Wednesday, October 19, 2022

Mengenalkan Anak Dengan Keluarga Besar


Sebagai perantau yang sekarang tinggal di Bogor, tentu saja kami tinggal jauh dari keluarga besar. Saya lahir besar di Kendari, orang tua dan sebagian keluarga besar saya di Kendari, sebagian lagi di Bali, juga ada di beberapa daerah lainnya termasuk Lampung, dll. Mudiknya saya ya ke Kendari. Kisahnya pernah saya tuliskan di artikel “
Tentang Tanah Kelahiran

Suami, Bali tulen. Orang tua dan keluarga besarnya ada di Bali. Jadi ya mudiknya ke Bali. Karena itu kami harus adil, membagi saat mudik antara ke Kendari dan Bali. Agar Prema, yang notabene kelahiran Bogor juga bisa mengenal kampung halaman orang tuanya, sekaligus bertemu dengan sepupu-sepupunya, paman bibinya, kakek neneknya dan keluarga besar lainnya.

Buat kami, sangat penting mengajak Prema bertemu dan berkenalan dengan keluarga besar. Keluarga adalah tempat untuk pulang. Kami tidak ingin Prema tidak mengenali keluarga besarnya sendiri. Minimal, saling bertegur sapa ketika bertemu tak sengaja di suatu tempat. Khan gak lucu kalau misalnya nanti Prema ikut kegiatan apa atau kuliah di satu kota, ternyata bertemu sepupunya dan gak saling kenal.

Pernah lho ada kejadian seperti itu. Kawan saya di Kantor dulu, kerja di gedung yang sama dengan sepupu dari pihak Ayahnya. Selama ini mereka memang tak pernah bertemu, karena orang tua tinggal beda kota. Tak disangka, saat bekerja meski berbeda kantor tapi satu gedung, bahkan sering bertemu dalam lift menuju lantai masing-masing dan tak saling sapa. Parah banget, khan?

Dalam falsafah Jawa, ada istilah “Aja nganti kepaten obor” (jangan sampai apinya padam). Jargon tersebut diungkapkan ketika hendak membangun ikatan silaturahmi dengan kerabat atau saudara, bahkan yang jarang kita temui sekalipun.

Saya ingat betul, waktu pertama kali ke Jakarta.  Saya datang seorang diri, ditugaskan untuk belajar oleh Kantor cabang Makassar. Tak kenal siapa-siapa, mengandalkan jemputan dari Kantor, lalu tinggal di tempat yang telah disediakan. Sampai akhirnya terhubung dengan adik sepupu ibu saya yang tinggal di Jakarta Barat (kantor saya adanya di Jakarta Selatan), dan saya disamperin ke Kantor lalu saat akhir pekan dijemput untuk menginap di tempatnya.

Aih, itu rasanya bahagia sekali. Merasa punya keluarga di tempat yang jauh Padahal kami baru pertama kali bertemu. Tante saya ini orang tuanya tinggal di Lampung, dan kami belum pernah bertemu sama sekali. Hanya Ibu saya yang pernah ke Lampung. Kakek Nenek (orang tua tante) juga pernah ke Kendari. Setidaknya, kami belum benar-benar kehilangan kontak, sehingga saat akhirnya saya dan tante sama-sama “terdampar” di Ibukota, tetap bisa terhubung.

Dari pengalaman ini saya dan suami sepakat, hubungan dengan keluarga besar harus tetap terjalin. Kita harus saling kenal satu sama lain. Paling enak sih kalau mudik saat hari raya, biasanya keluarga besar ngumpul lebih banyak dan lengkap, termasuk anak-anaknya.  Ini juga sekaligus membangun ikatan emosi dan saling peduli di antara keluarga.

Sebagian keluarga saya dari pihak bapak. Ada yang dari Bali, Buton, Lampung dll


Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mendekatkan anak dengan keluarga besar antara lain :

Membuka Album Foto dan Menceritakan Tentang Keluarga.

Di rumah biasanya ada album foto keluarga.  Minimal album foto pernikahan lah ya. Saat pernikahan tentunya banyak keluarga yang hadir.  Sejak kecil, Prema kami kenalkan dengan keluarga besar melalui album foto ini. Dia mengingat wajah nenek kakeknya, saudara-saudara Ayah Ibunya dari album foto di rumah kami, jadi saat kemudian bertemu lebih mudah mengenali. Biasanya, saat membuka album foto kami selipkan cerita masa kecil, kebiasaan dan keseruan kami. Hobi kakek neneknya, barang peninggalan yang penuh kisah, dll.

