Berapa banyak
penduduk miskin di Indonesia? Berapa banyak orang yang katanya bahkan hidup
dibawah garis kemiskinan, ya ampun....miskin aja udah cukup susah eh ini masih
dibawah garis pula. Duuuuh.
Sahabat, saya bicara tentang
miskin secara fisik lho (harta) bukan miskin dalam arti kiasan (miskin hati,
miskin perasaan, miskin kepedulian sosial dsb), jadi mari kerucutkan
idenya biar gak melebar kemana-mana
Ya, harta memang
terkadang bikin silau. Indonesia yang
katanya banyak penduduk miskinnya tapi ternyata pembelian mobil mewah keluaran
terbaru se-Asia itu paling gede di Indonesia ya. Yang katanya banyak yang busung lapar, tapi
restoran mewah juga selalu penuh disaat jam makan. Yang katanya banyak rumah di emperan tapi kok ya hotel berbintang tetap selalu penuh tamu.
Mungkin itu sebabnya,
banyak yang menghalalkan segala cara buat kaya, buat dapet duit, buat hidup
mewah. Ya korupsi, ya money
laundry, ya nilep sana-sini, ya terima suap. Eh ada satu lagi cara buat mendadak kaya dan
ini yang mau saya bahas : MENIKAH DENGAN ORANG KAYA atau ANAK ORANG KAYA………..
Beberapa waktu
lalu saya menerima undangan pernikahan seorang kawan dan saya terbelalak liat
nama pendampingnya. Saya tau si A yang
akan dinikahi oleh teman saya beda umur yang sangat jauh dengannya, 22 tahun
bo…….. (silahkan bayangkan betapa tuanya dia).
Dan saat kami chat group di
YM, seorang teman lain iseng mengungkit soal perbedaan umur itu dan taukah
kawan apa jawabnya “Gue gak cinta kale
sama dia, udah tua bangka situ, Jujur aja sih, gue naksir hartanya lah, apalagi
yang kurang, dia pengusaha sukses, rumah dan mobil mewah, deposito, gue udah
gak ragulah udah liat sendiri bahkan udah ada yang atas nama gue, pokoknya masa
depan gue terjamin” Tanpa beban dia bilang begitu? Plus embel-embel……. ”Gue gak mau miskin seumur hidup”
Teman saya yang
lain merajut kisah yang hampir mirip.
Dia memilih putus dengan tunangannya yang udah 5 tahun pacaran untuk
menikah dengan pria lain karena si pria itu anak orang kaya dan pejabat
terhormat didaerahnya. Dan itu diakuinya
terus terang. Prinsipnya Jadi anak orang miskin itu nasib, Jadi menantu orang miskin itu tolol. Orang dikasi kesempatan milih kok, ngapain milih miskin terus. Haha. Benar juga sih. Meskipun ujung-ujungnya ya jodoh di tangan
Tuhan.
Ah ya, banyak
alasan perempuan menikah. Diluar urusan
cinta, ada juga karena urusan jaminan hidup itu, ada tempat bersandar, ada yang
menopang hidup kalau bisa sekalian menopang keluarga hehehe.
Klo liat fenomena
kek gitu, saya malah jadi menerawang ke masa 10 tahun lalu saat saya memilih pendamping hidup. Saat kami berdua masih sama-sama
kerja, orang tua jauh satu di Bali satu di Kendari. Memulai segalanya benar-benar dari 0
(nol). Mulai nyicil rumah sederhana di pinggiran, mulai beli kendaraan bekas sekedar buat mondar-mandir,
benar-benar membangun hidup kami berdua.
Miskinkah kami? Kami memang tidak hidup mewah, tapi cukuplah buat
kebutuhan kami sehari-hari. Kami memang
tak punya kendaraan mewah, tapi bisalah tetap mondar-mandir bertemu sahabat dan
sodara. Dan yang penting, kami nyaman, kami bahagia.
