Suami, Bali tulen. Orang tua dan keluarga besarnya ada di Bali. Jadi ya mudiknya ke Bali. Karena itu kami harus adil, membagi saat mudik antara ke Kendari dan Bali. Agar Prema, yang notabene kelahiran Bogor juga bisa mengenal kampung halaman orang tuanya, sekaligus bertemu dengan sepupu-sepupunya, paman bibinya, kakek neneknya dan keluarga besar lainnya.
Buat kami,
sangat penting mengajak Prema bertemu dan berkenalan dengan keluarga besar.
Keluarga adalah tempat untuk pulang. Kami tidak ingin Prema tidak mengenali
keluarga besarnya sendiri. Minimal, saling bertegur sapa ketika bertemu tak
sengaja di suatu tempat. Khan gak lucu kalau misalnya nanti Prema ikut kegiatan
apa atau kuliah di satu kota, ternyata bertemu sepupunya dan gak saling kenal.
Dalam falsafah Jawa, ada istilah “Aja nganti kepaten obor” (jangan sampai
apinya padam). Jargon tersebut diungkapkan ketika hendak membangun ikatan
silaturahmi dengan kerabat atau saudara, bahkan yang jarang kita temui
sekalipun.
Saya ingat betul, waktu pertama kali
ke Jakarta. Saya datang seorang diri,
ditugaskan untuk belajar oleh Kantor cabang Makassar. Tak kenal siapa-siapa,
mengandalkan jemputan dari Kantor, lalu tinggal di tempat yang telah disediakan.
Sampai akhirnya terhubung dengan adik sepupu ibu saya yang tinggal di Jakarta
Barat (kantor saya adanya di Jakarta Selatan), dan saya disamperin ke Kantor
lalu saat akhir pekan dijemput untuk menginap di tempatnya.
Aih, itu rasanya bahagia sekali. Merasa
punya keluarga di tempat yang jauh Padahal kami baru pertama kali bertemu.
Tante saya ini orang tuanya tinggal di Lampung, dan kami belum pernah bertemu
sama sekali. Hanya Ibu saya yang pernah ke Lampung. Kakek Nenek (orang tua
tante) juga pernah ke Kendari. Setidaknya, kami belum benar-benar kehilangan
kontak, sehingga saat akhirnya saya dan tante sama-sama “terdampar” di Ibukota,
tetap bisa terhubung.
Dari pengalaman ini saya dan suami
sepakat, hubungan dengan keluarga besar harus tetap terjalin. Kita harus saling
kenal satu sama lain. Paling enak sih kalau mudik saat hari raya, biasanya
keluarga besar ngumpul lebih banyak dan lengkap, termasuk anak-anaknya. Ini juga sekaligus membangun ikatan emosi dan
saling peduli di antara keluarga.
Sebagian keluarga saya dari pihak bapak. Ada yang dari Bali, Buton, Lampung dll |
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan
untuk mendekatkan anak dengan keluarga besar antara lain :
Membuka Album Foto dan Menceritakan Tentang Keluarga.
Di rumah biasanya ada album foto
keluarga. Minimal album foto pernikahan
lah ya. Saat pernikahan tentunya banyak keluarga yang hadir. Sejak kecil, Prema kami kenalkan dengan
keluarga besar melalui album foto ini. Dia mengingat wajah nenek kakeknya,
saudara-saudara Ayah Ibunya dari album foto di rumah kami, jadi saat kemudian
bertemu lebih mudah mengenali. Biasanya, saat membuka album foto kami selipkan
cerita masa kecil, kebiasaan dan keseruan kami. Hobi kakek neneknya, barang
peninggalan yang penuh kisah, dll.
Mengajak Anak Bertemu Keluarga Besar
Saat-saat mudik baik ke Kendari maupun
Bali adalah saatnya bertemu dengan keluarga besar. Biasanya ketika kami pulang,
keluarga lainnya yang dating berkunjung ke rumah orang tua. Kebetulan, baik di
Bali maupun Kendari, orang tua kami sama-sama “dituakan” oleh keluarga lainnya.
Maka rumah orang tua biasanya dipilih untuk jadi tempat ngumpul. Saat itulah
anak juga bertemu dengan sepupu-sepupunya, paman bibi dan keluarga lainnya.
