“Sudah minum sejak
umur satu tahun,”
“Oh sejak kecil. Karena ASI saya sedikit, jadi dedek saya kasi
susu kental manis,”
“Harganya murah,”
“Kirain semua susu
sama aja,”
Rasanya kita cukup familiar ya dengan petikan percakapan di atas. Jawaban dari beberapa ibu saat ditanya apakah anaknya mengkonsumsi kental manis. Beberapa kali saya bahkan mengalaminya langsung ketika berbincang dengan beberapa orang tua di sekitar tempat tinggal kami di Bogor. Saya juga melihat langsung bagaimana para ibu membuatkan kental manis sebagai konsumsi utama anak-anaknya yang masih di usia balita.
Saya sempat ngobrol santai juga juga dengan pengelola posyandu di perumahan kami. Yang bikin terkejut sekaligus miris, mereka malah tidak tahu kalau kental manis bukan susu. Bahkan berbahaya jika dikonsumsi oleh balita dan anak-anak terutama dalam jumlah berlebih dan terus menerus.
Meski begitu, saya cukup tahu diri. Saya juga tumbuh besar bersama kental manis. Masih lekat dalam ingatan di masa sekolah dulu, medio 80an-90an, setiap pagi tersaji susu di meja makan. Susu yang dicairkan dari kental manis, yang bahkan oleh ibu masih ditambah gula lalu diseduh dengan air panas. Ya, pada masa itu susu bubuk adalah barang mewah. Bapak yang pegawai negeri dapat jatah beras, gula dan susu dari kantor setiap bulan. Itulah yang kami konsumsi. Setiap hari. Bahkan tak jarang dua kali sehari, termasuk malam sebelum tidur.
Realita di tengah masyarakat |
Minum susu adalah kemewahan pada masa itu. Rasanya bahagia sekali bisa minum susu setiap hari. Selain untuk minuman, kental manis juga menjadi pelengkap aneka penganan buatan itu. Puding, roti, cake, es buah dll. Kami menikmatinya dengan bahagia. Penganan yang diberi kental manis rasanya nikmat sekali.
Bertahun kemudian terutama ketika mulai mengandung, saya
membaca beberapa literatur. Saya mencari
tahu produk susu bayi terbaik. Meski
akhirnya saya memutuskan memberi ASI eksklusif dan tetap ASI hingga usia 2
tahun tanpa susu tambahan, tapi dari pencarian ini saya jadi tahu bahwa kental
manis sangat tidak direkomendasikan untuk anak dan balita. Selanjutnya saya dikejutkan dengan pernyataan BPOM bahwa “Kental Manis Bukan Susu”
SKM Adalah Produk Dengan Kandungan Susu
Sehari-hari kita sering menemukan makanan/minuman yang dalam pembuatannya diberi tambahan susu. Meski begitu, namanya menyesuaikan dengan jenis penganan tersebut. Bukan mengedepankan kata susu yang kandungan didalamnya sangat sedikit, hanya sebagai bahan tambahan, penguat rasa dan sejenisnya.
Di sinilah salah kaprah si kental manis. Sejak awal diperkenalkan ke publik sebagai Susu Kental Manis, padahal kandungan susunya sedikit sekali. Justru kandungan gulanya mencapai 40-50%. Karena kandungan gulanya yang tinggi, pada umumnya kental manis mengandung 62 kalori yang merupakan campuran antara padatan susu dan gula. Masih ditambah kandungan lemak jenuh dari susu yang cukup tinggi, rata-rata mencapai 2 gr setiap 1 sendok makan.
Sehingga jelas, SKM hanya produk dengan kandungan susu. Bukan susu yang sebenarnya. Sama dengan makanan/minuman lainnya yang dibuat dengan tambahan susu pada salah satu bahannya. SKM dibuat untuk campuran makanan, bukan untuk susu pertumbuhan.
Karakteristik jenis SKM
adalah kadar lemak susu tidak kurang dari 8 persen dan kadar protein tidak
kurang dari 6,5 persen (untuk plain). Susu kental dan analog lainnya memiliki
kadar lemak susu dan protein yang berbeda, namun seluruh produk susu kental dan
analognya tidak dapat menggantikan produk susu dari jenis lain sebagai penambah
atau pelengkap gizi.
