Tuesday, November 1, 2022

Memilih Ekstrakurikuler Untuk Anak

 


“Ibu, tadi khan Prema siaran lagi di radio Sekolah…!” seru Prema riang saat kami dalam perjalanan dari Stasiun ke rumah sepulang Sekolah

“Wah selamat ya. Gimana-gimana, cerita dong. Seru gak?”

“Seru banget, bu. Banyak juga teman-temannya Prema yang dengerin dari kelas. Pas Prema masuk kelas pada ngebahas deh,” katanya lagi

“Memang topiknya apa?”

“Tentang olahraga. Prema bikin scriptnya berdua sama teman satu tim. Trus habis itu kita puterin lagu. Keren pokoknya.”

“Ada rekamannya gak atau minimal fotonya deh?”

Haha dasar emak-emak, yang ditanya malah dokumentasi. Eh, tapi khan lumayan kalau ada ya, emak bisa pamer #ups

“Ya gak ada laaah. Lagian buat apa juga difoto. Pasti ibu mau posting ya…!”

Aish ketahuaaaan hahahaha.

Ekstrakurikuler Pilihan Prema

Well, Prema memang lagi senang-senangnya ikut ekskul radio broadcast di Sekolah. Memilih ekskul ini juga lewat diskusi panjang sampai 3 hari lho kami.  Saat formulir ekstrakurikuler dibagikan dan harus diisi, ada banyak sekali pilihan ekskulnya. Mulai dari beragam olahraga, kesenian, keterampilan hingga science.  Tapi setiap siswa hanya boleh memilih 1 ekskul saja di luar yang wajib yaitu Pramuka. Ini tentunya terkait jadwal dan kemampuan anak. Kalau memilih lebih dari satu, bisa-bisa tiap hari pulangnya sore banget.

Baca juga : Life Skill Dasar Untuk Anak

Awalnya Prema ingin ikut bulutangkis, tapi kami tahu betul bahwa Prema tidak berbakat di sana dan hanya sekedar bisa nepok-nepok doang. Basket otomatis coret lah. Selain memang belum pernah main basket, siswa yang ikut ekskul ini rata-rata postur tubuhnya tinggi. Prema nanti jadi yang paling mungil. Untuk kesenian, ada tari, nyanyi, angklung dan teater. Prema jelas ndak mau.

Lalu ada coding dan kelas sains. Coding, Prema sudah pernah ikut. Kelas yang butuh kesabaran dan ketelitian banget. Prema sempat minta ini, tapi kami kenal Prema, anaknya cepet mutung. Kalau salah klik atau jadinya gak sesuai harapan, ngambeknya panjang. Selain itu kami memang mau mengurangi intensitas Prema menatap layar computer/HP. Udahlah di rumah banyak main game, kok yo di sekolah kudu melototin kode-kode buat bikin program lagi. Akhirnya kami coret juga. Sains pasti ndak lah. Prema ndak bakalan betah disuruh belajar lagi. Ekskul buat senang-senang katanya haha.

Kemudian sempat juga mempertimbangkan sinematografi tapi sepertinya agak susah untuk Prema. Fotografi apalagi, ndak deh. Gak kuat emak bapaknya kudu nyiapin “peralatan perangnya”. Dan akhirnya dengan pertimbangan bahwa Prema demen ngomong, senang tampil, suka bercerita, kami pun memilih ekskul Radio Broadcast.

Jadi, di Sekolah Prema itu tiap kelas ada speaker untuk menyampaikan pengumuman-pengumuman dari ruang sentral informasi. Nah, pada saat jam istirahat biasanya fasilitas inilah yang digunakan oleh anak-anak peserta ekskul broadcast untuk siaran secara bergilir. Menyampaikan informasi, memutar lagu, ngobrol layaknya penyiar radio. Di kelas ekskulnya, siswa diajarkan cara membuat script materi siaran, bagaimana berbicara yang baik, intonasi yang tepat dst. Lewat jalur ini “bakat terpendam” Prema akhirnya tersalurkan.  Dan senangnya lagi, ternyata dia menyukai ekskul ini.  Latihan Prema juga masih ditambah dengan setiap pagi mendengarkan radio dalam perjalanan ke Sekolah bersama Ayah. Selama kurang lebih 1 jam perjalanan dengan mobil, sembari mendengarkan siaran radio. Makin klop deh.

Urusan memilih ekskul untuk anak memang gampang-gampang susah. Apalagi kalau peraturannya seperti di sekolah Prema bahwa pilihan tak boleh diganti selama 1 tahun ajaran. Jadi kalau udah kadung milih A, tapi kemudian gak suka ya mau gak mau harus dijalani, gak boleh ujug-ujug minta ganti ekskul lainnya. Kalau mau ganti, nunggu tahun depan aja.