Bergabung dalam WAG keluarga
Rasanya sih di era digital ini,
sebagian besar orang menggunakan WA dan tergabung di banyak grup. Salah satunya adalah WAG Keluarga besar. Kami
juga punya dong. WAG dari pihak keluarga suami dan dari pihak keluarga saya.
Prema yang sejak setahun terakhir kami berikan HP, untuk kebutuhan Sekolah
Online juga kami sertakan dalam WAG, bersama para sepupunya. Jadi cukup sering
lah berinteraksi meski hanya lewat gadget.
Terhubung di Media Sosial
Sebagian besar keluarga kami juga
aktif bermedia social. Lewat media social kami saling menyapa dan jadinya saling tahu kabar masing-masing. Meski
tak semua hal bisa dibagikan lewat sosmed, namun minimal kami jadi tahu bahwa
keadaan di sana sehat, sakit atau gimana. Dari medsos saya juga tahu ada
keponakan yang udah lulus sekolah, ada yang masih kuliah, ada yang pentas nari,
jadi penyanyi dll. Intinya, meski berjauhan tetap saling memantau satu sama
lain.
Sesekali berlibur bareng |
Berlibur atau Berkegiatan Bersama Keluarga Besar
Sesekali, saat sedang ngumpul bisa diagendakan
untuk berlibur bersama. Selain sebagai sarana refreshing, berlibur bersama juga
jadi sarana untuk mempererat hubungan kekeluargaan. Anak-anak juga bisa lebih dekat satu sama
lain. Kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah membuat arisan keluarga. Dengan
begini jadi ada alasan untuk ngumpul dan bertemu muka. Tapi kalau seperti kami yang jauh dari keluarga
besar, ikut arisan keluarganya gak bisa sering-sering ikutan ngumpul. Paling
tidak, sebulan sekali terhubung minimal lewat video call.
Baca juga : Mencipta Bahagia dengan Traveling Bersama Keluarga
****
Kebetulan Prema adalah anak tunggal
(sejauh ini baru dipercayakan 1 anak). Kami juga sadar betul, bahwa Prema tak
mungkin selamanya akan bersama kami. Selain harus dilatih menjadi anak mandiri,
karena tak ada saudara kandung yang kelak saling menopang dan membantu, mengenalkan
Prema pada keluarga lainnya juga bertujuan agar Prema mengetahui bahwa dia tak
sendiri, mengetahui silsilah keluarganya sehingga tak canggung atau asing di
tengah keluarga besar.
Bukan hanya terbatas pada sepupu
langsung (anak kakak/adik), kami juga cukup dekat dengan saudara-saudara dari
kakak/adik ipar. Bukankah makin banyak keluarga makin banyak cinta, makin banyak
cerita seru juga. Yang paling penting
tetap jaga perdamaian. Ada batas-batas dan norma yang tidak boleh dilanggar,
antara lain jangan saling mencampuri urusan internal keluarga masing-masing. Satu
lagi batasan yang harus cukup tegas adalah terkait keuangan. Banyak kasus
keluarga yang pecah karena urusan uang dan hutang piutang. Ini sangat sensitive.
Sebaiknya, jangan sampai terlibat dalam hal seperti ini dalam hubungan
keluarga.
Begini cara keluarga kami, bagaimana
dengan teman-teman? Cerita yuk!
Salam
Arni
Memang betul, perlu banget untuk mengenal keluarga besar dari ayah maupun dari ibu. Dan ini sebaiknya dilakukan secara intens, biar enggak cepat lupa lagi sama wajahnya. Apalagi sekarang sudah bisa video call, jadi mungkin bisa lebih mudah untuk komunikasi dengan keluarga jauh.
ReplyDeleteSaya juga berusaha untuk ngenalin anak-anak ke keluarga saya dan juga istri. Apalagi kami semua keluarga besar, pasti banyak banget anggota keluarga saat ngumpul di hari besar, seperti Idul Fitri....
Waktu mudik memang menjadi waktu yang tepat, karen asaat itu semua keluarga besar berkumpul. Saling berkunjung dan mengenalkan anggota keluarganya. Biar bisa menjaga akhirnya bikin group WA.
