ sekian persen setiap bulannya. Perhitungannya bagaimana, ya tergantung
kesepakatan dalam kelompok.
Menjadi Bandar arisan ini bisa jadi sumber penghasilan tambahan yang lumayan sekaligus menjadikan diri eksis di tengah-tengah pergaulan mewah ala sosialita. Me time, makan di restoran, café dan sejenisnya adalah rutinitas.
Ini salah
satu contoh penghasilan tambahan sebagai eksistensi diri.
Tapi tetap
ya teman-teman, terutama yang sudah berkeluarga, kepentingan keluarga adalah
yang utama. Jangan sampai focus pengen
eksis, pengen dapat penghasilan tambahan berlimpah, lantas keluarga terlupakan.
Baca juga :
Tips Hemat Ala Emak Cihuy
Penghasilan Tambahan Sebagai Kebutuhan
Kalau sudah
bicara kebutuhan, rasanya tak ada alasan untuk tak mengusahakan penghasilan
tambahan. Mulai dari biaya kebutuhan
sehari-hari, kebutuhan anak sekolah hingga kebutuhan-kebutuhan sekunder.
“Ah, memang dasar manusia aja yang gak pernah puas. Makanya selera jangan ketinggian!”
“Gaji suaminya kurang apa ya, kok dia masih jualan ini itu?”
Huft.
Capek hati
ya kalau dengar suara sumbang a.k.a nyinyir gitu.
Lemesin aja
cyiiiin…
Selama usaha
menambah penghasilan yang kita jalani itu berada di jalur yang benar, tidak
merugikan orang lain, jalani saja. Untuk
keluarga tercinta. Untuk masa depan
terbaik.
Bolu gulung karakter. Saya pernah lho jualan ini |
Ada banyak orang yang mencari penghasilan tambahan karena memang penghasilan utamanya tak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ada banyak orang yang melakoni lebih dari satu pekerjaan dan nyaman-nyaman saja menjalaninya. Kebutuhan setiap orang khan berbeda-beda.
Beberapa kawan yang saya kenal sebagai single parent, bahkan bekerja berkali lipat lebih keras dibandingkan mereka yang masih punya keluarga utuh. Selain memiliki pekerjaan utama, mereka juga mencoba mencari penghasilan tambahan dengan pekerjaan sampingan seperti berjualan online, menerima pesanan kue, berjualan pulsa dan lain-lain. Bahkan banyak kawan-kawan saya yang nyambi bekerja sebagai ojek online, dilakoni saat pagi sembari berangkat ke kantor dan sore hari saat pulang kantor, cari penumpang yang searah dengan perjalanan pulangnya. Lumayan khan, ada pengganti beli bensin.
Jadi, mana yang lebih baik?
Terlepas apa
motivasi setiap orang mencari penghasilan tambahan, semuanya baik. Mencari penghasilan tambahan adalah hak
setiap orang. Baik untuk penyaluran hobi,
eksistensi atau menambah uang belanja, jalani semuanya dengan nyaman. Jangan memaksakan diri di luar kemampuan, membagi
waktu dengan cermat agar keluarga tetap nyaman.
Pun jangan sampai mengganggu kenyamanan orang lain, apalagi disertai
pemaksaan atau nyinyiran dengan kalimat-kalimat yang membuat orang lain
terusik.
Ayam betutu. Salah satu jualan saya |
Sejak resign dari pekerjaan rutin kantoran di
sebuah Bank swasta 6 tahun yang lalu, saya juga melakoni beberapa kegiatan,
selain menjadi mahmud abas (mamah muda anak baru satu) yang merangkap macan
ternak (mamah cantik antar anak) *yang
pengen muntah, kresek ada di pojokkan ya huahahahaha*
Saya pernah berjualan aneka makanan mulai dari kue-kue, tumpeng, ayam betutu dll. Err… sekarang sih masih juga, tapi udah gak serajin dulu. Sesekali saja kalau lagi kangen mainan mixer dan oven. Saya juga menjadi member MLM sebuah brand kosmetik, lumayan lho hasilnya kalau rajin berjualan. Tapi yang paling asyik buat saya ya nulis blog, hobi yang menghasilkan. Saya merasakan kenyamanan saat menulis, meskipun tak rutin nulisnya karena beberapa kesibukan harian, tapi jujur saja menulis adalah me time yang paling menyenangkan buat saya. Relaksasi.
Selain itu,
saya juga terlibat di beberapa kegiatan sosial.
Nah, kalau yang ini sih penghasilan tambahannya bukan berupa uang yang
menambahisi rekening tabungan.
Penghsilan tambahan kegiatan yang ini adalah untuk menambah tabungan
kebaikan dan kebahagiaan. Tak bisa
dinilai tapi dengan nominal tapi dirasakan dengan hati. Buat saya, ini adalah penghasilan tambahan
yang paling besar nilainya.
Apakah
kalian juga punya penghasilan tambahan? Berbagi cerita yuk!
Salam
Arni
0 comments:
Post a Comment