Dengan kandungan gulanya yang begitu tinggi, kental manis tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh anak dan balita terutama dalam jumlah yang banyak dan rutin apalagi digunakan sebagai susu pertumbuhan atau pengganti makanan/minuman utama. Kandungan gulanya yang tinggi dapat beresiko menyebabkan diabetes dan obesitas serta menghambat penyerapan nutrisi lainnya yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Berangkat dari sini, BPOM kemudian mengeluarkan aturan mengenai kental manis melalui peraturan BPOM No.31 tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan. Setidaknya ada 4 poin penting dalam edaran tersebut antara lain:
1. Dilarang menampilkan anak di bawah 5 tahun dalam bentuk apapun
2. Dilarang menggunakan visualisasi bahwa susu kental dan analognya kategori pangan 01.3) disetarakan dengan produk susu lain sebagai penambah atau pelengkap zat gizi. Produk susu lain antara lain susu sapi/susu dipasteurisasi/susu disteriliasi/susu formula/susu pertumbuhan
3. Dilarang menggunakan visualisasi gambar, susu cair dan/atau susu dalam gelas serta disajikan dengan cara diseduh untuk dikonsumsi sebagai minuman
4. Khusus untuk iklan pada media elektronik, dilarang ditayangkan pada jam tayang untuk anak-anak.
Tenggat waktu bagi produsen untuk dapat mengikuti aturan ini akan berakhir pada April mendatang dengan harapan para produsen dapat menerapkan hal-hal yang telah diatur tersebut dengan baik terutama mengenai iklan dan promosi ke masyarakat.
Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti diskusi tentang hal ini bersama Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS), Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), dan Badan Pengawasan Periklanan (BPP). Diskusi yang menarik dan membuka mata banget tentang realita yang terjadi di masyarakat dan temuan-temuan pelanggaran tentang iklan produk kental manis baik di media cetak maupun elektronik yang belum sesuai dengan ketentuan BPOM
Tiga tuntutan Kopmas |
Pemaparan yang disampaikan dalam diskusi sungguh mencengangkan. Ternyata, masih banyak pelanggaran yang ditemukan, padahal tenggat waktu penerapan aturan ini tinggal 2 bulan lagi. Pelanggaran yang paling sering ditemukan adalah melibatkan anak dalam berbagai iklan produk kental manis. Hadirnya anak dalam promosi, secara tidak langsung membuat persepsi di masyarakat bahwa kental manis aman dikonsumsi oleh anak-anak. Tak usah jauh-jauh, anak saya Prema (10 tahun) saja berpikiran begitu saat melihat iklannya. Apalagi jingle iklannya yang memang dibuat menarik, mudah terekam dalam benak sehingga tak heran banyak yang menyanyikannya.
Selain itu, para produsen juga makin kreatif dengan menyisipkan promosi dalam bentuk “soft selling”. Melalui berbagai program dan kegiatan. Bisa menjadi sponsor acara yang secara langsung melibatkan masyarakat, lewat film/sinetron, tayangan acara memasak, resep-resep yang bertebaran di media sosial hingga memanfaatkan jasa influencer, blogger, vlogger dll. Lebih jauh lagi, salah satu produsen kental manis bahkan melakukan inovasi dengan memproduksi kental manis dalam bentuk bubuk. Padahal kandungannya tidak jauh dari kental manis pendahulunya.
Kalau boleh saya katakan, ini adalah “dosa bersama”
Sejak dulu, iklan SKM melibatkan anak-anak |
Dosa yang bertumpuk puluhan tahun dan melibatkan banyak pihak. Tak mudah pastinya meluruskan ini. Apalagi ditambah dengan rendahnya literasi masyarakat Indonesia. Tak banyak konsumen yang benar-benar membaca kandungan setiap produk yang dibeli. Jangankan baca kandungan produk, tanggal kadaluarsa saja sering terlewatkan, kok. Adalah tugas kita bersama untuk bersinergi mengedukasi masyarakat agar mendapatkan informasi yang benar. Selain itu, pemerintah juga harus tegas mengambil keputusan hingga memberi sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar peraturan.