Satu hal yang
menjadi catatan saya adalah bagaimana kami yang merangkak benar-benar dari
bawah ini kemudian mendapat banyak pelajaran penting. Mensyukuri setiap hal, sekecil apapun. Melewati setiap cobaan yang (semoga) membuat
kami naik kelas. Dan itu rasanya jauh
melampaui batas antara kaya dan miskin.
Jauh menjadikan kami lebih saling menghargai dan siap melangkah
beriringan, saling mendukung satu sama lain membangun sebuah istana bernama
keluarga.
Jadi kawan, apa pilihanmu?
Merangkak dari bawah sama suami emang co cweet ya mbak, aku dan suami jg sdng berusaha. Tapi aku jg gak putus berdoa supaya jadi org kaya Mbak haha #tetep
ReplyDeleteMerangkak dari bawah itu membuat kita lebih menghargai setiap detik yang kita lalui bersama
DeleteMensyukuri setiap pencapaian sekecil apapun
Yuk semangaaaaat
Masa kecilku hidup miskin mbak, makan nasi bisa dihitung jari. seringnya makan tiwul, ampok karena itu yang murah. bila sekarang hidup berkecukupan, itu semua campur tangan Tuhan, keluargaku berusaha dan bekerja keras dari nol, ibuku merantau ke luar negeri, almaruhm bapak wiraswasta dengan modal dr ibu.
ReplyDeletedan saat menikah dapat pasangan yang semuanya juga memulai dari nol, membangun bersama.
Aku juga begitu kok Von
DeleteMeski gak miskin banget, tapi kami juga bukan orang kaya. Masa kecilku diisi dengan membantu ibu mencari kayu dihutan untuk kayu bakar, ikut menanam sayuran disekitar rumah agar tak perlu beli sayur. Makan telur sebutur bagi 4 dst :)
Yuk semangat
Harta bukan ukuran kebahagiaan, tapi kenyataan bahwa salah satu unsur bahagia adalah harta juga tak dapat dipungkiri. Selama diperoleh dengan cara yang benar dan digunakan dengan bijak, disanalah bahagianya
Semangaaaaat
dulu saya idealis banget, menikah karena cinta pada Allah dan merintis semua dari nol, berat tapi setelah dijalani alhamdulillah bisa terlalui dengan baik
ReplyDeleteCinta itu yang utama, karena tanpa cinta rasanya pasti hampa
DeleteUwooooo aku kok puitis bener ya hahaha
Makasih refleksi nya mba Arni.. So deep.
ReplyDeleteSama-sama Gesi
DeleteTulisan ini juga untuk mengingatkan diri sendiri akan setiap detik yang terlewati bersama pasangan :)
Dalem banget, Mbak. Aku lahir dan dibesarkan dalam keluarga miskin, tapi alhamdulillah banget selalu berkelimpahan kasih sayang dan perhatian. Dan, untungnya lagi dapet istri yang sederhana, nggak banyak nuntut, support banget sama apa yang aku lakukan, dan itu semua sudah membuat aku bahagia. Nggak ada alasan untuk nggak bersyukur.
ReplyDeleteYa, harus diakui pernah sih berpikiran, "enak ya kaya si dia, kemana-mana naik mobil sekeluarga, tinggal di rumah nyaman dengan perabotan oke." Tapi hidup itu sawang-sinawang kalo kata orang Jawa. Nyatanya teman yang naik mobil ke sana-sini pernah curhat, "Aku capek bayar cicilan ini-itu."
So, bagiku yang penting hepi apapun kondisinya. Nggak ada alasan untuk nggak bersyukur, itu prinsipnya. Nggak enak banget hidup kalo nunggu kaya dulu baru hepi :)
Yup setuju mas
DeleteAkupun begitu, kadang sekelebat muncul rasa pengen ini itu saat melihat orang lain
Tapi kemudian refleksi diri kembali melihat semua yang dianugrahkan kepadaku, rasanya tak ada alasan untuk tak bersyukur. Tak ada alasan untuk terus menuntut.
Bahagia itu kita yang mencipta :)