Tuesday, February 20, 2018

, ,

Doaku Harapanku di Usia 40 Tahun



 
“Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan”

Saya tidak tahu quote itu milik siapa, tapi saya cukup sering membacanya sebagai kutipan di beberapa artikel maupun dijadikan meme.  Lalu saya juga ikut-ikutan mengutip haha.  Ya, saya setuju pada untaian kalimatnya.  Karena memang pertambahan usia tak bisa kita cegah, tapi bagaimana kita berproses menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari bisa kita bentuk, bisa diniatkan dan dipelajari.


Sebulan lagi, tepatnya 30 maret 2018 (sengaja disebut tanggalnya, siapa tau ada yang mau ngirim kado #modus) sampai pada usia 39 tahun. Artinya, ini tahun terakhir saya menyandang usia kepala tiga.  Tahun depan, lagi-lagi bila masih berumur, saya akan sampai di usia 40.  Usia yang katanya matang, bijak, sukses dan bersinar.  Life begin at 40, begitu kata sebagian orang.


Well, mungkin pemikiran itu hadir karena dulu umumnya perempuan menikah di usia 20-an, tepatnya < 25 tahun.  Dengan perkiraan setahun kemudian lantas sudah punya anak, maka pada saat perempuan tadi berusia 40 tahun, si anak sudah besar, beranjak dewasa atau bisa jadi malah sudah mandiri. Ibunya masih ‘muda’, anak sudah mandiri.  Asik banget ya.  Ibu bisa me time.  Bisa jadi, inilah sebabnya ungkapan ‘life begin at forty’ hadir.

 

Lha bagaimana dengan yang menikahnya sudah jelang 30 tahun.  Lantas baru diberi kepercayaan memiliki anak beberapa tahun kemudian.  Apa kabar usia 40 tahun? Ou, kawan saya bahkan ada yang baru hamil di usia 38 tahun lho.  Artinya di usia 40, anaknya bahkan belum masuk TK.  Ah, tak perlu menebak-nebak.  Setiap orang punya bahagianya masing-masing.  Setiap orang punya cerita kehidupannya sendiri.  Tak bisa dibandingkan satu sama , lain, karena masing-masing kita jalan sesuai jalur yang telah dirancang oleh Sang Mahakarya. Dan saya salah satu yang berada di barisan ini, menikah di usia 27 tahun, baru punya anak di usia 31.  Saat ini, Prema baru menjelang 8 tahun, baru kelas 2 SD.  Hoho… saya masih akan berproses panjang belajar menjadi ibu. 


Banyak sekali doa dan harap yang saya panjatkan setiap hari.  Terutama karena mengingat usia yang makin tua matang  #menolaktua.  Kalau di awal tahun biasanya orang-orang membuat resolusi untuk tahun baru, maka inilah resolusi saya di usia 40 tahun :


Sehat sehat sehat



Yang sering baca ceritaarni pasti cukup tau bahwa saya ini langganan ke dokter.  Saya sampai malu kalau sampai orang-orang tau saya sakit (lagi).  Mana sakitnya bukan sekedar yang batpil atau pusing-pusing gitu.  Lebih banyak berujung pada pindah tidur ke kamar-kamar perawatan Rumah Sakit.  Duuuuuh…


Makanya, setiap melangitkan doa permohonan saya adalah diberi kesehatan. 

Saya akui, kadang saya yang lalai pada diri sendiri.  Makan sesuka hati, aktivitas full hingga tak memberi hak tubuh untuk istirahat plus kurang olahraga.  Saya ini tukang makan, apa saja diembat.  Jeleknya lagi, kalau udah suka, bisa lupa diri makannya.  Dulu, jaman masih rutin olahragay dan yoga, saya merasa tubuh sehat dan bugar.  Belakangan, saya banyak bolosnya olahraga nih.  Bahkan sepedaan keliling komplek yang biasa saya lakukan tiap sore, sudah sangat jarang.  Awalnya karena hujan turun setiap sore, lalu bablas deh malasnya.  Akhirnya badan terasa lemas dan mudah lelah.


Menulis adalah mengingatkan diri sendiri.  Maka hari ini saya menuliskan ini sebagai pengingat untuk kembali menjaga pola makan dan rutin berolahraga. Yes, go healthy at 40.


Bahagia Bahagia Bahagia




Semua orang tentu ingin bahagia.  Saya tahu, bahagia itu datangnya dari hati. Tubuh yang sehat, senantiasa bersyukur dan berpikir positif adalah koentji. Kalau 3 hal itu terpenuhi aku ramal kita akan ketemu di kantin bahagia.


Bersyukur pada hidup.  Bersyukur pada semua pencapaian.  Menjadikan setiap kegagalan sebagai pelajaran.  Memahami bahwa setiap orang adalah guru kehidupan, berdamai dengan diri sendiri, memandang semua mahkluk sebagai bagian dari lingkaran kehidupan dan meyakini semua yang terjadi adalah bagian dari proses pembentukan pribadi kita tentunya bukan hal yang mudah.  