Jalan Panjang Menuju Edukasi Publik Untuk Generasi Unggul
Sebenarnya, sebuah iklan akan melalui proses panjang sebelum akhirnya ditayangkan. Bahwa masih saja “kecolongan” di beberapa bagian, tugas kita bersama melakukan evaluasi. Yang lebih sulit tentunya iklan-iklan yang secara langsung, melalui media sosial misalnya. Tidak perlu melewati BPP, sehingga celah miss informasi sangat besar di sini. Semoga semua pihak bisa bergerak bersama untuk memperbaiki kesalahpahaman puluhan tahun ini.
Jalan panjang sebuah iklan |
Terkait konsumsinya, BPOM menyarankan agar kental manis hanya digunakan sebagai topping, bahan campuran dan tambahan rasa pada makanan/minuman. Bukan sebagai sumber nutrisi utama.
Momen jelang hari raya adalah masa-masa kritis yang perlu diwaspadai. Televisi dan kanal-kanal video biasanya dibanjiri iklan kental manis. Olahan berbagai jenis makanan/minuman dengan kental manis hadir menggugah selera.
Harapan saya, untuk mengimbangi banjir promosi tersebut juga dihadirkan iklan-iklan layanan masyarakat dari pemerintah dan pihak terkait terutama tentang tata cara konsumsi kental manis yang baik dan benar serta pemanfaatannya dalam olahan makanan dan minuman.
Semoga semua pihak dapat membuat keputusan bijak agar tak makin menjerumuskan masyarakat dalam kesalahan persepsi. Kita semua memiliki tanggung jawab yang sama untuk mewujudkan generasi unggul di masa depan. Investasi kesehatan dari sekarang, untuk Indonesia yang lebih baik.
Semangaaaaat
Salam
Arni
Informasi yang bermanfaat. Jadi tahu tentang Susu Kental Manis yang ternyata kandungan gizinya berbeda dengan susu asli.
ReplyDeleteAku termasuk generasi yang tumbuh dari iklan skm ini, kak. Karena dulu pun kupikir skm itu ya susu dengan harga murah. Pas udah mulai muncul berita mengenai skm bukan susu. Auto keingetan dulu rajin banget minum skm ini
ReplyDeleteKandungan gulanya cukup tinggi ya. Dulu sering lihat iklan SKM beserta dedek yang minum susu tersebut lo. Ternyata oleh BPOM sudah diberi arahan khusus untuk pembuatan iklan. Meskipun begitu realitasnya memang masih banyak yang menganggap SKM itu susu nan penuh gizi, hehe.
ReplyDeleteDuh ini ya edukasi yang harus terus menerus deh karena kan sikonnya dulu juga beda dengan sekarang. Sesuatu yang udah melekat erat di benak kadang sulit dilepaskan tapi justru akan diturunkan...semoga saat ini masyarakat bisa lebih cerdas ya
ReplyDeletepenting nih buat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat kalo kental manis itu bukan susu ya,
ReplyDeleteSetiap hari harus bebenah diri agar bisa memperbaiki kesalahan yang telah kita lakukan termasuk SKM .
ReplyDeleteMpo suka puding susu
Iya nih banyak yg keliru memberikan SKM sebgai susu kepada anak2nya padahal kandungannya lbih bnyak gula yg brakibat fatal klo dikonsumsi smp mereka besar
ReplyDeleteBaru-baru ini ya, namanya berubah menjadi kental manis. Dahulu memang dikenal sebagai susu. Bahkan ada kebanggaan bagi anak-anak kelas menengah kebawah jika bisa meminumnya. Beruntung para pemerhati kesehatan memberikan kritikan terhadap itu.
ReplyDeletemiris ya Kak, kalau masih ada yang belum paham dengan SKM ini bukan susu apalagi kalau dikasih ke anak-anak (apalagi balita) sebagai pengganti susu, hikks.
ReplyDeleteiklan masa lalunya SKM itu malah susu tuk balita ya Kak judulnya, huhuhuh
Dulu waktu saya kecil, sering minum susu kental manis. Karena orang tua gak paham, jadi ya saa sering dikasih tuh. Antara tahun 1990-an deh. Waktu itu kan media belum populer seperti sekarang.