ReplyDeleteSeru, karena pada akhirnya bisa saling mengabari
Dulu, ketika ada tugas pohon keluarga, tanya2 tentang keluarga besar, dan kaget dong, kalau mbah uti punya anak tuh buanyak banget. Setelah ketemu langsung, makin seru sama keluarga besar, saling kenal, banyak cerita yg nggak ada habisnya
ReplyDeletesaya juga maunya seperti ini mba kalau sudah menikah, jadi ikatan dengan keluarga yang lain itu terjalin, pastinya seru banget saling mengenal satu sama lain dan berasa banyak keluarganya
ReplyDeletemakasih mba diingatkan untuk mengenal keluarga besar. kami merantau dan pulang kampung setahun sekali, gantian ke keluarga besar saya tahun ini tahun depannya ke keluarga besar suami. masih banyak PR nya untuk mengenal anggota keluarga besar
ReplyDeleteSaladin belum pernah kubawa ke kampung halamanku di jateng, hiks. Makasih remindernya. Penting banget biar dia kenal ama saudara2nya walau itungannya saudara jauh (tunggal buyut).
ReplyDeleteSetuju banget ama poin di paragraf terakhir tentang utang-mengutang.
Salut kak...sangat bagus mengenalkan anak ke keluarga besar kita supaya saat anak besar kelak dan hidup mandiri bisa tetap menyambung silaturahmi.
ReplyDeleteBetul banget itu yang biasa kami lakukan sejak anak2 kecil bersilaturahmi ke saudara2 baik jauh atau dekat supaya tidak kepaten obor.
ReplyDeleteBenar sekali mba Arni, mengenalkan anak pada keluarga besar sangat penting agar kelak kalau sudah besar, anak tahu asal usul dan siapa saja anggota keluarganya. Kalau saya nih, momen pernikahan adalah salah satu ajang kumpul-kumpul.
ReplyDeleteKumpul keluarga selain menanyakan kabar dan mengetahui keadaan, juga sekaligus saling mengenal, bahwa ternyata punya keluarga besar yang bikin makin seru dan berbahagia
ReplyDeleteaku hampir ga punya album keluarga yg jaman dulu, orang orang sepuh, baru ada album keluarga belakangan klo ada acara-acara nikahan hoho. Bisa nih yaa buat jadi metode pengenalan keluarga ke (bakal) anak nantinya. Yesss, urusan pribadi rumah tangga sama keuangan tuh sensitif banget ga bisa diobrak-abrik
ReplyDeleteSama seperti orangtua aku mbak, bapak aku punya saudara misalnya di Nganjuk, yang cukup jauh dari Jember, pernah dijabanin sepeda motoran keliling ke saudara saudara untuk silahturahmi.
ReplyDeleteKayaknya aku yang memang belum sepenuhnya bisa kesana kemari buat kenalan dengan saudara saudara terutama yang dari garis nenek atau kakek.
Kalau untuk sepupu atau saudara kandung dari orangtua sudah cukup tau
Perlu banget menurutku untuk saling kenal gini, apalagi kalau termasuk keluarga besar, kadang aku aja ga pernah tau sodara jauh dari pihak nenek
Cerita yang menarik dan inspiratif mbak
ReplyDeleteAnak anak memang perlu dikenalkan dengan keluarga besar
Kalau kata pepatah Jawa "Ben g kepaten obor",
ini jadi hal yang penting ya sebetulnya, tapi memang kalau keluarga besar apalagi banyak yang merantau gitu, pasti agak sulit ngumpulinnya. Hanya moment-moment tertentu kaya hari raya gitu yang bisa bikin suasana berkumpul jadi wajib hehe
ReplyDeleteIkut merasakan bagaimana seru dan meriahnya jika keluarga besar saling berkumpul dan mengenalkan satu sama lain. Saya paling satu tahun sekali berkumpul seperti itu
ReplyDeleteTulisan yang inspiratif, karena saya sendiri jarang kumpul-kumpul dengan keluarga besar kecuali lebaran, itu pun tidak semua datang. Dulu, klu masih ada nenek, semua oasti pada kumpul...
ReplyDeleteMomen Idul Fitri berbalut arisan keluarga bisa menjadi salah ajang untuk mengenalkan keluarga besar. Kalau ada cara lainnya tentu harus dilaksanakan juga
ReplyDeleteBiasanya aku bertemu dengan keluarga besar begini pas lebaran. Tapi sering juga saling mengunjungi kalo ada acara keluarga. Sebisa mungkin mengikuti acara keluarga supaya akrab dengan keluarga besar.
