Menuliskan ini, ingatan saya melayang ke masa-masa belasan
tahun lalu, ketika baru saja usai wisuda dan masih mencari-cari peluang untuk
bekerja. Sebuah perusahaan valuta asing
yang baru buka di Kendari menawarkan kesempatan kerja. Saya mencoba melamar dan diterima
“Asiiik… masuk dunia kerja yang sesungguhnya nih,” pikir
saya
Sebelumnya sih kerja juga, ikut magang di proyek-proyek
dosen. Setahun terakhir masa kuliah saya lebih banyak di lapangan, ngerjain
proyek dosen. Disamping nyambi menjadi
asisten dosen di laboratorium. Tapi khan
hitungannya masih kuliah ya. Jadi yang
beneran kerja pertawa ya di kantor Valas ini.
Berkenalan dengan
Trading Valuta Asing
Saya kuliah
di jurusan Ilmu Tanah. Lha ini kerjanya
malah di kantor valas. Gak nyambung
yo. Buat teman-teman yang belum tahu,
kantor valas yang dimaksud di sini berbeda dengan money changer ya. Jadi, bukan yang melayani tukar menukar/jual
beli mata uang asing berupa fisik uang.
Bukan.
Valas atau
valuta asing adalah mata uang asing dipakai sebagai alat pembayaran yang sah di
Negara asalnya masing-masing. Dalam
bahasa Ingris dikenal dengan istilah Forex (Foreign Exchange). Trading Valas adalah kegiatan perdagangan
valas berdasarkan selisih nilai tukarnya dengan mata uang lain. Umumnya menjadikan USD sebagai rujukan. Orang yang melakukan transaksi jual beli ini
disebut trader, sedangkan petugas yang bekerja dibalik layar dalam transaksi jual beli ini disebut broker. Nah, saya dulu diterima sebagai broker valas.
Pasar valas
merupakan pasar keuangan global yang terdesentralisasi untuk mata uang
peradagangan. Pelakupasar bisa
perusahaan, bank sentral, bahkan perorangan.
Di era digital ini, internet menjadikan semua proses berlangsung mudah
dan cepat. Meski beresiko tinggi,
peminat pasar ini sangat banyak dengan tawaran keuntungan yang tinggi pula
Mata uang
yang diperdagangkan di bursa valas umumnya mata uang dengan nilai tukar tinggi dari Negara-negara maju
seperti Amerika, Jepang, Inggris, Swiss, Australia dll. Valas
diperdagangkan dalam bentuk pasangan mata uang , misalnya EUR dengan USD
(EUR/USD) artinya nilai tukar EUR terhadap USD.
Contohnya nilai EUR?USD sebesar 1.330 artunya 1 EUR sama dengan 1.330
USD. Jika kita membeli mata uang EUR/USD
artinya kita membeli EUR dengan menjual USD.
Pasangan mata uang lainnya EUR/USD, AUD/USD, USD/JPY, USD/CAD, AUD/JPY
dan lain-lain.
Untuk
bertransaksi, trader harus menginvestasikan sejumlah uang. Seingat saya, satuannya LOT. 1 lot bernilai rupiah tertentu, misalnya 1
LOT = 60 juta. Nah nantinya trader akan
memilih akan bertransaksi beli atau jual di pasangan mata uang apa, sebanyak
berapa Lot. Keuntungan akan diperoleh
jika prediksi transaksi benar. Namun
jika salah, kerugian juga otomatis datang sesuai jumlah lot yang ditransaksikan.
Pasar valas
ini berlangsung sepanjang hari dengan penawaran yang sangat dinamis, naik dan
turun. Beroperasi 24 jam selama 5 hari,
kecuali di akhir pekan. Ini karena mata
uang yan diperdagangkan berbeda-beda dari belahan bumi berbeda pula sehingga
jam operasionalnya hidup terus. Jam
perdagangan dimulai di Tokyo dan Hong Kong.
Kurva-kurva kayak gini jadi pemandangan sehari-hari di kantor |
Menjadi Broker,
Belajar Banyak Hal Baru
Latar
belakang kelimuan yang gak nyambung
dengan kerjaan ini membuat saya harus belajar lebih keras disbanding teman-teman
lain seangkatan yang punya latar belakang ekonomi. Lucunya, pasca training seharusnya semua
karyawan baru dilepas turun ke lapangan untuk mencari investor atau melakukan
presentasi ke pihak-pihak yang mungkin bisa diajak kerjasama. Nah, saya justru ditahan untuk menjadi trainer
bagi angkatan berikutnya. Jadi, saya jarang banget turun ke lapangan.
Bagaimana
saya bisa dapat investor kalau begitu?
Jadi, ada
beberapa calon investor yang datang sendiri ke kantor kami. Mencari tahu lebih dulu atau sekedar
bertanya-tanya sebelum kemudian berinvestasi.
