Halo semua…
Tadinya saya berniat menuliskan kisah Prema di SMP secara rutin. Apa daya ternyata sayanya agak “sok” sibuk sehingga belum sempat menuliskan kelanjutan ceritanya. Untuk bagian pertama, teman-teman bisa baca di “Masa MPLS” ya.
Nah kali ini kisah Prema di minggu ketiga. Karena di minggu kedua proses pembelajaran dilakukan secara online, jadi Prema baru kembali naik kereta di minggu ketiga. Senin, 1 Agustus semua berjalan lancar. Prema kembali Sekolah bareng Ayah di pagi hari, lalu pulangnya saya jemput di Stasiun Cilebut. Tetapi di hari kedua ceritanya berbeda.
Saya panik luar biasa. Prema hilang kontak!
Jadi ceritanya, hari Selasa 2 Agustus itu Prema pulang lebih lama karena ada ekskul Pramuka di Sekolah. Seharusnya perkiraan waktu temput dari Sekolah – Cilebut hanya sekitar +/- 20 menit 5 menit angkot, 5 menit jalan kaki, 7 menit naik kereta). Kenyataannya, saya sudah menunggu di tempat penjemputan hingga lebih 30 menit, Prema tak kunjung datang.
Saya mulai panik!
Saya coba menghubungi Prema. Telepon gak diangkat. WA masuk, tapi tak dibaca. Saya coba hubungi Wali Kelas untuk menanyakan perihal kepulangan anak-anak, dijawab sudah pulang sejak tadi. Makin risaulah saya. Motor saya parkir, lalu masuk ke Stasiun. Lapor petugas, memberikan ciri-ciri Prema sembari nunggu di pintu. Setiap ada kereta masuk, saya perhatiin baik-baik semua penumpangnya. Tetap tak ada Prema. Saya hubungi suami, untuk bantu lacak via GPS.
Harap-harap cemas.
30 menit kemudian, GPS HP Prema menunjukkan lokasi di Stasiun Depok. Artinya sudah 3 Stasiun terlewat. Laaah… makin bingunglah saya. Gimana ceritanya ini bocah sampai di Depok? Udah mulai overthinking dong saya. Beragam kemungkinan hinggap di kepala.
Saya langsung lapor petugas, yang langsung sigap kontak ke Stasiun Depok. Agar bisa membantu melacak keberadaan Prema. Sembari terus coba kontak, saya menunggu berita di Cilebut dan terus memperhatikan arus penumpang yang turun di sana. Lalu 15 menit kemudian, kereta arah Bogor masuk. Satu persatu penumpang saya perhatikan sampai akhirnya
“Ibuuuu….!
“Kakak….!
Gak peduli sama tatapan orang-orang, kami berpelukan di peron. Mungkin mereka mikir kami lebay. Tak terasa saya nangis. Entah apalah yang dipikiran para penumpang lain. Bodo amatlah. Petugas datang menghampiri
“Ini anaknya, Bu?”
“Iya, Pak!”
‘Alhamdulilaaah… udah ketemu!” Bapak petugasnya berseru senang.
Kami kemudian melapor ke bagian pengumuman, agar diteruskan ke Stasiun Depok. Petugas yang ada di dalam sampai keluar dan nepuk-nepuk pundak Prema. Ngasi semangat dan selamat.
Fyuuh! Rasanya lega banget. Seperti ada beban yang terlepas dari pundak.
Jadi kenapa Prema sampai ke Depok?
Rupanya dia KETIDURAN. Dan entah kenapa HP-nya error. Gak bisa terima panggilan atau memanggil atau apapun. Intinya si Hp diem aja gitu gak bisa diapa-apain. Kemungkinan besar sih karena kegencet buku-buku pelajarannya di dalam tas.
Saat bangun, kereta sudah di Stasiun Citayam. Bingunglah dia. Mau turun, kereta udah keburu jalan lagi. Sepanjang jalan ke Depok, katanya Prema ditenangin oleh ibu-ibu yang duduk di sebelahnya. Diberitahu baik-baik gimana caranya nanti naik kereta balik yang arah Bogor.
Sebenarnya ibu itu menawarkan membantu menghubungi orang tua Prema. Tapi dasar lagi panik, ditanya no HP Ayah/Ibu, malah dijawab gak tahu. Padahal ya, di e-money yang dibawa dengan gantungan ID Card dan tergantung di leher Prema bagian belakangnya sudah dilengkapi kartu yang berisi info nama, alamat dan no kontak kami, orang tuanya. Begitulah kalau panik, mendadak blank semuanya.
Singkat cerita, Prema diantar ke jalur kereta arah Bogor oleh ibu tadi. Dititipin ke bapak-bapak yang naik kereta arah yang sama. Sepanjang jalan, Prema ditenangin oleh bapak itu dan diingatkan untuk turun saat tiba di Stasiun Cilebut.