ReplyDeleteCara mengenalkan anak ke keluarga besar yang sambil liburan seru banget sih mba, biasanya paling berkesan. Kalau di saya seringnya anak diperkenalkan saat ada acara tertentu. Misalnya pernikahan dan peringatan kematian salah satu anggota keluarga
ReplyDeleteSetuju. Di keluarga kami pun sudah diterapkan hal ini mulai dari ortuku ke anak-anaknya. Soalnya agak bahaya kalau tidak kenal keluarga besar. Takutnya nanti menikahi orang yang ternyata masih keluarga. Makanya kalo di keluargaku, seminggu sekali mesti meet up video (untuk keluarga inti), sementara kumpul keluarga besar minimal setahun 2 kali (pas perayaan semacam itulah pokoknya).
ReplyDeleteSaya juga merantau mba, biar dekat dengan keluarga besar saya selalu bercerita tentang keluarga ke anak-anak. Video call juga biar kenal tau wajah jadinya
ReplyDeletePR saya juga ini khususnya dari keluarga saya
ReplyDeleteSoalnya anak tiga kelamaan di Jawa semua
Makanya sesekali harus dikenalkan dengan keluarga yang ada di Sulawesi
Saya kira Mbak Arni kelahiran Bali asli ternyata kelahiran Kendari. Btw di Kendari apakah ada komunal orang -orang Bali seperti di Lampung atau orang tua hanya merantau saja ke sana?
ReplyDeleteBener banget aku juga setuju, keluarga besar itu harus sering ketemu atau minimal berinteraksi atau mengobrol di grup keluarga biar tahu masing masing dan jaga silaturahim juga
ReplyDeleteMbak,,aku yang lahir dan besar di Jawa aja baru tahu istilah aja ngantu kepaten obor, hehehe
ReplyDeleteEtapi, aku setuju bgt Mbak, sbg ortu harus loh ngenalin anak ke keluarga besar biar gg putus silahturahmi. Gg lucu kalau ama sepupu sendiri aja enggak kenal.
Setuju! Anak-anak harus kenal dengan keluarga besarnya. Jangan sampai nanti udah gede tau-tau jadi musuh padahal sebenarnya keluarga.
ReplyDeletesebagai orang tua kita memang harus kenalkan anak-anak pada keluarga besar ya Kak, biar ndak kejadian seperti tidak saling tahu padahal satu gedung ya, apalagi kalau ternyata itu masih masuk keluarga dekat, saudara sepupu dekat misalnya ya :D
ReplyDeletesaya juga ini PR ke anak-anak kenalkan ke mereka ndak cuma ke sepupu2 dari saya, tapi dari bapaknya juga meski jarang bertemu.
Bener banget, anak-anak harus dikenalkan dengan keluarga besar dari ayah maupun ibu. Agar silahturami bisa saling terjaga
ReplyDeleteYang bikin susah ngenalin anggot keluarga tu di musim pandnemi begini, walau zoom tapi biasa anak susah nangkep huhu... kan jadi kangen kumpuul2 lagihh :)
ReplyDeleteJujur aku sendiri agak kesusahan mengingat nama2 dari keluarga besar ku trutama pihak mama. Krn mama sendiri anak ke 13 dari 14 orang mba 🤣🤣. Jadi bayangin aja sebesar apa keluarga baru dari pihak mama doang. Belum dari papa dan pak suami 😅. Tapiiii aku bersyukur suamiku tipe yg sangat suka sosialisasi. Jadi Krn dia, aku pelan2 jadi tahu keluarga2 kami yg tersebar di Jakarta minimal. Tiap lebaran pasti kami datangin. Biasanya yg paling tua bikin open house.
ReplyDeleteKalo soal mudik pun sama. Harus gantian. Krn suami solo, dan aku Medan, jadi digilir tiap THN. Cuma kalo skr sih, berhubung ortu mertua sudah meninggal, jadinya tiap THN skr ini ke Medan trus. Ketemu ortuku.
Iya sih, penting yg namanya jalin silaturahmi. Apalagi dlm Islam, ini pahalanya juga luar biasa besar..