Friday, July 19, 2019

,

Kaimana, Kota Senja Impianku



Petikan lagu lawas gubahan Surni Warkiman itu seringkali terngiang-ngiang dalam memori saya.  Sebuah lagu yang mengantarkan saya pada momen-momen menikmati perjalanan sang surya, sejak fajar merekah di ufuk Timur hingga saatnya kembali ke peraduan di senja hari.

Saya adalah pecinta senja.  Bahkan saat membuat nama blog tempo hari sempat terpikir nama yang sama.  Tapi rupanya sudah ada yang lebih dahulu memakainya, masih aktif atau tidak hingga kini saya juga gak tahu.  Udah gak ngecek, udah kadung patah hati haha.  Lagian sebenarnya sih bukan hanya senja yang saya suka,  saya juga menyukai matahari terbit di ufuk Timur dengan rona jingganya yang menawan.
Berbicara matahari, adalah bicara tentang kehidupan.  Ada saatnya datang, ada saatnya pergi.  Lahir dan besar di bumi Indonesia, yang dilintasi garis katulistiwa, membuat saya bersyukur karena waktu siang dan malam yang seimbang.  Sangat mudah menentukan batas waktu dalam setiap kegiatan.

Saya, dalam setiap perjalanan, selalu menyempatkan untuk mengejar matahari.  Ada semacam semangat yang terpacu ketika melihat warna jingga di langit pagi pertanda matahari sedang merangkak naik.  Menjadi pertanda bahwa hari ini akan cerah ceria, memberi kehangatan di pagi yang dingin dan menawarkan harapan untuk hari yang lebih baik dari sebelumnya.
Saat senja lain lagi.  Betapa sisa kehangatan sang mentari yang bersinar sejak pagi terasa masih mengalir dalam tubuh dan akan segera berganti menjadi malam yang dingin.  Sangat syahdu dan menyejukkan. Kehangatan yang memeluk hati dan mengingatkan kita bahwa sesibuk apapun dirimu, ada saatnya beristirahat.  Menghadap sang pencipta untuk berterimakasih atas hari panjang yang telah terlampaui dengan baik.
Menjemput matahari biasanya dilakukan di daerah pegunungan.  Tak heran melihat banyaknya pendaki yang bersuka cita, rela menempuh perjalanan untuk menyambut hadirnya mentari dari balik gunung.  Menyembul cantik  sedikit demi sedikit memberi cahaya pada semesta. 
Senja di Pantai Kuta
Sedangkan senja, paling asyik tentunya dinikmati di tepi pantai.  Bukan rahasia lagi, Indonesia punya banyak pantai yang menawan hati. Pantai dengan pasir putih, nyiur melambai, jajaran kapal nelayan, batu-batu besar ataupun karang-karang raksasa adalah sedikit dari sekian banyak keindahan yang disajikan.
Selain itu, sunset juga menampilkan pesonanya sendiri.  Duduklah di tepi pantai kala senja, di ufuk barat mentari meluncur perlahan lalu terbenam di balik horizon laut lepas.   Saya selalu hanyut dalam suasana ini.  Romantis. Bayangkan kita melewati pergantian waktu itu bersama mereka yang dikasihi. Ayah ibu, pasangan, anak-anak kita atau sahabat.  Berhenti sejenak dari aktivitas, menundukkan kepala menghadap Sang Pencipta, menyadari bahwa kita hanyalah setitik debu dalam mega semesta.
Senja di Teluk Kendari
Senja di Kaimana
Indonesia cantik dan kaya.  Pesona alamnya yang eksotis menjadikan saya jatuh cinta berkali-kali pada negeri elok ini.  Saya punya mimpi untuk mengejar matahari dari sudut-sudut cantik Indonesia.  Jika ada yang bertanya kemana destinasi impian saya, salah satunya adalah kota senja, Kaimana.  Sejak lagu lawas “Senja di Kaimana”itu membius perhatian, saya memegang erat mimpi ini.  Suatu hari saya akan menyaksikan senja dari kota dimana senja hadir bak lukisan.  Sebuah kota yang terletak di bagian “leher burung” Pulau Papua, tepat menghadap laut Arafuru.
Saya ingat, seorang kawan pernah membagikan foto dari Kaimana.  Duduk cantik di tepi jendela dari sebuah kapal menhadap ke pantai, dengan semburat langit jingga di belakangnya.  Bola besar cahaya alam tampak manis sekali menyertai foto itu.  Duuuh… sumpah ya, saya iri.  Rasanya pengen langsung  terbang ke sana.

Sumber foto KLIK DISINI
Saya membayangkan suatu hari berada di sana, tak mau sendiri.  Saya ingin menikmatinya bersama orang-orang tercinta.  Bahkan kalau bisa sembari bersandar di bahunya yang sedang memetik gitar dan menyanyikan lagu “Senja di Kaimana”.  Huaaaa baru bayangin aja saya udah bahagia dan senyum-senyum sendiri #komatkamitberdoasemogasuamibacatulisanini

Bukan hanya karena senjanya, sudah lama saya jatuh cinta pada alam Timur Indonesia.   Bertahun lalu saya menonton Denias, Negeri di Atas Awan yang mengambil setting di Papua dan langsung terpukau pada keindahan alamnya yang eksotik. Film-film lain yang mengambil setting daerah Timor juga sama indahnya.  Tak pernah ketinggalan memanjakan mata dengan lansekap nyata buatan sang Maha Pemahat. 

Berkunjung ke daerah Timur sudah sejak jauh-jauh saya masukkan di list destinasi impian.  Bolak balik ngecek harga tiket pesawat, berharap suatu hari menjadi lebih bersahabat, agar tak membuat kantong menjadi kerat.  Menikmati senja adalah bonusnya,  apalagi kalau sampai di kota senja terindah, Kaimana.

Semoga terwujud suatu hari nanti

Salam
Arni

1 comment:

  1. Smeoga bisa terwujud ya mbak..
    saya juga suka dengan senja

    ReplyDelete