Nah, tugas saya adalah melayani investor yang seperti ini. Selain tetap memberikan training pada
karyawan baru.
Menjadi
broker, sungguh tak pernah terbayangkan
sebelumnya. Kami jadi harus rajin
membaca berita-berita di dunia. Makanan
sehari-hari setiap pagi adalah asupan info dari kantor berita reuters dan
sejenisnya. Hampir setiap peristiwa
penting dunia kami diskusikan dan menganuntuk analisa dampaknya pada naik
turunnya nilai tukar mata uang. Analisa
itu kami teruskan pada para investor untuk selanjutnya mereka akan memutuskan
untuk bertransaksi atau tidak.
Kalau sedang
beruntung, dalam hitungan jam saja bisa mendapat laba berkali lipat. Saya ingat, salah satu investor saya mendapat
laba 300 juta dalam 2 jam. Kalau sudah
begini, saya pasti kecipratan juga. Tapi
di lain hari, nasabah saya pernah rugi sampai hampir 600 juta karena transaksi
yang salah prediksi. Berantem, baikan,
nangis, sesak nafas dan bahagia campur aduk deh kalau jadi broker. Dimaki-maki investor juga jadi santapan
sehari-hari. Teman saya ada yang sampe
dituduh penipu oleh nasabahnya, dilaporin ke polisi book. Pokoknya, ngeri-ngeri sedap rasanya.
Bagian
melelahkan lainnya adalah jam kerja yang tak ada istirahatnya. Saat malam, pasar Amerika sedang
ramai-ramainya. Lalu lintas transaksi
padat sekali. Kalau nasabah pegangan
kita masuk pasar malam itu, siap-siap deh mantengin layar semalaman dan pastikan
tetap terhubung dengan nasabah. Setiap
transaksi yang akan kita ambil harus deal sebelumnya, jadi gak boleh jalan atau
mengambil keputusan sendiri. Tegang semalaman
sembari menahan kantuk itu gak enak gaes.
Saya ingat,
bagaimana wajah cemas ibu melepas anak gadisnya kerja tiap malam. Pulang sore hanya untu mandi, sembahyang dan
makan malam. Lalu pergi lagi untuk
lanjut kerja. Pulang subuh atau pagi
dengan mata sembab dan wajah lelah. Belum
lagi pandangan orang-orang saat melihat kami pulang/bubaran kantor di waktu
subuh. Fyi, sebagian besar karyawan di kantor kami laki-laki. Perempuan hanya ada sedikit, itupun keluar
masuk silih berganti. Gak kuaaat.
Beberapa
bulan berada di sana membuat saya banyak belajar. Jadi melek tentang pasar uang, jadi mengerti
betapa setiap sen nilai uang begitu berharga.
Belajar berpikir positif pada setiap hal, termasuk ketika melihat
perempuan-perempuan yang harus kerja malam.
Tidak menuduh macam-macam karena kita tidak tahu apa yang
sebenarnya.
Di bulan kedelapan
akhirnya saya resign karena diterima
di salah satu Bank swasta nasional.
Bekal pengalaman di kantor yang
pertama ini turut memuluskan perjalanan saya masuk ke Bank. Tak ada ilmu yang sia-sia. Setiap pengalaman mengkayakan. Saya bersyukur pernah bergabung di kantor ini
bersama kawan-kawan hebat. Saat ini,
kantor itu sudah tutup, tapi hubungan baik dengan kawan-kawan masih
terjalin. Bagaimanapun, kami pernah
menikmati hari-hari bersama siang malam.
Ah.. setiap
orang, setiap masa, setiap peristiwa adalah guru.
Kalian, kerja
pertama kali dimana? Cerita Yuk!
Salam
Arni
Aku pertama kali kerja di dunia digital marketing gitu, klien sama ngurusin konten tp dulu belum sreg eh akhirnya resign mbak hehe
ReplyDeleteKerja pertama kali di rumah sakit sebagai asisten apoteker. Tapi kerja pertama kali setelah dapat gelar sarjana di konsultan digital. Sama, aku juga suka overtime pulang malam jam 10 atau jam 11 gitu. Sampai akhirnya dapat kerja digital juga di korporat, jadi gak pernah overtime lagi hehehe. Good luck for your next journey ya mba :)
ReplyDeleteMenarik nih artikelnya, kebetulan aku juga punya rencana memperdalam pengetahuan tentang saham Mba. Alasannya sederhana, ngeliat sendiri temen untung 50tjt, modal 20jt. Hahahha
ReplyDeletePengalaman berharga sekali mbak, aku ikut tegang ketika membaca bagian kerja malam demi pasar uang.