Baca juga : Membangun Rasa Percaya Diri Anak

5 Tips Memilih Kegiatan Ekstrakurikuler

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat memilih kegiatan ekstrakurikuler, antara lain :

Sesuaikan Minat, Bakat, Hobi dan Kemampuan

Setiap anak istimewa. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Minat, bakat, hobi orang tua belum tentu menurun ke anaknya. Orang tua yang pintar bernyanyi, anaknya belum tentu bisa bernyanyi.  Perhatikan kebiasaan sehari-hari yang paling sering dilakukan oleh anak.  Sebagian anak sudah bisa terlihat kok minat dan bakatnya sejak kecil, sebagian lagi mungkin baru akan menemukannya saat beranjak remaja. Tak apa, setiap orang punya masanya sendiri. Tugas kita hanya mengarahkan dan memberikan ruang ekspresi. Dengan member kegiatan yang sesuai minatnya, anak akan menjalaninya dengan bahagi lalu skill-nya akan lebih terasah.

Sesuaikan dengan Jadwal Kegiatan Lainnya

Perhatikan jadwal ekskul yang dipilih. Jangan sampai bentrok dengan jadwal kegiatan lainnya, seperti les, ibadah dll.  Yang ada malah nanti ada yang dikorbankan dan tidak maksimal dilakukan.

Jangan Memilih Ekskul yang Terlalu Membuat Lelah

Bagaimanapun kondisi fisik anak tetap harus diperhatikan. Ekskul umumnya dilakukan usai jam pelajaran akademik. Jadi, anak yang sudah belajar dari pagi hingga lewat tengah hari, hanya beristirahat sebentar langsung berlanjut dengan kegiatan ekskul. Untuk yang sudah terbiasa dengan latihan fisik mungkin tak apa-apa, tapi untuk yang baru memulai sebaiknya jangan memilih yang terlalu berat dan berefek pada kelelahan.

Jangan Memilih Ekskul Karena Ikut-ikutan Teman

Sebagian anak mungkin mudah terpengaruh dengan pilihan dan ajakan temannya. Lalu atas nama solidaritas atau karena ingin banyak teman, lalu ikut memilih ekskul yang sama meskipun sebenarnya minatnya tidak di sana. Tugas kita sebagai orang tua untuk mengingatkan dan mengarahkan termasuk memberinya semangat bahwa teman bisa siapa saja. Justru dengan pilihan berbeda, jadi ada peluang untuk menambah teman-teman baru dengan lingkaran pertemanan yang lebih luas. Ini juga sekaligus akan melatih kemandirian dan rasa percaya dirinya.

Biarkan Anak Mencoba Lebih Dulu

Setelah menentukan pilihan, biarkan anak mencoba dulu. Lalu lihat perkembangannya. Apakah dia cukup nyaman, mau lanjut atau tidak. Bisa jadi ternyata anak tak menyukai ekskul pilihannya, tapi karena sudah terlanjur jadi menjalani dengan terpaksa. Dalam kasus seperti ini, tak perlu memaksakan diri untuk lanjut. Bila memungkinkan berganti, bicarakan baik-baik dengan pihak Sekolah. Tapi, jika memang tak boleh mengganti, mungkin pilihannya adalah istirahat sementara sampai dengan tahun berikutnya agar anak tak merasa terbebani untuk melakukan sesuatu dengan terpaksa.

Jujur saja, waktu kami memutuskan Prema ikut ekskul radio broadcast, agak deg-degan juga kami jadinya. Takut Prema gak nyaman lalu ngambek. Tapi Prema juga penasaran sebenarnya sejak awal, seperti apa radio broadcast itu, sehingga dia mau mencobanya. Rasanya bersyukur banget karena ternyata Prema menyukai pilihan ini.

Kalau teman-teman, anaknya pada milih ekskul apa? Cerita yuk di kolom komen.

 

Salam

Arni

 

 

1 comment:

  1. Aku belajar dari pengalaman sekolah dulu mba. Krn papa lumayan strict, kami jarang dikasih memilih sendiri. Semua harus based on maunya papa. Makanya pas dipaksa les piano, gambar, nari, itu semua aku lakuin sambil ogah2an. Malah kadang bolos. Ga pengen sih anakku ngalamin hal yg sama.

    Ekskul memang harus fun.

    Jadi aku biarin mereka pilih sendiri. So far si kaks udh fix mau ikut atletik dan adeknya futsal. Gapapa, yg penting anaknya seneng 😄

    ReplyDelete