Fyuuuh…
Astungkare, ketegangan ini berakhir indah. Happy ending!
Tempat paling romantis kami saat ini : Stasiun kereta api |
Pelajaran Berharga Itu Bernama Pengalaman
Dari kejadian ini kami belajar banyak hal. Baik sebagai anak maupun orang tua. Antara lain :
Berhati-hati, waspada
dan sebaiknya tetaplah terjaga dalam perjalanan, terutama ketiba menggunakan
angkutan publik.
Tak hanya hanya anak-anak, tak jarang orang dewasapun ketiduran dalam perjalanan, apalagi kalau itu perjalanan jarak jauh. Saat tertidur, biasanya kewaspadaan jadi menurun sehingga beresiko terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam situasi kantuk yang tak tertahankan dan memang berpotensi tertidur, sebaiknya persiapkan diri dengan baik. Menempatkan barang berharga dalam posisi aman, wajib dilakukan. Selain itu kita juga bisa menitip pesan pada teman seperjalanan/orang sekitar tentang rencana turun dimana, dst.
Ketika terjebak dalam
situasi darurat, tetap tenang, jangan panik dan berusahalah berpikir mencari
solusi yang terbaik
Dalam situasi di atas, saya memang panik. Meski begitu, di saat yang sama harus berusaha tenang agar bisa berpikir mencari solusi. Coba melacak jejak Prema dengan berbagai cara. Di sisi lain, saya yakin Prema juga panik. Bersyukur dia tidak melakukan tindakan nekat dan aneh. Masih diberi ketenangan (meski kemudian dia mengaku nyaris menangis dalam perjalanan ke arah Depok) sehingga bisa kembali ke Cilebut dengan selamat.
Dalam hal ini, secara tidak langsung menjadi latihan mental buat Prema. Banyak teori dan nasihat yang sudah kami jejalkan padanya. Beragam pesan kami berikan sebelum kemudian berani melepasnya naik angkutan publik seorang diri. Kenyataannya, tak semua berjalan lancar sesuai harapan. Nah, kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi Prema.
Jangan ragu untuk
meminta tolong pada sekitar ketika membutuhkan pertolongan
Bersyukur banyak-banyak karena Prema dipertemukan dengan orang-orang baik. Bersyukur juga Prema tak ragu atau malu bertanya ketika dia sadar dirinya tersesat. Dari sini Prema belajar banyak tentang kepedulian satu sama lain. Bahwa di jaman teknologi yang semakin maju ini, dimana semua serba digital, membawa manusia menjadi semakin individualistic, kenyataannya kita tetap butuh bantuan satu sama lain secara langsung.
Bayangkan jika situasinya berbeda.
HP Prema normal. Prema kemudian dengan mudah menghubungi saya dan mengabarkan bahwa dia ketiduran, terlewat turun di Stasiun Cilebut. Saya kemudian tinggal memandunya untuk kembali.
Tapi kenyataannya, kali ini teknologi bernama HP yang menjadikan kita penyendiri itu tidak bisa membantu. Yang membantu justru pertolongan langsung, komunikasi langsung, interaksi langsung. Pertolongan dari banyak orang-orang baik ini, jadi pelajaran berharga buat Prema. Menumbuhkan rasa optimis bahwa kita masih dikelilingi banyak orang baik. Semoga kelak Prema juga (dan kita semua) tumbuh menjadi orang baik dan lebih peduli pada sekitar.
Terimakasih wahai orang-orang baik. Termasuk kepada para petugas di Stasiun yang sigap membantu dan terus memantau situasi kami.
Tiga Kata Sakti Dalam Menjalani Hidup
Dalam sekian banyak sesi mengajar, saya sering mengingatkan pada anak didik tentang tiga kata sakti yang sangat penting dalam hidup ini. Begitupun pada Prema, sejak kecil saya mendoktrinnya untuk senantiasa mengingat 3 kata paling penting yaitu MAAF, TOLONG, TERIMAKASIH.
Mohon maaflah saat melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tak sengaja. Ini yang dilakukan Prema saat pertama kami bertemu kembali di Stasiun Cilebut. “Maaf bu, tadi Prema ketiduran. Jadi kelewatan Stasiunnya,” Minta maaf tak akan membuat harga diri kita jatuh. Justru menjadikan kita sebagai pribadi yang berjiwa besar.
Katakan tolong saat kita membutuhkan bantuan. Kapanpun, dimanapun saat kita merasa butuh bantuan tak perlu ragu meminta tolong. Minta tolong tak akan menjadikan kita kerdil atau rendah. Minta tolong tak perlu mikirin gengsi.
Ucapkan terimakasih saat kita menerima pertolongan/bantuan. Belakangan banyak orang yang karena merasa lebih dari orang lain, bahkan sulit mengucap terimakasih saat menerima bantuan. Dia merasa wajar dibantu karena orang lain lebih rendah dari dirinya. Bantuan yang diterima dipandang sebagai sebuah perintah darinya. Ah, semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat seperti itu.