ReplyDeleteAku dari lulus sekolah sampai saat ini masih kerja di tempat yang sama, ada rasa jenuh ingin pindah tapi belum menemukan yang cocok.
Waduw sampai shift malam begitu, saya langsung mundur teratur.
ReplyDeleteWah ternyata beneran begitu ya mba kerjaannya broker. Saya yang jebolan ekonomi, sempat belajar sih, sempat penasaran, tapi lulus kuliah malah memilih ngajar english cinversation di tempat les gitu. Trus jadi copywriter in house. Eh sekarang freelance, demi bisa selalu sama anak anak dan menjalankan amanah dari partner hidup untuk lebih banyak berkegiatan di rumah.
Senanggg banget baca pengalaman mba. Keren.
Saya juga pernah mba, berkantor di BEJ, gak kuatnya ya gitu harus mantengin layar mata benar-benar lelah harus memantau kurs mata uang. Dan bekerja tidak mengenal waktu ya tapi pengalaman seru itu.
ReplyDeletePertama kali kerja, aku ngajar jadi Asdos Pemrograman Mbak. Enak dapet honor dan berasa gimana gitu tiap ngajar. Lulus kuliah ngajar di SMP, jadi guru termuda. Sayangnya gak dilanjutin. Aku melipir blasss jadi Sekretaris wkwkwkwk. Iseng apply dan berjodoh.
ReplyDeleteFaktor kebutuhan sih Mbak, gaji Sekretaris lebih gede :D
Mbak Arni ini sepertinya tipe yang sabar dan ceria. Mungkin pengalaman kerja di Valas juga yang menempa karakter Mbak Arni jadi seperti ini, ya :)
ReplyDeletePengalaman menarik dan berharga sekali pastinya ya Mba.
ReplyDeleteDulu aku pertama kerja di Radio sambil sekolah SMA, karena udah cita2 sejak SD, eh ternyata keterusan sampai Kuliah dan lulus, nyambi-nyambi jadi MC. Dan bahkan saat sudah kerja di Perbankan, kerjaan sebagai Penyiar Radio gak dilepas karena jam kerjanya masih bisa disesuaikan dengan waktu luang. Ternyata memang passion-nya di Media/Broadcast, sekarang balik lagi ke Media (TV) dan mulai merambah dunia Para Blogger dan Dubber, huhu.
Mbak Arni jago banget pernah jadi trader. Kudu tenang dan kalem lho, ga boleh reaktif daripada salah langkah. Btw, emang bener koran jadi sarapan sehari-hari supaya up-to-date.
ReplyDeleteLha jauh ya dari ilmu tanah ke mainan valas, kirain dr jurusan ekonomi haha.
ReplyDeleteWah asyik nih, trus gak dilanjutin jd freelancer gtu mbak di bidang yang sama ? :D
Nah aku belum faham nih Mbak kenapa harus berpasangan jualnya dengan dollar Amerika. Benar-benar adikuasa banget negeri Paman Sam ini ya. Katanya dulu sejarahnya gara-gara Amerika datang ke negara² Arab dan merayu mereka supaya menjual minyak hanya dengan dollar. Lalu duarrr... dollar Amerika naik pamor. Sebel juga ya. Padahal setiap negara punya kesempatan yang sama dalam menaikkan mata uangnya di mata dunia. Harusnya patokannya kepada nilai emas bukan dollar Amrik.
ReplyDeletePengalaman yang sangat menarik, yang nggak setiap orang punya. Kebayang rasa ngeri-ngeri sedap saat investasi dilakukan.Makasih berbagi info kak Arni. Tidak ada ilmu yang sia-sia. Positif karena justru menjadi landasan atau mengayakan.
ReplyDeleteBaru tau kerjaan broker begitu
ReplyDeleteWah, dulu saya pernah nyaris kerja sebagai broker juga, tapi ngga jadi karena saya memilih mengajar. Pertimbangannya saya tidak mau harus cari investor. Bayangannya ribet banget.
ReplyDeleteSalut dengan pengalaman kerja di dunia ini, Mbak :)
Daku kerja pertama kali di bank konvensional belum turun ijazah hihi, tapi nggak sesuai sama jurusan kuliahku
ReplyDeleteWaah asyik nih mba Arni, mau dong diajarin tentang valas
ReplyDeleteWaaah mba aku baru tau mba bekerja d Valas yg bukan d money changer nih. Jadi ilmu baru
ReplyDeleteDulu pernah sich suami kerja di bidang ini ... waktu awal2 nikah dulu. Tapi waktu itu saya kok kurang sreg ya, hehe ... akhirnya nyari bidang lain. Tapi bagus mbak tulisannya, nambah wawasan
ReplyDeleteBroker beginian yang aku belum pinter mbak. Uda coba baca sih tapi belum paham juga makanya belum pernah main di valuta asing gini.
ReplyDelete