Mengajak Anak Bertemu Keluarga Besar

Saat-saat mudik baik ke Kendari maupun Bali adalah saatnya bertemu dengan keluarga besar. Biasanya ketika kami pulang, keluarga lainnya yang dating berkunjung ke rumah orang tua. Kebetulan, baik di Bali maupun Kendari, orang tua kami sama-sama “dituakan” oleh keluarga lainnya. Maka rumah orang tua biasanya dipilih untuk jadi tempat ngumpul. Saat itulah anak juga bertemu dengan sepupu-sepupunya, paman bibi dan keluarga lainnya.

Bergabung dalam WAG keluarga

Rasanya sih di era digital ini, sebagian besar orang menggunakan WA dan tergabung di banyak grup.  Salah satunya adalah WAG Keluarga besar. Kami juga punya dong. WAG dari pihak keluarga suami dan dari pihak keluarga saya. Prema yang sejak setahun terakhir kami berikan HP, untuk kebutuhan Sekolah Online juga kami sertakan dalam WAG, bersama para sepupunya. Jadi cukup sering lah berinteraksi meski hanya lewat gadget.

Terhubung di Media Sosial

Sebagian besar keluarga kami juga aktif bermedia social. Lewat media social kami saling menyapa dan  jadinya saling tahu kabar masing-masing. Meski tak semua hal bisa dibagikan lewat sosmed, namun minimal kami jadi tahu bahwa keadaan di sana sehat, sakit atau gimana. Dari medsos saya juga tahu ada keponakan yang udah lulus sekolah, ada yang masih kuliah, ada yang pentas nari, jadi penyanyi dll. Intinya, meski berjauhan tetap saling memantau satu sama lain.

Sesekali berlibur bareng

Berlibur atau Berkegiatan Bersama Keluarga Besar

Sesekali, saat sedang ngumpul bisa diagendakan untuk berlibur bersama. Selain sebagai sarana refreshing, berlibur bersama juga jadi sarana untuk mempererat hubungan kekeluargaan.  Anak-anak juga bisa lebih dekat satu sama lain. Kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah membuat arisan keluarga. Dengan begini jadi ada alasan untuk ngumpul dan bertemu muka.  Tapi  kalau seperti kami yang jauh dari keluarga besar, ikut arisan keluarganya gak bisa sering-sering ikutan ngumpul. Paling tidak, sebulan sekali terhubung minimal lewat video call.

Baca juga : Mencipta Bahagia dengan Traveling Bersama Keluarga


****

Kebetulan Prema adalah anak tunggal (sejauh ini baru dipercayakan 1 anak). Kami juga sadar betul, bahwa Prema tak mungkin selamanya akan bersama kami. Selain harus dilatih menjadi anak mandiri, karena tak ada saudara kandung yang kelak saling menopang dan membantu, mengenalkan Prema pada keluarga lainnya juga bertujuan agar Prema mengetahui bahwa dia tak sendiri, mengetahui silsilah keluarganya sehingga tak canggung atau asing di tengah keluarga besar.

Bukan hanya terbatas pada sepupu langsung (anak kakak/adik), kami juga cukup dekat dengan saudara-saudara dari kakak/adik ipar. Bukankah makin banyak keluarga makin banyak cinta, makin banyak cerita seru juga.  Yang paling penting tetap jaga perdamaian. Ada batas-batas dan norma yang tidak boleh dilanggar, antara lain jangan saling mencampuri urusan internal keluarga masing-masing. Satu lagi batasan yang harus cukup tegas adalah terkait keuangan. Banyak kasus keluarga yang pecah karena urusan uang dan hutang piutang. Ini sangat sensitive. Sebaiknya, jangan sampai terlibat dalam hal seperti ini dalam hubungan keluarga.

Begini cara keluarga kami, bagaimana dengan teman-teman? Cerita yuk!

 

Salam

Arni

 

 


30 comments:

  1. Memang betul, perlu banget untuk mengenal keluarga besar dari ayah maupun dari ibu. Dan ini sebaiknya dilakukan secara intens, biar enggak cepat lupa lagi sama wajahnya. Apalagi sekarang sudah bisa video call, jadi mungkin bisa lebih mudah untuk komunikasi dengan keluarga jauh.

    Saya juga berusaha untuk ngenalin anak-anak ke keluarga saya dan juga istri. Apalagi kami semua keluarga besar, pasti banyak banget anggota keluarga saat ngumpul di hari besar, seperti Idul Fitri....