Dari kejadian ini, Prema (dan saya) sekaligus belajar menerapkan 3 kata sakti ini sekaligus. Sungguh sebuah pengalaman tak terlupakan yang penuh dengan pelajaran berharga.
Sampai bertemu di Balada Anak SMP selanjutnya.
Salam
Arni
Alhamdulillah ya anaknya pulang dengan selamat. Hebat udah berani naik kereta senditi. Anak saya juga gitu suka ketiduran kalau naik kendaraan umum
ReplyDeleteSaya bisa merasakan bagaimana kepanikan, Mbak Arni. Soalnya krucil saya saja yang sekolahnya dekat, kalau agak lama pulang dan lewat jam sekolah, sudah degdegan.
ReplyDeleteDan memang Mbak, kalau panik, semuanya blank. Termasuk Prema kok tidak ngecek Hapenya lagi, karena kan WA dari Mbak Arni masuk. Tapi itu tadi, namanya panik.
Alhamdulillah, semua akhirnya happy ending.
baca cerita Prema hilang kontak, aq langsung ikutan panik sambil menebak-nebak mungkin prema ketiduran. soalnya pernah juga kejadian sodara aq yang naik bus trus ketiduran akhirnya sampe di kota sebelah baru bangun. salut sama keberanian Prema, sampe akhirnya bisa sampe di stasiun dimana kak Arni nunggun, pelajaran banget ya
ReplyDeleteSetuju mbaa, kata sakti Maaf, tolong, terimakasih jadi senjata ampuh dimanapun kita berada biar orang betah sama kita yaa
ReplyDeleteAlhamdulillah. Kebayang banget gimana paniknya. Untung selalu saja ada orang baik yang bisa membantu. Baca ini jadi banyak insight yang didapat kan untuk tetap bisa memantau anak dari jarak jauh dan langkah yg bisa ditempuh jika terjadi sesuatu
ReplyDeleteDaku juga pernah ketiduran kak, nyaris bablas ke stasiun Cakung. Untungnya kesenggol sebelah, jadinya pas pintu kereta masih kebuka di stasiun Klender baru masih bisa turun.
ReplyDeleteSenangnya Prema happy ending, walau sempat ikut galau juga bacanya. Tetap berdoa agar selalu dalam lindungan-Nya.
Alhamdulillah seruu ya bun, deg deg duer rasanya nano nano...pelajaran berharga juga buat Prema, keren sudah berani 👍
ReplyDeleteBaca cerita Kak Arni tentang Prema, aku ikut deg-degan. Syukurlah selamat, aman, dan bertemu. Dan aku setuju sih, pembekalan pada anak-anak dalam proses mereka belajar mandiri (dan bepergian sendiri) penting banget
ReplyDeleteYa Allah
ReplyDeleteAku bacanya ikutan deg deg an
Ya pasti panik ya mbak
Pastinya ini jadi pelajaran berharga bagi Prema ya mbak
Aku jadi kepikiran buat pantau anak pakai GPS juga nanti
mba arni, saya ikut deg deg an nih bacanya, syukur ketemu kembali dalam keadan sehat selamat semua, saya yang anaknya perdana naik angkot aja ketika lama gak dateng dateng suka over thinking, mana belum dibawain hp nih
ReplyDeleteya ampun ikut deg-degan aku baca ini. jangankan anak ya mbak, kita aja yang gede suka panik juga kalau ketiduran dan stasiun udah lewat 🥲
ReplyDeleteya Allah mba, aku bacanya langsung inget momen anakku sempat hilang karena terpisah dari sepupu2nya dan luput dari pengawasan adikku saat bermain di mall, duh asli itu rasanya lemes dan pgn muterin setiap sudut mall, untung anakku ini langsung ke lokasi tempat semula :( so, emang gak lebay mba pelukan pas ketemu sm anak kaya gtu karena sempat hilang
ReplyDeletehaah ngeri banget mbaa hahah aku jadi inget gimana waswasnya orang tuaku saat aku pun tertidur di bis dari malang ke surabaya. pernah sampe dibangunin kondektur.. itu biasanya saking capeknya siihh
ReplyDeleteAlhamdulillah Prema selamat ya Mbak Arni. Bayangin jadi Mbak Arni pasti dah deg-degan nggak karuan. Apalagi anak satu ya mbak. Alhamdulillah masih banyak orang baik yang tolingin Prema di kereta dan stasiun
ReplyDeleteSeru banget nih sekarang sekolahnya naik KRL yaaa. Hihi buat pengalman ya Prema jadi tahu stasiun Depok :D
ReplyDeleteKebayang emaknya pasti pucet saat itu alhamdulillah yaaa banyak org baik yang membantu Prema :D