ReplyDeleteNah sekarang saya belinya susu cair kayak Ultra Jaya, Indomilk atau Frisian Flag untuk anak-anak saya. Gak pernah beli susu kental manis lagi, kecuali untuk topping
Iyaloh, ni masih banyak banget yang salah kaprah soal susu untuk anak, ya masa di kasih SKM, yang jelas-jelas bukan susu, SKM mah harusnya iklannya tuh untuk topping makanan untuk bikin kue yaaa, jangan dibuat seolah minum susu
ReplyDeletemasyarakat ga nyangka ya sekarang "susu" kental manis mulai diluruskan pengertian tentang susu atau bukan susu.
ReplyDeletemasih inget Marjan mengeluarkan sirop dengan kandungan susu, tapi tetep aja namanya sirop,
Bener kak, SKM ini bukan susu. Saya suka menyebutnya krimer kental manis.
ReplyDeleteTapi di lapangan, nyatanya banyak ibu yang sudah tau. Tapi terpaksa menutup mata karena gak sanggup beli susu formula. Jadi di pikiran ibu tersebut, biarlah daripada gak minum susu sama sekali. Meski sebenarnya ini salah kaprah.
Yang jelas kental manis itu kandungan gulanya sangat tinggi. Jadi ya cocoknya buat bahan panganan saja, misalnya bikin roti atau puding. Kalo buat konsumsi yang menyerupai susu pertumbuhan untuk anak itu mah salah kaprah ya.
ReplyDeletelah iya benar SKM dak cocok untuk di minum cocok untuk sebagai pelengkap aja khawatirnya nanti terjadi stunting pada anak
ReplyDeleteWah, baru tau peraturan iklan SKM ini. Hm, ternyata memang ada kekhawatiran yang bisa ditimbulkan dari SKM ini ya. Wah, ilmu baru penting banget ini...
ReplyDeleteWah baru tahu kalau kental manis bukan susu. saya masih suka ngasih anak saya susu kental manis indomilk soalnya. salah dong ya saya. huaaa pengetahuan banget nih.makasih sharingnya kak,
ReplyDeleteOke, informasi yang sangat berguna tentang susu. Tapi, sekadar saran, untuk penulisan, spasinya jangan terlalu lebar. Ini beberapa kali saya lihat, setelah titik, spasinya dua. Cukup satu saja, agar tidak terlihat lebih jarang. Begitu saja ya.
ReplyDeletehihi saya juga tumbuh bersama SKM ini. Selalu di seduh dengan air hangat, nggak pernah di pakai untuk topping. Setelah dewasa baru ngerti, ternyata makan roti tawar di kasih SKM itu rasanya enak, dan memang itulah fungsinya, bukan untuk di minum
ReplyDeletewah bermanfaat sekali kak artikelnya, aku baru tau kental manis punya nutrisi sendiri dan beda dengan susu lainnya, emnag kebiasaan sih sering kalo beli tu lewat aja bagian nutrisinya, semoga kita bisa jadi pembeli yang cerdas kedepannya ya
ReplyDeleteDari saya kecil image kental manis adalah susu, bahkan ibu saya membuatnya rutin. Katanya biar anaknya sehat dan pinter. Ternyata hal demikian tidak benar, saya sadari setelah punya anak :)
ReplyDeleteAduh, dulu saya juga sering minum susu kental manis dengan diseduh. Tapi memang zaman dulu belum berkembang media sosial seperti sekarang, makanya masyarakat nyaris tidak ada yang tau "tipuan" dalam branding susu kental manis ini. Kalau sekarang namanya sudah ganti jadi krimer kental manis ya, kalau gak salah
ReplyDeletegemes ya namanya dari dulu tuh bilangnya SKM susu kental manis. padahal kental manis rasa susu. aku jg sering nemuin anak2 minum ini sbg nutrisi utamanya huhu, padahal kandungan gulanya bikin nangis ya.semoga semakin sadar kalau SKM ini bukan susu
ReplyDeleteSaya pun baru tahu kalau SKM itu BUKAN SUSU setelah ikut beberapa kali acara yg bahas soal susu. Sekarang juga iklan SKM agak mendingan sih, nggak ada adegan nuangin ke gelas dan campur air.
ReplyDeleteMind opening!
ReplyDeleteIya nih Mbak. Saya jadi ingat waktu kecil sempat konsumsi susu kental manis ini. Pas gede baru tahu SKM bukan susu jadi nggak saya kasih juga ke anak. Paling saya pakai cuma sebagai topping saja.
ReplyDelete