    ReplyDelete
  2. Waktu mudik memang menjadi waktu yang tepat, karen asaat itu semua keluarga besar berkumpul. Saling berkunjung dan mengenalkan anggota keluarganya. Biar bisa menjaga akhirnya bikin group WA.
    Seru, karena pada akhirnya bisa saling mengabari

    ReplyDelete
  3. Dulu, ketika ada tugas pohon keluarga, tanya2 tentang keluarga besar, dan kaget dong, kalau mbah uti punya anak tuh buanyak banget. Setelah ketemu langsung, makin seru sama keluarga besar, saling kenal, banyak cerita yg nggak ada habisnya

    ReplyDelete
  4. saya juga maunya seperti ini mba kalau sudah menikah, jadi ikatan dengan keluarga yang lain itu terjalin, pastinya seru banget saling mengenal satu sama lain dan berasa banyak keluarganya

    ReplyDelete
  5. makasih mba diingatkan untuk mengenal keluarga besar. kami merantau dan pulang kampung setahun sekali, gantian ke keluarga besar saya tahun ini tahun depannya ke keluarga besar suami. masih banyak PR nya untuk mengenal anggota keluarga besar

    ReplyDelete
  6. Saladin belum pernah kubawa ke kampung halamanku di jateng, hiks. Makasih remindernya. Penting banget biar dia kenal ama saudara2nya walau itungannya saudara jauh (tunggal buyut).

    Setuju banget ama poin di paragraf terakhir tentang utang-mengutang.

    ReplyDelete
  7. Salut kak...sangat bagus mengenalkan anak ke keluarga besar kita supaya saat anak besar kelak dan hidup mandiri bisa tetap menyambung silaturahmi.

    ReplyDelete
  8. Betul banget itu yang biasa kami lakukan sejak anak2 kecil bersilaturahmi ke saudara2 baik jauh atau dekat supaya tidak kepaten obor.

    ReplyDelete
  9. Benar sekali mba Arni, mengenalkan anak pada keluarga besar sangat penting agar kelak kalau sudah besar, anak tahu asal usul dan siapa saja anggota keluarganya. Kalau saya nih, momen pernikahan adalah salah satu ajang kumpul-kumpul.

    ReplyDelete
  10. Kumpul keluarga selain menanyakan kabar dan mengetahui keadaan, juga sekaligus saling mengenal, bahwa ternyata punya keluarga besar yang bikin makin seru dan berbahagia

    ReplyDelete
  11. aku hampir ga punya album keluarga yg jaman dulu, orang orang sepuh, baru ada album keluarga belakangan klo ada acara-acara nikahan hoho. Bisa nih yaa buat jadi metode pengenalan keluarga ke (bakal) anak nantinya. Yesss, urusan pribadi rumah tangga sama keuangan tuh sensitif banget ga bisa diobrak-abrik

    ReplyDelete
  12. Sama seperti orangtua aku mbak, bapak aku punya saudara misalnya di Nganjuk, yang cukup jauh dari Jember, pernah dijabanin sepeda motoran keliling ke saudara saudara untuk silahturahmi.
    Kayaknya aku yang memang belum sepenuhnya bisa kesana kemari buat kenalan dengan saudara saudara terutama yang dari garis nenek atau kakek.
    Kalau untuk sepupu atau saudara kandung dari orangtua sudah cukup tau

    Perlu banget menurutku untuk saling kenal gini, apalagi kalau termasuk keluarga besar, kadang aku aja ga pernah tau sodara jauh dari pihak nenek

    ReplyDelete
  13. Cerita yang menarik dan inspiratif mbak
    Anak anak memang perlu dikenalkan dengan keluarga besar
    Kalau kata pepatah Jawa "Ben g kepaten obor",

    ReplyDelete
  14. ini jadi hal yang penting ya sebetulnya, tapi memang kalau keluarga besar apalagi banyak yang merantau gitu, pasti agak sulit ngumpulinnya. Hanya moment-moment tertentu kaya hari raya gitu yang bisa bikin suasana berkumpul jadi wajib hehe

    ReplyDelete
  15. Ikut merasakan bagaimana seru dan meriahnya jika keluarga besar saling berkumpul dan mengenalkan satu sama lain. Saya paling satu tahun sekali berkumpul seperti itu

    ReplyDelete
  16. Tulisan yang inspiratif, karena saya sendiri jarang kumpul-kumpul dengan keluarga besar kecuali lebaran, itu pun tidak semua datang. Dulu, klu masih ada nenek, semua oasti pada kumpul...