Sekali lagi menjadi tua itu pasti.  Menjadi dewasa adalah pilihan.  Aih berat.  Tapi saya akan belajar dan terus belajar.  Ah Arni, sok-sokan ngomong bijak, lha wong nonton Dilan aja masih baper kok.  Denger gombalan Dilan aja klepek-klepek.  Padahal yang digombalin itu Milea, kok kamu yang berbunga-bunga to hahaha *huft semoga mas Bojo gak baca bagian ini*


Lho tapi yo ndak pa pa to, sekali-sekali di umur jelang 40 ini bernostalgia tentang masa remaja.  Keluar bioskop senyam senyum sendiri, bahagia karena bisa nonton bareng pasangan terus mengenang cerita pacaran tempo dulu.  Bahagia itu sederhana.  Betul??? 


Ya, intinya saya ingin bahagia.  Sekarang, hari ini dan selamanya. 


Lebih Banyak Berbagi



Ya, saya ingin menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain.  Meski saya bukanlah orang kaya dengan harta berlimpah, bukan profesor dengan ilmu mumpuni, bukan ahli yang rutin riset, bukan motivator yang pandai memberi solusi tapi saya ingin bisa berbagi dan bermanfaat untuk orang lain.




Impian saya, bergabung di kegiatan-kegiatan sosial.  Ada bahagia yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, yang tak cukup kalimat panjang untuk mengungkapkannya saat bisa terlibat dalam kegiatan sosial yang langsun menyentuh kehidupan masyarakat.  Ada hangat yang menjalar di hati disaat-saat seperti ini.  Rasa yang terus memanggil untuk kembali. 


Menjaga Pikir, Lisan dan Laku



Dunia makin tua.  Saya juga makin tua matang.  Malu sama umur kalau masih suka iri melihat orang lain sukses, maju dan derivasinya.  Malu sama umur kalau masih suka nyinyir dan mencari celah kelemahan orang lain.  Apalagi seperti sekarang dimana akses informasi begitu mudah, media sosial bagai buku terbuka dimana setiap orang bisa mengintip lembaran –lembarannya, membaca, mengutip dan membaginya.  Saya harus lebih bijak memilah-milah mana bagian yang layak jadi konsumsi publik, mana yang tidak.

 

Pun dalam interaksi di lingkungan sosial yang mana kita akan bertemu dengan beraneka masalah setiap harinya.  Semoga saya bisa lebih baik berpikir, berkata dan bersikap.


Menjadi Istri dan Ibu yang Lebih Sabar



Waaa… ini bener-benar harus usaha keras.  Saya bukan istri dan ibu yang sempurna.  Yang punya penampilan paripurna, bijak dan lemah lembut.  Saya masih sering keluar tanduk dan meradang dirumah.  Huhu maafkan Ibu ya, Ayah.  Maafkan Ibu juga, Prema.



Bersama kita membangun bahagia di rumah ya. Kita belajar dan terus belajar.  Pada sekolah kehidupan.


*****


No body perfect.  Saya sadar banget itu.  Meskipun harapan-harapan saya terasa begitu sempurna, saya sadar sepenuhnya bahwa tak mudah mewujudkan itu semua.  


“Kita melangkah bukan dari keburukan menuju kebaikan tapi dari kebaikan yang satu menuju kebaikan lainnya”



Jadi, belajar tanpa batas. Belajar seumur hidup.  Sampai di akhir waktu.  Usia 40 hanyalah deretan angka-angka penanda waktu dan jatah hidup di dunia.  Ada yang jauh lebih penting yaitu menjadi pribadi yang naik kelas dari hari ke hari.  Selamat datang 40. 


Salam


Arni



Tulisan ini merupakan bagian dari #KEBBloggingCollab dari Grup Butet Manurung dengan trigger post di Web KEB yang ditulis oleh mbak Fiona pemilik blog www.askfionamd.com berjudul “Forty The Year of Healthy Beginnings







3 comments:

  1. Kak Arni, sehat2 naaahh..
    ihiiyyy yg bentar lagi ultah. jadi mau dikadokan apa? *sok atuuh kode ke Mas Bojo ne :D

    ReplyDelete
  2. Kalau badan sehat dan hati bahagia, mau ngapain aja bisa ya mbak. Hmm apa yang ingin dicapai saat umur 40 th nanti kalau aku? Masih ada 7 thn lagi kalau sampai sana umurnya :D

    ReplyDelete
  3. Mba Arni, jaga pikiran, perkataan, dan perbuatan itu juga selalu bahan doa ku. Ternyata ga semudah ngucapinnya ya. Semoga kita sama-sama bisa ya mbaa

    ReplyDelete