    ReplyDelete
  17. Momen Idul Fitri berbalut arisan keluarga bisa menjadi salah ajang untuk mengenalkan keluarga besar. Kalau ada cara lainnya tentu harus dilaksanakan juga

    ReplyDelete
  18. Biasanya aku bertemu dengan keluarga besar begini pas lebaran. Tapi sering juga saling mengunjungi kalo ada acara keluarga. Sebisa mungkin mengikuti acara keluarga supaya akrab dengan keluarga besar.

    ReplyDelete
  19. Cara mengenalkan anak ke keluarga besar yang sambil liburan seru banget sih mba, biasanya paling berkesan. Kalau di saya seringnya anak diperkenalkan saat ada acara tertentu. Misalnya pernikahan dan peringatan kematian salah satu anggota keluarga

    ReplyDelete
  20. Setuju. Di keluarga kami pun sudah diterapkan hal ini mulai dari ortuku ke anak-anaknya. Soalnya agak bahaya kalau tidak kenal keluarga besar. Takutnya nanti menikahi orang yang ternyata masih keluarga. Makanya kalo di keluargaku, seminggu sekali mesti meet up video (untuk keluarga inti), sementara kumpul keluarga besar minimal setahun 2 kali (pas perayaan semacam itulah pokoknya).

    ReplyDelete
  21. Saya juga merantau mba, biar dekat dengan keluarga besar saya selalu bercerita tentang keluarga ke anak-anak. Video call juga biar kenal tau wajah jadinya

    ReplyDelete
  22. PR saya juga ini khususnya dari keluarga saya
    Soalnya anak tiga kelamaan di Jawa semua
    Makanya sesekali harus dikenalkan dengan keluarga yang ada di Sulawesi

    ReplyDelete
  23. Saya kira Mbak Arni kelahiran Bali asli ternyata kelahiran Kendari. Btw di Kendari apakah ada komunal orang -orang Bali seperti di Lampung atau orang tua hanya merantau saja ke sana?

    ReplyDelete
  24. Bener banget aku juga setuju, keluarga besar itu harus sering ketemu atau minimal berinteraksi atau mengobrol di grup keluarga biar tahu masing masing dan jaga silaturahim juga

    ReplyDelete
  25. Mbak,,aku yang lahir dan besar di Jawa aja baru tahu istilah aja ngantu kepaten obor, hehehe
    Etapi, aku setuju bgt Mbak, sbg ortu harus loh ngenalin anak ke keluarga besar biar gg putus silahturahmi. Gg lucu kalau ama sepupu sendiri aja enggak kenal.

    ReplyDelete
  26. Setuju! Anak-anak harus kenal dengan keluarga besarnya. Jangan sampai nanti udah gede tau-tau jadi musuh padahal sebenarnya keluarga.

    ReplyDelete
  27. sebagai orang tua kita memang harus kenalkan anak-anak pada keluarga besar ya Kak, biar ndak kejadian seperti tidak saling tahu padahal satu gedung ya, apalagi kalau ternyata itu masih masuk keluarga dekat, saudara sepupu dekat misalnya ya :D
    saya juga ini PR ke anak-anak kenalkan ke mereka ndak cuma ke sepupu2 dari saya, tapi dari bapaknya juga meski jarang bertemu.

    ReplyDelete
  28. Bener banget, anak-anak harus dikenalkan dengan keluarga besar dari ayah maupun ibu. Agar silahturami bisa saling terjaga

    ReplyDelete
  29. Yang bikin susah ngenalin anggot keluarga tu di musim pandnemi begini, walau zoom tapi biasa anak susah nangkep huhu... kan jadi kangen kumpuul2 lagihh :)

    ReplyDelete
  30. Jujur aku sendiri agak kesusahan mengingat nama2 dari keluarga besar ku trutama pihak mama. Krn mama sendiri anak ke 13 dari 14 orang mba 🤣🤣. Jadi bayangin aja sebesar apa keluarga baru dari pihak mama doang. Belum dari papa dan pak suami 😅. Tapiiii aku bersyukur suamiku tipe yg sangat suka sosialisasi. Jadi Krn dia, aku pelan2 jadi tahu keluarga2 kami yg tersebar di Jakarta minimal. Tiap lebaran pasti kami datangin. Biasanya yg paling tua bikin open house.

    Kalo soal mudik pun sama. Harus gantian. Krn suami solo, dan aku Medan, jadi digilir tiap THN. Cuma kalo skr sih, berhubung ortu mertua sudah meninggal, jadinya tiap THN skr ini ke Medan trus. Ketemu ortuku.

    Iya sih, penting yg namanya jalin silaturahmi. Apalagi dlm Islam, ini pahalanya juga luar biasa besar..

    ReplyDelete